Suppress Untuk Rakyat IndonesiaÂ
Dibalik Kata Ojo Kesusu (Jangan Tergesa-gesa)
Â
Melihat situasi politik di tanah air kita Indonesia akhir-akhir ini sangat memanas. Apalagi setelah diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi batas usia calon presiden dan calon wakil presiden menjadi 35 ke atas. Setelah keputusan itu sontak masyarakat bereaksi terhadap keputusan MK (Mahkamah Konstitusi), ada yang memelesetkan singkatan MK itu mejadi Mahkamah Keluarga, dan sampailah kepada politik dinasti.Â
Sebab Ketua MK itu sendiri merupakan keluarga dari orang nomor satu di negara Indonesia saat ini. Keputusan itu dianggap memihak dan menguntungkan keluarga orang nomor satu di Indonesia tersebut. Keputusan MK itu menjadikan karpet merah bagi putra sulung dari orang nomor satu di Indonesia itu.
Degan keputusan MK tersebut, maka peta politik Indonesia berubah dan semakin memanas. Ditambah lagi dengan ditunjuknya Mas Gibran oleh pak Prabowo sebagai calon wakil presiden untuk mendampinginya di pemilihan 2024 mendatang. Jadi apa yang ditakutkan atau dikuatirkan oleh masyarakat selama ini ialah benar-benar tejadi, yakni terjadinya politik dinasti. Oleh sebab itu, banyak masyarakat yang kecewa atas politik saat ini, maka sekarang ini bayak kelompok yang memisahkan diri dari politik yang dibangun oleh istana. Masyarakat melihat bahwa ada dalang dibalik ini semua.
Terpilih nya Gibran menjadi calon wakil presiden untuk mendampingi pak Prabowo ini merupakan suppress yang luar biasa untuk Indonesia. Saya melihat bahwa ini merupakan suatu strategi yang dibangun dibalik kata Ojo Kesusu yang selalu dilontarkan oleh orang nomor satu di Indonesia ini dalam setiap menyampaikan pidatonya di depan partai politik. Dibalik kata Ojo Kesusu ini dibangun strategi untuk politik dinasti. Kalu melihat fakta sekarang ini sangat jelas bahwa kata Ojo kesusu itu dimaksudkan untuk mempersiapkan karpet merah bagi Mas walikota solo tersebut. Lantas kata Ojo Kesusu selalu dilontarkan pada setiap pidatonya.
Sebab jauh sebelum dibukanya pendaftaran capres dan cawapres, nama walikota Solo tersebut belum masuk dalam lembaga surve untuk menjadi calon wakil presiden. Nama Gibran mulai diperhitungkan dalam surve setelah penolakan tim piala dunia U-20 oleh Ganjar Pranowo.Â
Pada saat itu Gibran sangat mendung adanya sepak bola, bahkan menawarkan stadion yang ada di Solo untuk digunakan. Setelah itu beberapa kali bapak Prabowo mengadakan silaturahmi ke kediaman walikota tersebut.Â
Saya merasa ada dalang dibalik antara pertemuan pak Prabowo dan Mas Gibran. Dari situlah nama Gibran mulai dibahas dalam internal partai Grindra sebagai seorang anak muda yang patut diperhitungkan sebagai pendamping pak Prabowo. Pendekatan terhadap bapak Jokowi dan keluarga terus dimainkan untuk menambah dukungan. Cara tersebut dianggap sangat ampuh dalam menambah elektabilitas.Â
Melihat begitu berhasil dengan cara demikian, maka ditawarkan putra mahkota untuk dijadikan pendamping di pilpres tahun 2024. Saya merasa siapa tidak tergiur dengan tawaran tersebut. Oleh karena itulah sambil melihat situasi politik yang sedang berlangsung dan sambil menunggu elektabilias Gibran naik. Oleh sebab itulah dalam setiap pidatonya mengatakan Ojo Kesusu dalam menentukan capres dan cawapres.
Dengan dideklarasikan Mas Gibran sebagai calon wakil Presiden untuk mendampingi pak Prabowo merupakan kejutan buat bangsa Indonesia. Sebab walikota Solo tersebut merupakan kader aktif dari partai PDI-P. Manuver yang dilakukan oleh mas Gibran ini sangat luar biasa demi suatu jabatan. Itulah situasi politik yang terjadi saat ini, kawan bisa menjadi lawan, lawan bisa menjadi kawan. Sebab politik seseorang tidak pernah kita ketahui, kapan dan kepada siapa arah politik mereka. Saya berharap dengan situasi seperti ini tidak memecahbelahkan bangsa dan negara ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H