Tuhan, di pintu kamar himpunan semesta dengan gemetar mengelabui kenangan yang disederhanakan. Bisa saja ia menjadi tak lazim oleh gairah kesangsian dan keasingan yang sekian lama bertahan dalam kekosongan.
Perihal lain serupa itu kelak kita sebut kenangan yang sama:Â
Antara merelakan dan mengiyakan tangis sendiri.
Kita sama-sama terjebak simulasi yang menakut-nakuti hingga lupa cara terbaik untuk senyum, padahal tak ada jarak antara senyuman dan ciuman, hanya ketakutan yang diciptakan sendiri.
Terlalu cepat membayangkan gelisah tak sampai juga dalam ingatan. Katakutan konon penuh igauan dalam kantuk sedikit berantakan. Selebihnya, terjebak teori himpunan: kantuk dan takut adalah relasi tak dapat didefinisikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H