Mohon tunggu...
Agustinus Maran
Agustinus Maran Mohon Tunggu... Guru - Guru Pelosok

Menulislah selagi dunia tak pernah menghakimi tulisanmu.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa sebagai Kekuatan yang Menyembuhkan

28 Juli 2023   12:26 Diperbarui: 28 Juli 2023   12:31 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Tak bisa ditolak apalagi disangkal. Bahasa menjadi kekuatan besar yang menyembuhkan. Paling tidak dengan bahasa kerutan di kening bisa terurai tatkala kita dipenuhi masalah yang membuat kehidupan kita kehilangan arti. 

Kita bisa membangun hubungan antara "aku dan engkau" dengan bahasa untuk memberi makna manusia tidak hidup sendiri dalam kegiatan masyarakat. Tak hanya itu, orang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan atas dasar bahasa karena bahasa adalah wujud dari budaya manusia. 

Terkadang dalam keseharian, sering kata-kata pedas yang menyakitkan (sarkasme) berupa cemoohan atau ejekan masih kental di lidah kita. Misalnya, "Intermiami bantai Atlanta United 4-0 po. Mesi 2 gol dan 1 asist", kata seorang teman saya dengan logat khasnya. Yang dimaksudkan teman saya itu, Intermiami menang atas Atlanta United dengan skor 4-0.

Merujuk pada kbbi.web.id, kata bantai berarti daging (binatang yang disembelih), sedangkan membantai berati menyembelih, memotong. Ungkapkan teman saya di atas, semacam memberikan bayangan menakutkan karena mencerminkan kekerasan bahasa yang digunakan. Kata bantai lebih tepat digunakan untuk binatang. 

Fenomena tersebut perlu kita sadari dan waspadai dalam penggunaan bahasa kita. Kita perlu memilih dan memilah kata yang tepat agar kedengaran lebih halus. Bisa saja kita menggunakan eufemisme atau ungkapan yang lebih halus untuk menggantikan kata bantai tersebut misalnya mengalahkan, 'Intermiami mengalahkan Atlanta United dengan skor 4-0', yang kedengarannya lebih adem di telinga.

Menyadari bahasa sebagai kekuatan besar yang bisa menyembuhkan, maka pilihan kata yang tepat bisa kita gunakan sebagai obatnya. Bahasa yang menyembuhkan adalah bahasa yang santun, tidak harus dengan ungkapan-ungkapan puitis, melainkan yang tidak mengandung kekerasan bahasa. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun