Mohon tunggu...
Agustinus Daniel
Agustinus Daniel Mohon Tunggu... -

Credo ut Intelligam - Aku percaya maka aku mengerti.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Quo Vadis Homine?

28 Juli 2014   01:37 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:01 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bagaimanapun toleransi tetap ada batasnya dan kita tidak ingin tidak siap dengan solusi apapun saat batas toleransi itu terlampaui. Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, kita juga harus mempersiapkan solusi lain yang lebih mendasar ketimbang hanya toleransi. Ini kebutuhan peradaban global yang mau tidak mau menjadi kebutuhan bangsa kita juga.

Sebagaimana sudah saya sebutkan sebelumnya, satu komunitas membutuhkan satu landasan nilai-nilai dan tujuan bersama. Demikian juga ketika umat manusia semakin menjadi satu komunitas global, manusia membutuhkan satu landasan nilai-nilai dan tujuan bersama. Sesederhana itu solusinya. Sedikit atau banyak dunia bisa belajar dari Indonesia, bagaimana begitu banyak suku bangsa dan bahasa dalam skala lokal bisa bersatu dan sepakat di bawah satu prinsip dasar bersama: Pancasila. Tanpa adanya satu kebersamaan prinsip yang mengikat maka peradaban manusia tidak akan melangkah kemana-mana karena terus-menenerus disandera oleh berbagai konflik kemanusiaan yang berakar pada perbedaan mendasar tersebut.

Tapi masalahnya menjadi tidak sederhana lagi kalau saya katakan bahwa komunitas global membutuhkan satu nilai-nilai kemanusiaan dan satu visi peradaban yang sama. Karena sejauh ini agama adalah peletak dasar nilai-nilai kemanusiaan dan visi peradaban, maka konsekuensinya: umat manusia di era globalisasi ini membutuhkan sebuah agama universal atau super-religion yang akan menjadi pengikat dan pemersatu seluruh umat manusia, sebagaimana Pancasila dalam konteks lokal telah menjadi pengikat seluruh keberagaman suku bangsa, agama, dan bahasa di Indonesia. Bisa dibayangkan apa jadinya bangsa Indonesia tanpa Pancasila dan semangat kebangsaan yang satu. Itu juga yang akan terjadi dengan dunia tanpa sebuah agama universal.

Ya betul, saya tidak salah tulis. Saya ulangi lagi, di era globalisasi ini manusia membutuhkan satu agama universal. Ini adalah solusi radikal yang perlu diambil dan akan menjadi kunci perdamaian dunia. Akan sangat tidak konsisten kalau saya setuju bahwa satu komunitas manusia membutuhkan satu nilai-nilai dasar dan satu visi peradaban bersama tapi pada saat sama saya juga setuju untuk mempertahankan eksistensi keberagaman agama yang masing-masing menganggap dirinya benar. Sikap itu sama artinya dengan melanggengkan perbedaan nilai-nilai dasar kemanusiaan dan visi peradaban. Itu jelas kontradiksi dan absurd! Pada akhirnya manusia memang harus memilih: satu agama universal atau konflik global yang semakin besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun