Mohon tunggu...
Agustinus Rangga
Agustinus Rangga Mohon Tunggu... Belum Punya Profesi -

Mahasiswa Biasa | www.agustinusrangga.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menemukan Tuhan dalam Tawa

31 Oktober 2018   02:57 Diperbarui: 31 Oktober 2018   05:29 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya (dan pasti banyak dari kawan-kawan juga) pengagum Tuhan. Mengakui dan bangga bahwa kita adalah ciptaan-Nya. Penggemar berat Kuasa-Nya, pemuja keagungan-Nya, dan sepenuhnya terinspirasi oleh cinta-Nya. Zaman serba internet juga memungkinkan kita untuk bisa mencari banyak hal tentang Tuhan. Mencari lebih banyak bukti cinta-Nya kepada kita, menemukan lebih banyak cara untuk mengagumi-Nya, agar semakin dan semakin bangga akan Dia. Memilih Agama karena iman, terpanggil, sadar, dan secara kultural merasa sesuai dengan pilihan itu. Agama mendekatkan kita pada-Nya, bukan? 

 Kita --sang pengagum Tuhan-- berusaha sebaik mungkin untuk mengenal Dia. Bekerja keras mencari makna cinta-Nya yang begitu tulus dan misterius, berusaha total untuk memuja Dia dengan cara yang benar, dan berharap secara penuh agar dapat meraih kebahagiaan yang sempurna bersama-Nya kelak suatu hari nanti. Tuhan mengubah hidup banyak sekali orang.

Komedi tentang Tuhan

Dalam mencari konten komedi untuk hiburan, kadang saya menemukan komedi yang mengambil tema atau bahan dari Agama yang saya anut, dan Tuhan. Kebetulan komedi ini menggunakan bahasa asing, dan pembuatnya juga berasal dari luar negeri. Kebanyakan berbentuk gambar meme dan kicauan-kicauan di twitter. Awalnya saya kaget, dan mengutuk si pembuat karena konten Agama dan Tuhan yang biasanya sakral dan serius, seakan-akan direndahkan martabatnya, dan dijadikan bahan untuk membuat orang tertawa. "Agama kok dipakai untuk guyonan? Tuhan kok dibercandain?" pertanyaan-pertanyaan itu berputar di otak, bergantian seperti sipir-sipir gagah yang menjaga narapidana di sel mereka masing-masing. 

"Wah ini pasti yang membuat konten ini masuk neraka. Dosa besarlah orang-orang yang berani berbuat ini." Begitu saya mengutuk mereka, hingga saya menandai mereka sebagai penghina Tuhan. Siapa yang tidak emosi melihat idola, pujaan, inspirasi, dan panutannya setiap hari ditertawakan orang-orang? 

Positif

Semakin hari, semakin saya mengutuk para "Penghina Tuhan" itu, semakin bingung pula saya. Bukankah Tuhan berpesan agar jangan membenci orang lain? Saya juga pernah membaca salah satu tulisan dari Pengagum Tuhan yang lain, bahwa kita harus selalu berpikir positif terhadap Tuhan atas segala peristiwa yang terjadi, seburuk apapun itu. 

Lalu pikiranku berkembang sedikit, Tuhan. "A-haa" ucapnya dalam bahasa pikiran. Semua yang terjadi ternyata memang bisa membuatku semakin kagum pada-Mu. Engkau mampu hadir dan menunjukkan kekuasaan-Mu dalam berbagai bentuk, termasuk menjadi bahan komedi. Sesekali terkesan rendah hanya untuk membuatku terhibur dan tertawa. Hal yang aku sukai. Simpulku, Engkau semakin membuktikan bahwa Engkau tidak terbatas pada apapun, tidak terjangkau oleh apapun, melebihi segala definisi, maha dari segala maha. Maha segalanya. 

Selain itu Engkau juga berhasil menegurku yang seenaknya mengutuk orang lain. Menyadarkanku bahwa aku bukan apa-apa, dan tidak berhak menuduh orang lain macam-macam. Mengingatkanku kembali tentang dalamnya hati manusia yang tidak ada seorangpun tahu bagaimana isinya. Barangkali mereka mengungkapkan cinta kepada-Mu dengan cara itu. Dalam pikiranku, Engkau berhasil membuktikan bahwa tidak ada yang bisa merendahkan-Mu. 

Peristiwa

akhir-akhir ini, di youtube juga ada peristiwa beberapa komedian "dimarahi" atau diperingatkan oleh beberapa pihak karena membuat hal-hal yang berkaitan dengan Tuhan dan Agama menjadi bahan bercanda. Saya percaya baik di pihak komedian itu maupun pihak yang mengingatkan mereka --atas perbuatan yang kelewatan-- sama-sama punya tujuan baik, sama-sama mencintai Tuhan, dan sama-sama mengagumi Tuhan dengan cara mereka masing-masing. Saya tidak bisa membahas lebih dalam karena keterbatasan pengetahuan saya tentang agama. Kita semua pasti berharap kedua pihak berdamai, karena perdamaian juga salah satu bentuk cinta kepada Tuhan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun