Integrasi Ilmu Modern
Setelah berbagai pengalaman di kelas, laboratorium, dan kunjungan lapangan, Josefa merasa lebih siap dari sebelumnya untuk mengintegrasikan ilmu modern yang diperolehnya ke dalam konteks pertanian di kampung halamannya, Kampung Tabonji. Suatu sore, dia dan Teguh duduk di bawah pohon rindang di kampus, berdiskusi tentang cara terbaik untuk menerapkan pengetahuan mereka.
"Kunci utama adalah menemukan keseimbangan antara teknik tradisional dan metode modern," kata Teguh sambil menatap catatan mereka. "Kita harus memastikan bahwa inovasi yang kita bawa tidak mengabaikan kearifan lokal yang sudah ada."
Josefa mengangguk setuju. "Benar, Teguh. Aku ingin memastikan bahwa inovasi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi masyarakat di Kampung Tabonji, tanpa mengubah identitas mereka."
Mereka mulai dengan menyusun rencana integrasi yang mencakup beberapa aspek penting: pengolahan tanah, penggunaan pupuk, pengendalian hama, dan sistem irigasi. Josefa mengusulkan penggunaan pupuk organik yang telah mereka pelajari di laboratorium, dikombinasikan dengan teknik pemupukan tradisional yang sudah dikenal oleh masyarakat.
"Kita bisa mulai dengan proyek percontohan di lahan yang tidak terlalu luas," usul Josefa. "Dengan begitu, masyarakat bisa melihat hasilnya terlebih dahulu sebelum menerapkan secara luas."
Teguh setuju dan menambahkan, "Kita juga perlu mengadakan sesi pelatihan dan demonstrasi lapangan. Penting bagi mereka untuk memahami langkah-langkahnya dan melihat langsung manfaatnya."
Josefa mengangguk semangat. "Selain itu, aku berpikir untuk memperkenalkan ekstrak daun mimba dan bawang putih sebagai biopestisida. Ini bisa menjadi solusi yang baik, terutama karena bahan-bahannya mudah ditemukan di sekitar kita."
Teguh tersenyum. "Ini ide bagus, Josefa. Kita juga harus menjelaskan bagaimana cara membuat dan mengaplikasikannya. Mereka pasti akan lebih tertarik jika tahu bahwa bahan-bahan ini ramah lingkungan dan efektif."
Mereka juga merencanakan untuk mengimplementasikan sistem irigasi tetes yang telah mereka pelajari. Sistem ini dinilai efisien dan cocok untuk kondisi di Kampung Tabonji yang sering menghadapi masalah kekurangan air selama musim kemarau.