Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

Pencinta membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dongeng, Taman Bermain Imajinasi Anak

7 Januari 2025   05:25 Diperbarui: 7 Januari 2025   05:35 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Ilustrasi dongeng, alat yang membangun imajinasi anak (Dokumentasi Pribadi)

Cerita rakyat adalah kisah yang diwariskan secara turun-temurun dalam suatu budaya, mencerminkan nilai-nilai dan tradisi masyarakat setempat. Cerita rakyat memperkaya wawasan anak tentang keragaman budaya dan memperluas imajinasi mereka melalui berbagai latar dan karakter unik.

Menurut penelitian, mendongeng dapat meningkatkan kreativitas anak usia dini dengan merangsang imajinasi mereka. Kreativitas yang berkembang melalui mendongeng membantu anak dalam menghasilkan ide-ide orisinal dan berpikir fleksibel. Dengan mengenalkan berbagai jenis dongeng, orang tua dan pendidik dapat membantu anak mengembangkan imajinasi, kreativitas, dan pemahaman mereka tentang dunia serta nilai-nilai kehidupan.

Manfaat Konkret Dongeng

Dongeng tidak hanya menjadi sarana hiburan, tetapi juga memiliki manfaat konkret bagi perkembangan anak. Berikut adalah empat manfaat utama dongeng dalam proses tumbuh kembang anak.

Meningkatkan kemampuan bahasa: Mendengarkan atau membaca dongeng membantu anak memperkaya kosa kata, memahami struktur kalimat, dan meningkatkan keterampilan berbicara. Menurut Lev Vygotsky dalam teorinya tentang perkembangan kognitif, interaksi sosial melalui bahasa adalah dasar perkembangan pikiran anak (Mind in Society: The Development of Higher Psychological Processes, 1978). Ketika anak mendengarkan dongeng, mereka belajar bagaimana kata-kata digunakan dalam konteks cerita, sehingga kemampuan literasi mereka meningkat. Studi oleh Senechal & LeFevre dalam Child Development (2002) menunjukkan bahwa membacakan cerita pada anak usia dini berkorelasi langsung dengan kemampuan membaca dan menulis yang lebih baik di usia sekolah.

Mengembangkan kemampuan berpikir kritis: Dongeng sering kali menghadirkan konflik atau tantangan yang harus diatasi oleh karakter dalam cerita. Hal ini mengajarkan anak untuk memikirkan solusi, memahami sebab-akibat, dan menganalisis situasi. Jean Piaget, dalam teorinya tentang perkembangan kognitif, menjelaskan bahwa anak-anak mulai mengembangkan kemampuan berpikir logis pada tahap operasional konkret (The Origins of Intelligence in Children, 1952). Melalui dongeng, anak-anak belajar berpikir kritis dalam memahami alur cerita dan menyelesaikan konflik.

Menumbuhkan empati: Karakter dalam dongeng sering menghadapi berbagai emosi dan situasi yang memungkinkan anak untuk belajar memahami perasaan orang lain. Empati adalah keterampilan sosial yang penting, dan dongeng membantu anak mengembangkan kemampuan ini dengan cara yang sederhana. Penelitian oleh Oatley dalam Journal of Applied Cognitive Psychology (1999) menunjukkan bahwa membaca cerita fiksi dapat meningkatkan empati, karena pembaca atau pendengar dihadapkan pada perspektif yang berbeda dari karakter cerita. Menurut psikolog pendidikan Sue Jennings dalam Drama Therapy: Theory and Practice (1994), dongeng adalah alat yang efektif untuk menumbuhkan empati, karena anak dapat mengalami "perjalanan emosional" bersama tokoh dalam cerita.

Membantu anak mengatasi masalah: Dongeng sering berisi pesan moral atau strategi untuk mengatasi masalah dalam kehidupan sehari-hari. Melalui cerita, anak-anak belajar bahwa setiap masalah memiliki solusi dan bahwa kegigihan serta keberanian adalah kunci untuk mengatasinya. Misalnya, dongeng seperti Hansel and Gretel mengajarkan ketangguhan dan kecerdikan dalam menghadapi kesulitan. Bruno Bettelheim, dalam The Uses of Enchantment: The Meaning and Importance of Fairy Tales (1976), menjelaskan bahwa dongeng memiliki fungsi terapeutik, membantu anak-anak memahami dan menghadapi ketakutan atau kecemasan mereka.

Uraian di atas menunjukkan, mendongeng adalah kegiatan sederhana yang berdampak luar biasa bagi perkembangan anak, tidak hanya sebagai sarana hiburan tetapi juga sebagai jembatan menuju dunia imajinasi yang memperkaya kreativitas, karakter, dan wawasan mereka. Dengan mendongeng, orang tua dan pendidik dapat mendekatkan diri dengan anak sekaligus membantu mereka meningkatkan kemampuan bahasa, berpikir kritis, menumbuhkan empati, dan mempersiapkan cara menghadapi tantangan kehidupan. Sebagaimana diungkapkan oleh Bruno Bettelheim (1976), dongeng memberikan makna pada pengalaman hidup anak, sehingga menjadikannya bagian dari rutinitas harian adalah langkah penting untuk membangun masa depan yang cerah. (*)

Merauke, 7 Januari 2025

Agustinus Gereda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun