Diskusi dengan Dosen
Inilah saat yang menggambarkan pertemuan penting antara Josefa dengan salah satu dosen pembimbingnya di IPB. Pertemuan ini menjadi salah satu titik balik dalam perjalanan akademis dan pribadinya.
Josefa masuk ke ruang dosen Profesor Surya dengan buku catatan yang penuh dengan pemikiran dan hasil eksperimennya di Kampung Tabonji. "Selamat pagi, Profesor Surya," sapa Josefa dengan antusias.
Profesor Surya tersenyum ramah. "Selamat pagi, Josefa. Ada yang spesial hari ini?" tanyanya sambil menunjuk kursi di depan meja kerjanya.
Josefa duduk dengan tegang, tetapi penuh semangat. "Saya ingin berbagi dengan Anda tentang bagaimana saya mengintegrasikan pengetahuan tradisional dari kampung saya dengan konsep-konsep baru yang saya pelajari di sini," ujarnya sambil memberikan ringkasan singkat tentang eksperimennya.
Profesor Surya mendengarkan dengan penuh perhatian. "Pupuk organik dari bahan alami dan sistem irigasi tradisional?" tanyanya, mencatat beberapa poin penting. "Bagaimana hasil eksperimen Anda terhadap produktivitas dan kualitas tanaman?"
Josefa menjelaskan dengan detail tentang observasi lapangan dan hasil uji coba yang dia dokumentasikan. "Kami melihat peningkatan signifikan dalam pertumbuhan tanaman dan kualitas hasil panen, sambil mempertahankan kesuburan tanah secara alami," paparnya dengan antusias.
Profesor Surya mengangguk mengapresiasi. "Ini adalah langkah yang sangat menarik, Josefa. Bagaimana Anda melihat potensi jangka panjang dari aplikasi ini di skala yang lebih luas?"
Diskusi berlanjut dengan pertanyaan dan saran dari Profesor Surya, yang membantu Josefa untuk merancang rencana pengembangan lebih lanjut dan evaluasi dampak teknik pertaniannya. Mereka berdebat tentang kemungkinan penyesuaian teknis dan praktis yang perlu dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas implementasi.
Setelah berjam-jam berdiskusi, Josefa meninggalkan ruang dosen dengan perasaan puas dan semangat yang membara. "Terima kasih banyak, Profesor Surya. Diskusi ini sangat membantu saya untuk melihat jalan ke depan," ucapnya dengan rasa terima kasih yang tulus.
Profesor Surya tersenyum bangga. "Teruslah dengan semangat ini, Josefa. Anda sedang menggali potensi besar untuk pertanian berkelanjutan. Saya yakin Anda bisa mencapai banyak hal."
Josefa keluar dari ruang dosen dengan keyakinan baru dan rencana yang lebih terarah untuk mengembangkan inisiatifnya. Dia merasa lebih siap daripada sebelumnya untuk melanjutkan perjalanan menapaki jejak di Kimaam, membawa visi dan pengetahuannya untuk menggabungkan kearifan lokal dengan teknologi modern menjadi kenyataan.
Membaca Buku tentang Tradisi
Inilah saat yang menunjukkan perjalanan Josefa dalam memperdalam pemahamannya tentang kearifan lokal melalui literatur dan buku-buku yang berkaitan dengan tradisi pertanian di Papua.
Josefa duduk di salah satu sudut perpustakaan IPB, buku-buku tentang pertanian tradisional Papua terbuka di mejanya. Sambil membaca dengan penuh konsentrasi, dia mulai merenungkan betapa pentingnya pengetahuan ini bagi misinya di Kampung Tabonji.
Profesor Ani, seorang ahli antropologi pertanian yang sering berdiskusi dengan Josefa, menghampiri mejanya. "Josefa, sepertinya kamu tengah sangat serius dengan penelitianmu. Apa yang kamu temukan dari literatur tersebut?" tanyanya ramah.
Josefa mengangkat kepala dan tersenyum. "Ini menakjubkan, Profesor Ani. Saya menemukan bahwa praktik pertanian tradisional di Papua tidak hanya berfungsi untuk produktivitas tanaman, tetapi juga sebagai bentuk kearifan lokal dalam menjaga keberlanjutan lingkungan," paparnya antusias.
Profesor Ani mengangguk setuju. "Benar sekali. Masyarakat Papua memiliki cara tersendiri dalam mengelola tanah dan sumber daya alam yang terbukti efektif selama berabad-abad. Bagaimana kamu merencanakan untuk mengaplikasikan penemuan ini di lapangan?"
Josefa menjelaskan rencananya untuk mengadakan sesi pelatihan dan demonstrasi lapangan di Kampung Tabonji, di mana dia akan berbagi pengetahuan yang dia dapatkan dengan para petani setempat. "Saya ingin mereka melihat bahwa teknologi modern bisa diintegrasikan dengan cara mereka sendiri tanpa kehilangan nilai-nilai budaya yang ada," tambahnya.
Diskusi mereka berlanjut, dengan Profesor Ani memberikan masukan berharga tentang bagaimana Josefa dapat lebih menghubungkan teori dengan praktik lapangan. Mereka berbicara tentang strategi komunikasi untuk memastikan bahwa pendekatan Josefa tidak hanya diterima tetapi juga diterapkan secara efektif oleh masyarakat setempat.
Setelah diskusi panjang, Josefa kembali fokus pada buku-buku di mejanya, mencatat ide-ide baru dan membuat catatan untuk rencana tindakan selanjutnya. "Terima kasih, Profesor Ani. Diskusi ini sangat membantu saya untuk mengarahkan langkah-langkah selanjutnya," ucap Josefa dengan penuh apresiasi.
Profesor Ani tersenyum bangga. "Saya senang bisa membantu. Kamu sedang melakukan pekerjaan yang luar biasa, Josefa. Tetap semangat dalam perjalananmu!"
Josefa mengangguk, penuh semangat. Dia merasa semakin siap untuk melanjutkan misinya dalam menggabungkan kearifan lokal dengan teknologi modern, membawa perubahan positif yang berkelanjutan bagi komunitasnya di Kampung Tabonji.
(Bersambung)
Merauke, 10 Januari 2025
Agustinus Gereda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H