Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

Pencinta membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Singkirkan Smartphone Sejenak, Menyambut Kelahiran Yesus dalam Keheningan

24 Desember 2024   05:25 Diperbarui: 23 Desember 2024   19:22 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Natal adalah momen yang memanggil kita untuk merenungkan makna kelahiran Sang Juruselamat, sebagaimana terlihat dalam keheningan kandang Natal. Maria dan Yosef menyaksikan keajaiban luar biasa: bayi Yesus, Allah yang menjadi manusia. Kehadiran mereka melambangkan kekhidmatan dan kerendahan hati, dengan Maria menyimpan segala perkara di dalam hatinya dan Yosef, meskipun tak bersuara, setia melindungi keluarganya. Namun, keheningan ini begitu kontras dengan dunia modern yang penuh kebisingan, terutama dari gangguan digital seperti smartphone yang sering mengisi waktu dengan notifikasi dan media sosial. Kisah mereka mengingatkan kita untuk berhenti sejenak, menyingkirkan gangguan, dan menyambut momen suci Natal dengan hati yang penuh perhatian, hadir sepenuhnya bagi Allah dan sesama.

Keheningan Maria dan Yosef

Keheningan memiliki makna yang mendalam dalam kisah kelahiran Yesus, sebagaimana terlihat dalam kehidupan Maria dan Yosef. Dalam tradisi iman Katolik, keheningan mereka tidak hanya mencerminkan kebajikan pribadi, tetapi juga menjadi contoh bagaimana manusia dapat membuka hati untuk mendengarkan kehendak Allah.

Maria: Merenungkan dan menyimpan segala sesuatu di dalam hatinya. Maria adalah teladan iman yang merenungkan misteri kehidupan dengan penuh kasih, seperti tertulis dalam Lukas 2:19 bahwa ia menyimpan dan merenungkan segala perkara dalam hatinya. Hal ini menunjukkan bagaimana Maria tidak terburu-buru memahami atau menghakimi pengalaman-pengalaman luar biasa yang dialaminya, tetapi memilih untuk menyimpan semuanya dalam hati dan merenungkannya dalam keheningan. Paus Fransiskus dalam Admirabile Signum (2019) menekankan keheningan Maria sebagai ekspresi keterbukaan terhadap misteri Allah. Maria, melalui keheningannya, mengajarkan pentingnya kepekaan untuk melihat karya Tuhan yang bekerja di balik peristiwa-peristiwa hidup. Sementara Christopher West dalam Theology of the Body Explained (2007) menggambarkannya sebagai penerimaan radikal terhadap kehendak Allah, menjadikan dirinya "bejana" bagi karya keselamatan-Nya.

Yosef: Ketaatan yang terwujud dalam tindakan. Yosef, meski tidak pernah berbicara dalam Kitab Suci, menunjukkan kedalaman imannya melalui keheningan dan tindakan. Ia mendengarkan kehendak Allah dalam mimpi (Mat 1:20-24; 2:13-14) dan taat menjalankannya tanpa ragu. Paus Benediktus XVI dalam Jesus of Nazareth: The Infancy Narratives (2012) menyebut Yosef sebagai "orang benar" yang membuktikan ketaatan melalui tindakan, sementara Paus Yohanes Paulus II dalam Redemptoris Custos (1989) menggambarkannya sebagai "ikon ketaatan yang sempurna terhadap Allah." Keheningan Yosef menjadi teladan bahwa tindakan berbicara lebih kuat daripada kata-kata.

Keheningan: Cara mendengarkan kehendak Allah dan merenungkan makna kehidupan. Keheningan Maria dan Yosef menjadi teladan universal dalam mendengarkan Allah di tengah kebisingan dunia modern. Paus Fransiskus dalam Evangelii Gaudium (2013) menegaskan pentingnya keheningan untuk mendengar suara Roh Kudus, sementara Thomas Merton dalam Thoughts in Solitude (1958) menyebut keheningan sebagai rahmat untuk merenungkan makna hidup. Melalui diam, Maria dan Yosef mendengarkan, merenung, dan bertindak sesuai kehendak Allah, mengingatkan kita untuk menenangkan hati dan membuka diri pada panggilan Tuhan di tengah gangguan dunia.

Makna Keheningan di Tengah Dunia yang Bising

Keheningan, yang pernah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia, kini semakin sulit ditemukan di tengah hiruk-pikuk dunia modern. Kehadiran teknologi dan media digital telah membawa kita pada kebiasaan yang bising, baik secara fisik maupun mental, sehingga seni keheningan sebagai ruang untuk merenung dan mendengarkan mulai pudar. Namun, tradisi iman Kristiani, terutama melalui refleksi kelahiran Yesus, menekankan keheningan sebagai jalan menuju pemahaman akan makna hidup dan kehadiran Allah.

Dunia modern dipenuhi suara notifikasi, media sosial, dan kebutuhan untuk terus aktif. Kebisingan dari notifikasi dan media sosial dalam kehidupan sehari-hari sering mengabaikan kebutuhan spiritual kita. Paus Benediktus XVI dalam Message for the 45th World Communications Day (2011) menyatakan bahwa dunia yang penuh informasi sering kehilangan kebijaksanaan, dan koneksi digital justru memutus hubungan manusiawi. Ketergantungan pada teknologi menciptakan tekanan untuk terus aktif, sehingga kita kehilangan momen untuk berhenti, merenung, dan mendengarkan suara hati.

Kehilangan seni keheningan, ketidakmampuan untuk berhenti dan mendengarkan. Kehilangan seni keheningan akibat gaya hidup modern mengurangi kemampuan kita mendengar suara Roh Kudus, seperti diingatkan Paus Fransiskus dalam Evangelii Gaudium (2013). Henri Nouwen dalam The Way of the Heart (1981) menegaskan bahwa keheningan adalah ruang untuk bertemu Tuhan dan memahami kehadiran-Nya, sekaligus sarana untuk mendengarkan sesama dengan perhatian penuh, memperdalam hubungan antarmanusia.

Kelahiran Yesus, undangan untuk memandang misteri kehidupan dengan keheningan dan rasa kagum. Paus Fransiskus dalam Admirabile Signum (2019) mengajak kita merenungkan misteri kelahiran Yesus di kandang Natal melalui keheningan dan rasa kagum, sebagai ruang untuk menghentikan hiruk-pikuk dunia dan memandang keajaiban Allah yang menjadi manusia. Kehadiran Maria dan Yosef di kandang Natal menjadi simbol keheningan penuh makna, mengajarkan bahwa dalam diam, kita dapat mengenali kehadiran dan kehendak Allah. Kardinal Robert Sarah dalam The Power of Silence (2017) menegaskan bahwa hanya keheningan yang mampu memulihkan hubungan manusia dengan Tuhan di tengah dunia yang bising.

Keheningan sebagai Tanda Keterbukaan

Keheningan bukan hanya ketidakhadiran suara; ia adalah tanda penghormatan, kesediaan untuk mendengarkan, dan keterbukaan terhadap Allah dan sesama. Dalam dunia modern yang penuh distraksi, keheningan menjadi jembatan untuk membangun relasi yang lebih dalam, baik dalam kehidupan spiritual maupun hubungan manusia.

Keheningan menunjukkan penghormatan terhadap Allah dan sesama. Dalam tradisi Gereja, keheningan adalah bentuk penghormatan tertinggi kepada Allah dan sesama, menjadi ruang untuk merasakan kehadiran-Nya dan mendengar suara-Nya tanpa gangguan. Kitab Suci mengajarkan, "Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah" (Mzm 46:11), sementara Paus Benediktus XVI dalam Verbum Domini (2010) menegaskan bahwa keheningan memberi makna pada kata-kata dan memperdalam komunikasi. Keheningan juga, seperti yang dikatakan Santo Yohanes Maria Vianney, adalah "teman sejati jiwa" yang memungkinkan cinta dan penghormatan tumbuh dalam hubungan manusia.

Praktik mendengarkan dengan penuh perhatian, menyingkirkan smartphone sebagai simbol gangguan. Keheningan menjadi sangat relevan dalam praktik mendengarkan, terutama di tengah gangguan dunia digital. Paus Fransiskus dalam Christus Vivit (2019) mengingatkan bahwa keheningan adalah ruang bagi Allah untuk berbicara, dan kita harus menjaga agar dunia digital tidak menguasai hidup kita. Menyingkirkan smartphone memungkinkan kita hadir sepenuhnya bagi Allah dan sesama, menunjukkan penghargaan dan kasih melalui mendengarkan dengan penuh perhatian, yang Henri Nouwen gambarkan sebagai "hadiah terbesar: kehadiran kita yang sepenuhnya" (Life of the Beloved, 1992).

Relevansi keheningan dalam keluarga dan masyarakat untuk menciptakan relasi yang lebih dalam. Keheningan memiliki peran penting dalam memperkuat hubungan keluarga dan masyarakat. Di tengah kehidupan yang sibuk, keheningan menciptakan ruang untuk refleksi, percakapan bermakna, dan penguatan ikatan emosional, seperti diingatkan Paus Fransiskus dalam Amoris Laetitia (2016, 137). Selain itu, keheningan membantu meredakan konflik dan membuka ruang untuk dialog, sebagaimana ditegaskan Kardinal Robert Sarah dalam The Power of Silence (2017). Dengan menyingkirkan gangguan seperti teknologi saat momen penting, keluarga dapat menciptakan suasana penuh kasih yang menunjukkan penghargaan terhadap kebersamaan.

Refleksi: Menyambut Kelahiran Yesus dengan Keheningan

Masa Natal adalah momen istimewa untuk menyambut kelahiran Yesus, Sang Juru Selamat. Di tengah hiruk-pikuk dunia modern, keheningan menjadi panggilan yang kuat untuk merenungkan makna kelahiran-Nya dan memperbaiki hubungan dengan Allah serta sesama. Refleksi ini mengundang kita untuk menciptakan ruang bagi kehadiran Allah melalui keheningan, menjauh sejenak dari gangguan teknologi, dan mendalami makna Natal yang sejati.

Ajakan untuk menciptakan momen hening selama masa Natal. Keheningan bukan sekadar absennya suara, melainkan keadaan batin yang terbuka untuk mendengar dan merenung, sebagaimana Paus Fransiskus dalam Admirabile Signum (8) menyebut keheningan di hadapan bayi Yesus mengundang rasa kagum akan misteri kehidupan. Teladan Kitab Suci, seperti para gembala yang mendengar kabar gembira dalam keheningan malam (Luk 2:8-20), mengajarkan pentingnya momen hening untuk mendekat kepada Allah. Henri Nouwen (1981) menegaskan bahwa keheningan adalah ruang di mana Allah berbicara kepada manusia. Selama Natal, keheningan menjadi ajakan untuk berhenti sejenak, merenungkan kasih karunia Allah yang hadir dalam diri Yesus.

Menyingkirkan smartphone sejenak sebagai bentuk kehadiran penuh bagi Allah dan orang-orang terkasih. Di era modern, teknologi seperti smartphone sering kali mengganggu relasi mendalam dengan Allah dan sesama. Paus Fransiskus dalam Christus Vivit (115) mengingatkan bahwa media digital harus menjadi alat, bukan pengganti hubungan sejati, dan menyingkirkannya selama Natal menunjukkan kesediaan untuk hadir sepenuhnya. Momen hening tanpa gangguan teknologi mempererat hubungan keluarga, sebagaimana Gary Chapman dalam The 5 Love Languages (1992) menyebut perhatian penuh sebagai bentuk kasih yang paling mendalam, membuat orang merasa dicintai dan dihargai.

Keheningan sebagai sarana untuk memahami makna sejati dari kelahiran Yesus dan memperbaiki relasi dengan Allah. Keheningan adalah jalan untuk merenungkan misteri kelahiran Yesus sebagai tanda kasih Allah, seperti yang dicontohkan Maria yang "menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya" (Luk 2:19). Paus Benediktus XVI dalam Verbum Domini (66) menegaskan bahwa keheningan diperlukan untuk mendengar firman Allah di tengah hiruk pikuk dunia. Dalam keheningan, kita membuka diri untuk mendengar kehendak-Nya, memperbarui relasi dengan Allah, dan menemukan makna hidup dalam terang kelahiran Kristus, sebagaimana Kardinal Robert Sarah (2017) menyebut keheningan sebagai sarana mengenal Allah secara mendalam.

Akhirnya, Maria dan Yosef mengajarkan bahwa Allah dapat ditemukan dalam keheningan, yang bukan sekadar kekosongan, melainkan ruang untuk merasakan kasih dan bimbingan-Nya, seperti yang ditunjukkan oleh Maria melalui perenungannya dan Yosef melalui tindakan taat tanpa kata. Di tengah dunia modern yang bising dan penuh distraksi, Natal menjadi momen istimewa untuk mempraktikkan keheningan, membuka hati, dan memperbaiki relasi dengan Allah serta sesama. Ajakan sederhana ini mengundang kita untuk berhenti sejenak, menyingkirkan smartphone, dan menyambut keajaiban Natal dalam keheningan yang khidmat, di mana kedamaian, sukacita, dan cinta sejati dapat dirasakan sebagai hadiah terbesar bagi Allah, keluarga, dan diri kita sendiri. (*)

Merauke, 24 Desember 2024

Agustinus Gereda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun