Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

Pencinta membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

[Novel] Menapak Jejak di Kimaam, Episode 99-100

24 Januari 2025   04:30 Diperbarui: 23 Januari 2025   20:23 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Cover Novel Menapak Jejak di Kimaam (Dokumentasi Pribadi)

Josefa menambahkan, "Ini bukan hanya tentang meningkatkan hasil panen, tetapi juga tentang melestarikan budaya dan alam kita. Kita telah menemukan keseimbangan yang baik antara teknologi modern dan nilai-nilai tradisional kita."

Diskusi mereka terus berlanjut, membahas langkah-langkah selanjutnya untuk memperluas penggunaan teknologi dan memperbaiki kondisi lingkungan sekitar Kampung Tabonji. Dengan semangat kolaborasi dan inovasi yang terus berkembang, Josefa, Didimus, dan Teguh yakin bahwa masa depan pertanian di Pulau Kimaam akan menjadi lebih cerah dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.

Pengalaman Pertama

Pengalaman pertama Josefa dalam mengamati hasil langsung dari perubahan yang mereka lakukan di ladang Kampung Tabonji menjadi momen yang mendalam dan bermakna baginya. Setelah berbulan-bulan bekerja keras merancang dan menerapkan sistem pertanian baru, hari ini merupakan saat yang dinantikan untuk melihat hasil dari upaya mereka.

Pagi itu, matahari terbit perlahan-lahan di ufuk timur, menerangi ladang yang subur di mana tanaman ubi-ubi tumbuh dengan gemilang. Josefa, Didimus, dan Teguh berkumpul di antara barisan tanaman yang mulai matang. Mereka dengan penuh harap menatap tanaman-tanaman yang telah mereka rawat dengan telaten selama ini.

"Saya pikir saatnya untuk memanen, bukan?" ucap Josefa sambil tersenyum lebar, memegang pisau tajam di tangannya.

Didimus mengangguk setuju, "Ya, sudah waktunya. Kita lihat apa yang telah kita hasilkan."

Teguh yang biasanya tegas dalam pemikiran, menyempatkan diri untuk membuat catatan tentang kondisi tanah dan perkembangan tanaman untuk evaluasi lebih lanjut. "Saya ingin mencatat bagaimana sistem irigasi dan pemupukan telah berdampak pada pertumbuhan tanaman kita. Ini akan memberi kita wawasan yang berharga untuk masa depan."

Josefa memulai dengan hati-hati memotong satu tanaman ubi-ubi yang paling dekat dengan mereka. Dia tersenyum puas melihat umbi yang besar dan sehat terbongkar dari tanah. "Lihat ini, teman-teman! Kita berhasil!"

Didimus, yang selalu bijaksana dalam menyikapi setiap pencapaian, mengangguk puas. "Ini bukti bahwa pendekatan kita benar-benar berhasil. Kolaborasi antara ilmu pengetahuan modern dan kearifan lokal memang memberikan hasil yang optimal."

Sementara mereka bergerak dari satu tanaman ke tanaman lainnya, warga kampung yang hadir ikut merasakan kegembiraan mereka. Beberapa dari mereka membantu memanen, sementara yang lain memperhatikan dengan antusias.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun