Mereka berbincang tentang kenangan-kenangan indah selama di IPB, termasuk momen-momen lucu saat praktikum dan belajar bersama di perpustakaan. Keakraban mereka membuat perpisahan terasa lebih berat, namun penuh harapan.
Sebelum kembali ke Kampung Tabonji, Josefa juga menghabiskan waktu untuk mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa pulang. Dia mengemas buku-buku dan catatan kuliahnya dengan hati-hati, karena dia yakin bahwa pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya di IPB akan sangat berharga bagi rencananya di kampung halamannya. Di tengah kesibukannya, Teguh datang membantu mengemas barang-barangnya.
"Jangan lupa bawa ini," kata Teguh sambil menyerahkan sebuah buku tentang pertanian berkelanjutan. "Siapa tahu bisa berguna nanti di kampung."
Josefa mengambil buku itu dengan penuh rasa syukur. "Terima kasih, Teguh. Semua ini akan sangat membantu. Aku juga tak sabar untuk berbagi pengetahuan ini dengan keluargaku dan teman-teman di kampung."
Di samping itu, Josefa juga mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan baru yang mungkin dihadapinya ketika menerapkan ilmu dan pengetahuannya di Kampung Tabonji. Meskipun dia yakin dengan rencananya, dia juga menyadari bahwa akan ada berbagai perubahan dan penyesuaian yang perlu dilakukan.
Sebelum meninggalkan Bogor, Josefa juga menyempatkan diri untuk mengunjungi beberapa dosen dan mentor yang telah memberinya dukungan selama di IPB. Dia mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan arahan mereka yang telah membantunya berkembang selama di perguruan tinggi.
"Pak, terima kasih banyak atas semua bimbingan dan ilmu yang Bapak berikan," kata Josefa dengan tulus saat bertemu Dr. Herlambang.
Dr. Herlambang tersenyum dan menjabat tangan Josefa. "Saya bangga dengan kemajuanmu, Josefa. Ingatlah bahwa ilmu yang kamu bawa harus digunakan untuk kebaikan banyak orang. Saya yakin kamu bisa membawa perubahan positif di kampung halamanmu."
Ketika hari keberangkatannya tiba, Josefa merasa campuran antara sedih meninggalkan teman-teman baru dan keluarganya di Bogor, tetapi juga sangat bersemangat untuk kembali ke kampung halamannya dan mulai menerapkan rencana yang telah disiapkannya dengan tekun selama ini.
Di bandara, Teguh memberikan pelukan perpisahan. "Ingat, Josefa, meskipun jarak memisahkan kita, kamu selalu bisa mengandalkan dukungan dari kami di sini."
Josefa mengangguk, menahan air mata haru. "Terima kasih, Teguh. Dukunganmu berarti segalanya bagiku."