Menerima realitas: berlatih menerima keadaan yang tidak bisa diubah. Ini adalah langkah awal untuk menemukan ketenangan batin. Psikolog Carl Rogers, dalam On Becoming a Person: A Therapist's View of Psychotherapy (1961), mengatakan, "Penerimaan adalah langkah pertama menuju perubahan."
Mengatur pikiran: teknik meditasi, mindfulness, atau doa. Hal ini dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan ketenangan pikiran. Jon Kabat-Zinn, pencipta program Mindfulness-Based Stress Reduction (MBSR), menjelaskan bahwa "Kesadaran memungkinkan kita untuk hidup di saat ini, bebas dari beban penyesalan dan kekhawatiran" (Wherever You Go, There You Are, 1994).
Fokus pada hal yang bisa dikendalikan. Sering, kecemasan berasal dari mencoba mengendalikan hal-hal di luar kendali kita. Psikolog Steven Covey, dalam The 7 Habits of Highly Effective People (1989), menekankan pentingnya fokus pada "lingkaran pengaruh" daripada "lingkaran kepedulian."
Menjaga keseimbangan antara pekerjaan, keluarga, dan waktu pribadi. Keseimbangan hidup adalah fondasi ketenangan batin. Psikolog Tasha Eurich, dalam Insight: Why We're Not as Self-Aware as We Think (2017), mengatakan, "Keseimbangan adalah seni menyesuaikan prioritas agar hidup tetap bermakna dan produktif."
Melepaskan beban emosi: mengampuni diri sendiri dan orang lain. Mengampuni adalah langkah penting untuk mencapai ketenangan batin. Fred Luskin, direktur Stanford Forgiveness Projects, menjelaskan bahwa "Mengampuni bukanlah demi orang lain, tetapi untuk membebaskan diri kita dari rasa sakit emosional yang berlebihan" (Forgive for Good, 2002).
Inspirasi dan Kisah Nyata
Kisah Malala Yousafzai, penerima Nobel Perdamaian 2014, menunjukkan bahwa ketenangan batin dapat ditemukan meskipun menghadapi ancaman serius. Melalui keyakinannya pada tujuan hidup memperjuangkan pendidikan anak perempuan, Malala menghadapi ancaman Taliban dengan keberanian dan cinta, bukan dendam. Kisah serupa terlihat pada Oprah Winfrey, yang bangkit dari kemiskinan dan trauma masa muda melalui refleksi diri dan keyakinan pada mimpi, menginspirasi banyak orang dengan keberhasilannya.
Ajaran bijak juga menegaskan pentingnya ketenangan batin dalam menghadapi badai kehidupan. Paus Fransiskus menyatakan pentingnya doa untuk menjaga ketenangan di tengah kesulitan, sementara Viktor Frankl menekankan kebebasan memilih sikap terhadap situasi. Filsuf Stoik Epictetus menegaskan bahwa respons terhadap tantangan lebih penting daripada peristiwa itu sendiri.
Inspirasi nyata juga hadir dari berbagai bidang kehidupan: kesehatan, pendidikan, dan keluarga. Pasien kanker yang menemukan kedamaian melalui doa, Lance Armstrong yang bangkit dari kanker untuk menjadi juara dunia, dan guru di daerah terpencil yang tetap mengajar dengan semangat menunjukkan ketenangan melalui cinta pada profesi mereka. Seorang ibu single-fighter yang menghadapi tekanan ekonomi dengan cinta dan syukur juga membuktikan bahwa ketenangan batin memungkinkan menghadapi segala tantangan dengan keberanian.
Pada akhirnya, ketenangan batin adalah anugerah penting di tengah tekanan kehidupan modern, yang mendukung kesehatan fisik, hubungan sosial, dan keseimbangan emosional. Perjalanan menuju kedamaian hati dapat dimulai dengan langkah kecil, seperti berdoa, bermeditasi, atau menarik napas dalam, yang jika dilakukan konsisten akan membawa kedamaian sejati. Meskipun hidup penuh badai, ketenangan hati adalah kemudi yang menjaga fokus dan kebijaksanaan, seperti ungkapan: "Gelombang kehidupan mungkin tak bisa kita kendalikan, tetapi ketenangan di dalam hati adalah kemudi yang selalu ada." Mari kita temukan ketenangan ini untuk menjalani hidup dengan makna. (*)
Merauke, 14 Januari 2025