Januari hampir selesai meninggalkan tumpukan jemuran tipis di musim penghujan.
Matahari yang lama tak muncul menjadi sorotan janggal ibu yang candu memukul-mukul lengan dengan tangan basah.
"Ah, ada yang tersisa dari kado natal, awan kemarau diusap dari wajah lelaki menjelma surga dari sulur-sulur dosa yang tak lagi cukup diajarkan agama."
Kita tak perlu risau,
Kita tak perlu berkali-kali meninggalkan gelisah walau tangan Tuhan terasa asing menciptakan sepasang lengkung pelangi sederhana, memaafkan segala ratap diantara lupa yang manja oleh usia.
Januari hampir selesai dalam pelukan,
Masihkah tersisa jalanan kota yang memikat ingatan ataukah pekarangan rumah yang dilupai ingatan?
Sebelum berlalu, aku bertanya pada ibu yang belum sebegini bosannya menjawab, dan hujan yang malas melepas lepuh dingin di atas bata basah. "Bila Januari itu pohon, biarkan kita jadi benalu agar tak layu dikikis musim. Manakala gerimis lewat, kita diam-diam mengunjunginya di senja yang sendu atau di sela-sela jari hujan yang rindang.
Januari hampir selasai
Hujan yang kau tunggu menjebakku dengan rindu yang lemah lembut
Dalam doa yang lapang.
 Lewaji, 21 Januari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H