Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

Pencinta membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mempertanyakan Keluhan Nilai: Apakah Mahasiswa Sudah Memenuhi Standar Mutu?

6 Januari 2025   05:25 Diperbarui: 5 Januari 2025   19:55 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pentingnya memahami kontrak perkuliahan di awal semester: Kontrak perkuliahan adalah dokumen yang merinci kesepakatan antara dosen dan mahasiswa terkait berbagai elemen dalam suatu mata kuliah, termasuk metode pengajaran, penugasan, kriteria evaluasi, dan jadwal pertemuan. Memahami kontrak perkuliahan membantu mahasiswa mengetahui hak dan kewajiban mereka, serta standar yang diharapkan selama proses pembelajaran. Dengan memahami kontrak perkuliahan, mahasiswa dapat mempersiapkan diri secara optimal, menghindari kesalahpahaman, dan menjaga komunikasi yang baik dengan dosen. Hal ini juga memastikan bahwa mahasiswa menyadari bahwa kehadiran hanyalah salah satu aspek dari keseluruhan penilaian, dan kualitas partisipasi serta pemahaman materi memainkan peran yang lebih signifikan dalam menentukan nilai akhir.

Tanggapan dan Pengelolaan Keluhan Mahasiswa

Tanggapan terhadap keluhan mahasiswa, di antaranya sikap dosen dalam menanggapi keluhan mahasiswa, dan contoh humor dalam menanggapi keluhan. Keluhan mahasiswa terkait penilaian akademik sering mencerminkan kurangnya pemahaman mereka tentang standar yang diterapkan dosen. Dalam situasi ini, sikap dosen menjadi kunci untuk meredakan ketegangan dan meningkatkan pemahaman. Menurut Brookfield, dalam The Skillful Teacher: On Technique, Trust, and Responsiveness in the Classroom (1995), "Transparansi dalam menyampaikan alasan di balik suatu keputusan akademik membantu membangun kepercayaan antara dosen dan mahasiswa."

Transparansi mencakup beberapa hal. Pertama, penjelasan kriteria penilaian: memberikan rincian tentang bagaimana tugas, ujian, dan partisipasi dinilai. Hal ini dapat dilakukan melalui rubrik penilaian atau panduan terstruktur. Kedua, dialog terbuka: mendorong mahasiswa untuk menyampaikan keluhan mereka dalam suasana yang terbuka dan tidak menghakimi. Dialog semacam ini memungkinkan mahasiswa memahami logika di balik keputusan dosen. Ketiga, mengakui kekeliruan: apabila terdapat kesalahan dalam penilaian, dosen perlu dengan rendah hati mengakuinya dan segera mengambil tindakan korektif.

Penggunaan humor yang tepat dapat menjadi cara efektif untuk menyadarkan mahasiswa akan realitas penilaian akademik. Sebagai contoh, tanggapan seperti, "Kalau nilai C tidak memuaskan, bagaimana jika kita coba nilai D atau E?" secara tidak langsung mengajak mahasiswa untuk mengevaluasi kembali keluhan mereka. Humor ini bertujuan untuk mengurangi ketegangan sekaligus memberikan perspektif baru. Menurut Ziv, dalam Teaching and Learning with Humor (1988), humor dapat memperkuat hubungan interpersonal dalam pendidikan dan membantu menyampaikan pesan yang sulit secara lebih efektif.

Dosen perlu mengelola keluhan mahasiswa dengan sikap yang profesional, transparan, dan empatik. Dengan memadukan pendekatan dialog terbuka, penjelasan logis, dan humor yang tepat, dosen tidak hanya dapat menangani keluhan secara konstruktif, tetapi juga memberikan pembelajaran berharga tentang pentingnya menghargai proses evaluasi akademik.

Pada akhirnya, nilai akademik mencerminkan mutu kerja yang sesuai dengan standar akademik, bukan hanya hasil dari usaha atau kehadiran. Penilaian dirancang untuk mengukur kemampuan berpikir kritis, analisis, dan penyampaian gagasan yang baik, sehingga mahasiswa perlu memahami bahwa kualitas, relevansi, dan pemahaman materi menjadi faktor utama dalam menentukan nilai akhir. Untuk itu, mahasiswa diimbau memahami standar mutu yang ditetapkan, sementara dosen diharapkan menjaga transparansi penilaian dan membuka ruang dialog untuk mengatasi kesalahpahaman. Dengan berkomitmen pada proses pembelajaran dan terus meningkatkan kualitas akademik, mahasiswa tidak hanya mendapatkan nilai yang memuaskan, tetapi juga keterampilan yang bermanfaat dalam kehidupan dan dunia kerja. (*)

Merauke, 06 Januari 2025

Agustinus Gereda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun