Mohon tunggu...
Agustinus Daniel
Agustinus Daniel Mohon Tunggu... -

Credo ut Intelligam - Aku percaya maka aku mengerti.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pedang yang Hilang

24 Desember 2015   05:35 Diperbarui: 24 Desember 2015   08:16 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Musuh-musuh Gereja tidak hanya bersifat fisik, tapi terutama bersifat rohani, yaitu kekuatan roh-roh kegelapan yang ingin menguasai dunia sejak semula. Maka dua pedang yang dibutuhkan Gereja tentu juga bukan berupa senjata fisik.

Dua pedang ini adalah dua senjata rohani yang masing-masing dimiliki oleh dua tradisi Gereja Katolik, yaitu Gereja Timur dan Gereja Barat.

Pada tradisi Gereja Barat, pedang ini bernama Doa Rosario yang sudah terbukti keampuhannya dalam berbagai kesempatan saat melawan musuh-musuh Gereja seperti ketika St. Dominikus menggunakannya untuk melawan bidaah albigensian. Atau yang paling fenomenal saat digunakan dalam perang laut Lepanto melawan armada jihadis kekalifahan Islam.

Lalu dimanakah pedang lainnya, yaitu pedang yang dimiliki tradisi Gereja Timur? Pedang yang dimiliki tradisi Gereja Timur tidak lain dan tidak bukan adalah Doa Yesus yang sudah mengakar dalam sejarah Gereja Timur sejak jaman bapa-bapa pertapa padang gurun.

Doa Yesus ini sesungguhnya adalah sebuah pedang rohani yang sangat luar biasa, sama seperti Doa Rosario yang dimiliki Gereja Barat. Namun sayang sekali pedang ini selama berabad abad tidak terasah dengan baik sehingga belum berfungsi menjadi senjata untuk bertempur melawan musuh-musuh Gereja. Bandingkan ini dengan Doa Rosario yang dalam beberapa kesempatan sudah difungsikan sebagai senjata rohani dalam melawan musuh-musuh Gereja.

Doa Yesus praktis tidak mengalami perkembangan yang berarti sejak jaman bapa-bapa padang gurun hingga sekarang. Sementara itu Doa Rosario terus berkembang sejak St. Dominikus menerimanya dari Bunda Maria hingga saat ini. Pedang rohani ini memang perlu diasah dan dikembangkan supaya menjadi senjata yang dapat diandalkan dalam mempertahankan eksistensi Gereja.

Satu hal lagi yang membedakan dua pedang ini, yaitu peran Bunda Maria di dalam doa tersebut. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, yang telah ditetapkan Tuhan untuk bertempur melawan keturunan iblis adalah keturunan Maria, bukan yang lain. Maka Doa Rosario menjadi senjata yang luar biasa karena peran Bunda Maria dalam Doa Rosario begitu signifikan. Sementara itu di dalam Doa Yesus kita tidak melihat peran Bunda Maria di dalamnya. Setidaknya, sejauh yang saya ketahui....

Tapi tampaknya Tuhan tidak menghendaki pedang yang dimiliki Gereja Timur ini menjadi sia-sia dan terabaikan. Sebagaimana yang tersirat dalam kisah Injil, Gereja membutuhkan dua pedang untuk bahu-membahu mempertahankan eksistensi Gereja dari serangan musuh-musuhnya.

Beruntung, melalui buku yang berjudul: "Doa Tak Kunjung Putus - Kisah Seorang Peziarah" atau "The Way of A Pilgrim" yang sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa, Doa Yesus yang sebelumnya hanya dikenal di Gereja Timur, pada abad 20 mulai dikenal juga oleh umat Gereja Barat.

Dan melalui perjumpaan dengan Gereja Barat, Doa Yesus ini mengalami perubahan kecil dengan ditambahkannya rumusan doa lain. Meskipun hanya penambahan sebuah doa sederhana, ternyata perubahan yang ditimbulkannya memberikan dampak yang sangat signifikan dalam spiritualitasnya.

Doa Yesus yang asli adalah sebuah doa singkat, "Tuhan Yesus Kristus Putra Allah, kasihanilah aku orang berdosa" yang diucapkan berulang-ulang dalam hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun