Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

Pencinta membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketenangan Batin di Tengah Gelombang Kehidupan

14 Januari 2025   04:30 Diperbarui: 13 Januari 2025   19:07 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menerima realitas: berlatih menerima keadaan yang tidak bisa diubah. Ini adalah langkah awal untuk menemukan ketenangan batin. Psikolog Carl Rogers, dalam On Becoming a Person: A Therapist's View of Psychotherapy (1961), mengatakan, "Penerimaan adalah langkah pertama menuju perubahan."

Mengatur pikiran: teknik meditasi, mindfulness, atau doa. Hal ini dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan ketenangan pikiran. Jon Kabat-Zinn, pencipta program Mindfulness-Based Stress Reduction (MBSR), menjelaskan bahwa "Kesadaran memungkinkan kita untuk hidup di saat ini, bebas dari beban penyesalan dan kekhawatiran" (Wherever You Go, There You Are, 1994).

Fokus pada hal yang bisa dikendalikan. Sering, kecemasan berasal dari mencoba mengendalikan hal-hal di luar kendali kita. Psikolog Steven Covey, dalam The 7 Habits of Highly Effective People (1989), menekankan pentingnya fokus pada "lingkaran pengaruh" daripada "lingkaran kepedulian."

Menjaga keseimbangan antara pekerjaan, keluarga, dan waktu pribadi.  Keseimbangan hidup adalah fondasi ketenangan batin. Psikolog Tasha Eurich, dalam Insight: Why We're Not as Self-Aware as We Think (2017), mengatakan, "Keseimbangan adalah seni menyesuaikan prioritas agar hidup tetap bermakna dan produktif."

Melepaskan beban emosi: mengampuni diri sendiri dan orang lain. Mengampuni adalah langkah penting untuk mencapai ketenangan batin. Fred Luskin, direktur Stanford Forgiveness Projects, menjelaskan bahwa "Mengampuni bukanlah demi orang lain, tetapi untuk membebaskan diri kita dari rasa sakit emosional yang berlebihan" (Forgive for Good, 2002).

Inspirasi dan Kisah Nyata

Kisah Malala Yousafzai, penerima Nobel Perdamaian 2014, menunjukkan bahwa ketenangan batin dapat ditemukan meskipun menghadapi ancaman serius. Melalui keyakinannya pada tujuan hidup memperjuangkan pendidikan anak perempuan, Malala menghadapi ancaman Taliban dengan keberanian dan cinta, bukan dendam. Kisah serupa terlihat pada Oprah Winfrey, yang bangkit dari kemiskinan dan trauma masa muda melalui refleksi diri dan keyakinan pada mimpi, menginspirasi banyak orang dengan keberhasilannya.

Ajaran bijak juga menegaskan pentingnya ketenangan batin dalam menghadapi badai kehidupan. Paus Fransiskus menyatakan pentingnya doa untuk menjaga ketenangan di tengah kesulitan, sementara Viktor Frankl menekankan kebebasan memilih sikap terhadap situasi. Filsuf Stoik Epictetus menegaskan bahwa respons terhadap tantangan lebih penting daripada peristiwa itu sendiri.

Inspirasi nyata juga hadir dari berbagai bidang kehidupan: kesehatan, pendidikan, dan keluarga. Pasien kanker yang menemukan kedamaian melalui doa, Lance Armstrong yang bangkit dari kanker untuk menjadi juara dunia, dan guru di daerah terpencil yang tetap mengajar dengan semangat menunjukkan ketenangan melalui cinta pada profesi mereka. Seorang ibu single-fighter yang menghadapi tekanan ekonomi dengan cinta dan syukur juga membuktikan bahwa ketenangan batin memungkinkan menghadapi segala tantangan dengan keberanian.

Pada akhirnya, ketenangan batin adalah anugerah penting di tengah tekanan kehidupan modern, yang mendukung kesehatan fisik, hubungan sosial, dan keseimbangan emosional. Perjalanan menuju kedamaian hati dapat dimulai dengan langkah kecil, seperti berdoa, bermeditasi, atau menarik napas dalam, yang jika dilakukan konsisten akan membawa kedamaian sejati. Meskipun hidup penuh badai, ketenangan hati adalah kemudi yang menjaga fokus dan kebijaksanaan, seperti ungkapan: "Gelombang kehidupan mungkin tak bisa kita kendalikan, tetapi ketenangan di dalam hati adalah kemudi yang selalu ada." Mari kita temukan ketenangan ini untuk menjalani hidup dengan makna. (*)

Merauke, 14 Januari 2025

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun