Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

Pencinta membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Membangun Kebiasaan Melalui Pengulangan: Strategi Menumbuhkan Disiplin dan Kompetensi Siswa

2 Desember 2024   05:25 Diperbarui: 2 Desember 2024   10:39 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Antara via Kompas.com

Kebiasaan belajar memainkan peran penting dalam keberhasilan pendidikan, karena membantu siswa membentuk disiplin dan menguasai materi lebih mendalam. Dengan konsisten melakukan aktivitas belajar yang teratur, siswa tidak hanya memperkuat ingatan tetapi juga membangun kedisiplinan yang bermanfaat dalam kehidupan. Konsep ini sejalan dengan adagium Latin Repetitio est Mater Studiorum, yang menekankan pentingnya pengulangan dalam pembelajaran, seperti mengulang materi dan latihan soal untuk memperkuat pemahaman dan keterampilan. Melalui pengulangan, guru dapat membantu siswa menanamkan kebiasaan belajar yang positif, mendukung kemajuan akademis, dan menciptakan pola belajar efektif yang berdampak jangka panjang.

Pengulangan sebagai Kunci Pembentukan Kebiasaan

Pengulangan dalam pembelajaran adalah proses mengulang kegiatan atau materi tertentu untuk memperkuat pemahaman, keterampilan, dan memori. Menurut Howard E. Gardner, dalam Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligence (1983), pengulangan memperkuat sinaps dalam otak, yang membantu siswa mengingat dan mengaplikasikan pengetahuan baru dengan lebih mudah, menjadikannya bagian dari memori jangka panjang. Clifford Geertz dalam The Interpretation of Cultures (1973) menyoroti bahwa pengulangan bukan hanya memperdalam pemahaman, tetapi juga menjadi bagian dari nilai budaya dalam masyarakat yang mengutamakan ketekunan. Dengan rutinitas yang diulang, pengulangan mengakar sebagai kebiasaan yang diwariskan dalam budaya belajar.

Pengulangan memperkuat jalur neurologis yang mendukung ingatan dan pemahaman. Menurut Daniel T. Willingham, dalam Why Don't Students Like School? (2009),  otak membutuhkan latihan berulang agar informasi atau keterampilan baru tidak mudah hilang dan lebih mudah diakses kembali. B.F. Skinner dalam The Technology of Teaching (1968) juga menyebut pengulangan sebagai bentuk penguatan positif yang mendorong kepercayaan diri dan motivasi siswa dalam belajar.

Di sekolah, tugas berulang seperti pekerjaan rumah membantu membentuk kebiasaan belajar. Carol S. Dweck dalam Mindset: The New Psychology of Success (2006), menegaskan bahwa PR yang konsisten memperkuat pola pikir berkembang, di mana siswa belajar bahwa kemampuan mereka dapat terus ditingkatkan dengan usaha berkelanjutan, membangun disiplin dan pengulangan dalam proses belajar.

Latihan soal dan ulangan harian memberi siswa kesempatan untuk memahami format soal dan pendekatan penyelesaian masalah, yang tidak hanya memperkuat pemahaman akademis tetapi juga menumbuhkan kepercayaan diri dalam menghadapi ujian.

Pengulangan dalam hafalan, seperti kosakata bahasa atau rumus matematika, memperkuat daya ingat siswa dan mempersiapkan mereka untuk menerapkan pengetahuan dalam konteks yang lebih kompleks. Pengulangan ini, seperti yang ditegaskan Edward Thorndike dalam Educational Psychology (1913), mendukung pembelajaran efektif yang memperkuat akses cepat terhadap informasi saat dibutuhkan. 

Dampak Positif Pengulangan dalam Membangun Disiplin

Pengulangan berperan penting dalam membangun rutinitas yang mendukung kedisiplinan siswa. Saat kegiatan dilakukan berulang kali, siswa terbiasa dengan pola yang menjadi bagian dari keseharian mereka. James Clear dalam Atomic Habits (2018) menjelaskan bahwa pengulangan membuat aktivitas menjadi otomatis, membentuk rutinitas yang mendukung kedisiplinan dalam belajar. Sementara itu, Robert J. Marzano dalam The Art and Science of Teaching (2007) menyebutkan bahwa siswa yang terpapar pola belajar berulang lebih siap menghadapi tantangan akademis dan mampu membentuk kebiasaan belajar mandiri. Rutinitas ini menjadi fondasi penting untuk kedisiplinan yang menunjang kesuksesan.

Kegiatan berulang seperti pekerjaan rumah (PR) membantu siswa berlatih secara konsisten. Menurut Albert Bandura dalam Social Learning Theory (1977), PR mengajarkan kedisiplinan dan tanggung jawab, memperkuat pemahaman bahwa kedua hal tersebut penting dalam proses belajar. Latihan soal juga memperkuat kedisiplinan. Melalui latihan, siswa belajar mengatur waktu, mengidentifikasi kelemahan, dan mengasah keterampilan penyelesaian masalah, meningkatkan motivasi belajar mereka dengan adanya pencapaian yang terukur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun