Seperti yang sudah saya sampaikan pada tulisan sebelumnya, dalam Meditasi Yesus kita datang menghadap Tuhan dengan merendahkan diri sebagai orang berdosa dan menjawab kerinduan Tuhan untuk mengasihi Dia.
Tuhan telah mengasihi kita dengan sempurna maka kitapun seharusnya mengasihi Dia dengan sempurna juga. Dalam keadaan apapun, sedalam apapun kita telah berdosa, kita memang dapat mengasihi Tuhan karena Dia telah mengasihi kita tanpa syarat, bahkan saat kita masih berdosa.
Akan tetapi kita hanya dapat mengasihi Tuhan dengan sempurna kalau kitapun sempurna. Oleh karena itu melalui Meditasi Yesus, kita dipanggil, tidak sekedar menjadi manusia yang lebih baik, tapi untuk menjadi sempurna seperti Tuhan sehingga kita dapat mengasihi Dia dengan sempurna.
Tapi bagaimanakah orang berdosa seperti kita, dengan segala kekurangan dan kelemahan manusiawi yang ada, dapat menjadi sempurna seperti Tuhan? Kalau dituntut untuk menjadi manusia yang lebih baik itu biasa, semua agama lain umumnya mengajarkan seperti itu. Kita tidak perlu repot-repot menjadi pengikut Kristus kalau sekedar ingin menjadi orang yang lebih baik.
Tapi dituntut untuk menjadi sempurna seperti Tuhan adalah sesuatu yang sungguh luar biasa. Tuntutan itu tampaknya mustahil.... impossible... tidak masuk akal....
Tidak ada tuntutan seperti itu di agama-agama lain di muka bumi ini. Hanya Yesus Kristus yang berani menuntut standar kemanusiaan yang setinggi itu. Hal itu dimungkinkan karena Yesus adalah Tuhan yang hidup sebagai manusia sehingga Dia tahu persis bahwa segala kelemahan dan keterbatasan manusiawi tidak menjadi penghalang bagi kesempurnaan Tuhan.
Jika Yesus bukan Tuhan maka ajaran untuk menjadi sempurna akan terdengar seperti pengemis yang menawari kita harta berlimpah, kita perlu waspada. Tapi karena Yesus adalah sungguh-sungguh Tuhan, melalui inkarnasi-Nya Ia telah membuktikan itu. Dengan demikian ajaran tersebut seratus persen masuk akal dan dapat dipercaya. Untuk itulah kita menjadi pengikut Kristus.
Sesungguhnya Tuhan tidak pernah menuntut sesuatu yang tidak mungkin diwujudkan. Ketika Tuhan menuntut manusia untuk menjadi sempurna, maka Dia juga mengajarkan caranya dengan begitu jelas:
"Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." (Mat.19:21)
Itu adalah satu-satunya rahasia untuk mencapai kesempurnaan yang diajarkan Tuhan Yesus dan di seluruh Kitab Suci. Itu juga sekaligus menjadi inti dari spiritualitas transformatif dalam Meditasi Yesus.
Tidak banyak orang yang menyadari bahwa di dalam ayat tersebut terdapat tahapan-tahapan yang sistematis untuk meraih kesempurnaan. Tahapan-tahapan sistematis yang terkandung di dalam ayat tersebut, menjadi inti dari spiritualitas transformatif dalam Meditasi Yesus
Ajaran untuk menjadi sempurna pada ayat tadi dapat kita bagi menjadi dua bagian:
Yang pertama: "...pergilah, juallah segala milikmu...."
Lalu yang kedua: "...datanglah kemari dan ikutlah Aku."
Bagian yang pertama kita sebut sebagai tahap pemurnian, sedangkan bagian yang kedua adalah tahap pengudusan.
Kita dapat memahami proses transformatif ini melalui metafora gelas yang berisi air kotor berracun. Pada tahap pemurnian, kita mengosongkan gelas tersebut dan membersihkannya dari sisa-sisa air berracun. Lalu pada tahap pengudusan, kita mengisi kembali gelas yang sudah bersih tadi dengan air yang bersih atau air kehidupan.
Dengan cara itu, gelas yang sebelumnya berisi air berracun kini bertransformasi menjadi gelas yang berisi air kehidupan.
Seperti itulah gambaran proses transformatif yang terjadi dalam Meditasi Yesus: kita yang berdosa ini diubah menjadi sempurna seperti Tuhan, karena bukan lagi kita yang hidup melainkan Kristus yang hidup di dalam kita (Gal.2:20).
Selanjutnya tahap pemurnian dilakukan melalui dua proses, yaitu metanoia (pertobatan) dan kenosis (penyangkalan diri). Ini adalah persiapan yang harus dilakukan untuk memungkinkan kita masuk ke tahap berikutnya.
Demikian juga tahap pengudusan dilakukan dengan dua proses, communio (bersatu dengan Kristus) dan imitatio (menjadi seperti Kristus). Bagian kedua ini adalah puncak dari proses transformasi manusia untuk menjadi sempurna.
Tidak ada cara lain untuk menjadi sempurna selain mengikuti kedua tahap ini. Setidaknya hanya cara itulah yang diajarkan Tuhan Yesus kepada kita di dalam Injil.
Jadi cara untuk menjadi sempurna menurut Tuhan Yesus dapat kita uraikan ke dalam empat proses transformatif sebagai berikut:
Metanoia, ini diungkapkan dalam kata “pergilah...”
Kenosis, ini diungkapkan dalam kata “juallah semua milikmu...”
Communio, ini diungkapkan dalam kata “datanglah kemari...”
Dan...
Imitatio, ini diungkapkan dalam kata “ikutlah Aku...”
Lalu pada Meditasi Yesus, proses metanoia dan kenosis, atau tahap pemurnian, terangkum dalam rumusan doa yang pertama:
“Tuhan Yesus Kristus Putra Allah, kasihanilah aku orang berdosa.”
Sementara proses communio dan imitatio, atau tahap pengudusan..., terangkum dalam rumusan doa yang kedua:
“Tuhan Yesus Kristus, aku mengasihi Engkau.”
Tahapan dan proses transformatif ini sebenarnya juga terlihat dalam seluruh ajaran Gereja. Di dalam Injil, proses transformatif ini tampak pada ajaran tentang penebusan dosa, pengampunan dosa, dan tentang penyangkalan diri. Ini adalah tahap pemurnian untuk membersihkan diri kita dari dosa asal, dosa-dosa perbuatan, serta keterikatan pada dunia atau pada kedagingan.
Setelah itu Injil juga mengajarkan kita untuk bersatu dengan Kristus dan mengikuti Dia. Itu tidak lain merupakan tahap pengudusan.
Ajaran untuk menjadi sempurna (di dalam Mat.19:21) menjadi rangkuman dari seluruh proses transformatif ini.
Bahkan di dalam misa di Gereja Katolik, kedua tahap proses transformatif ini juga diungkapkan dengan begitu jelas, yaitu pada bagian persiapan yang diantaranya berupa puasa (sebelum mengikuti misa) dan pernyataan tobat. Keduanya dapat dimasukkan ke dalam tahap pemurnian.
Kemudian dilanjutkan dengan komuni yang menyatukan kita dengan Kristus dalam sakramen ekaristi. Dan pada akhir misa kita diutus untuk menjadi saksi Kristus (atau menjadi seperti Kristus) di dalam kehidupan kita. Keduanya tidak lain adalah tahap pengudusan.
Itu semua menunjukkan bahwa sesungguhnya proses transformatif untuk kembali menjadi sempurna sebagai citra Allah sangat kental mewarnai seluruh kehidupan Gereja sejak awal berdirinya.
Gereja sejak awal memang sudah menyediakan mekanisme untuk melakukan proses transformatif ini demi mewujudkan kehendak Tuhan yaitu untuk menghadirkan kembali kehidupan di atas bumi seperti di dalam surga.
Betapa banyak pengikut Kristus yangl begitu antusias menekankan iman akan penebusan salib Kristus, seolah-olah menerima Kristus sebagai Tuhan dan penebus sudah cukup menyelamatkan. Padahal itu baru seperempat jalan. Itu barulah tahap metanoia.
Masih ada proses lain yang harus dijalani dan tidak boleh dilupakan yang menjadi inti dari seluruh proses transformasi kita sebagai manusia, yaitu menyangkal diri (kenosis), lalu bersatu dengan Kristus (communio) dan menjadi seperti Kristus (imitatio) agar kemanusiaan kita diubah menjadi sempurna seperti yang dituntut oleh Tuhan sendiri.
Bagi kita para pengikut Kristus sudah disediakan sebuah jalan yang lurus untuk menjadi sempurna seperti Bapa di surga. Jalan itu begitu mahal karena dibayar dengan pengorbanan salib Yesus Kristus, Tuhan kita. Alangkah sia-sianya hidup ini jika kita hanya menempuh setengah perjalanan. Tuhan menghendaki kita menjalani seluruhnya agar kita bisa menjadi sempurna seperti Dia sehingga kita boleh mengambil bagian dalam kemuliaan-Nya.
Orang-orang yang meyakini iman saja sudah cukup seringkali mengutip kisah Injil tentang penjahat yang disalibkan bersama Tuhan Yesus. Memang benar, penjahat yang disalibkan bersama Yesus langsung masuk ke surga hanya dengan percaya. Tapi itu dimungkinkan karena ia sudah tidak punya waktu lagi untuk menjalani tahap yang lain. Sedangkan bagi mereka yang diberi banyak kesempatan, iman saja tentu tidak cukup.
Belajarlah dari kisah orang kaya yang tidak berani menjual hartanya demi memperoleh hidup kekal, ia gagal meski sudah beriman dan mengikuti seluruh hukum Tuhan.
Meditasi Yesus adalah salah satu sarana yang tersedia bagi setiap pengikut Kristus untuk menerapkan ajaran Tuhan dalam meraih kesempurnaan. Meditasi Yesus menempatkan ke-empat tahap transformatif ini sebagai inti spiritualitasnya. Dengan mengikuti Meditasi Yesus, kita menjalani seluruh proses transformasi kemanusiaan tersebut untuk menjawab panggilan Tuhan, yaitu untuk menjadi sempurna seperti Tuhan dan bersama dengan Dia mewujudkan kehidupan di bumi seperti di dalam surga demi kemuliaan-Nya.
SELESAI.
Seri video Meditasi Yesus sudah bisa dilihat lengkap di youtube, seluruhnya ada 14 video. Gunakan keyword 'Meditasi Yesus' pada fasilitas search untuk menemukannya. Silahkan subscribe di channel video saya untuk memperolah video-video terbaru lainnya. Kunjungi juga BLOG kami di meditasi-yesus(dot)blogspot(dot)com.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H