Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Membangun Kebiasaan Melalui Pengulangan: Strategi Menumbuhkan Disiplin dan Kompetensi Siswa

2 Desember 2024   05:25 Diperbarui: 2 Desember 2024   10:39 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Antara via Kompas.com

Pengulangan dalam hafalan, seperti dalam bahasa atau matematika, memperkuat disiplin diri siswa melalui ketekunan. Angela Duckworth dalam Grit: The Power of Passion and Perseverance (2016)  menyatakan bahwa ketekunan dalam mengulang hafalan adalah bagian dari "grit," atau kemampuan bertahan pada tujuan jangka panjang, yang berkaitan erat dengan kedisiplinan.

Kedisiplinan dari rutinitas pengulangan membawa manfaat besar dalam keteraturan belajar, mempermudah siswa dalam mengatur waktu dan prioritas. Mereka yang disiplin cenderung memiliki sistem manajemen waktu yang baik, mengurangi stres dari tugas yang menumpuk. Selain itu, kedisiplinan mendorong rasa tanggung jawab.

John Dewey dalam Democracy and Education (1916) berpendapat bahwa pendidikan juga membentuk karakter, termasuk tanggung jawab, yang tumbuh saat siswa terbiasa menyelesaikan tugas secara mandiri. Pada akhirnya, kedisiplinan yang terbentuk dari pengulangan meningkatkan hasil akademik. Siswa menjadi lebih terorganisir, memiliki keterampilan manajemen diri, dan siap menghadapi tantangan di masa depan dengan karakter yang disiplin dan bertanggung jawab.

Pengulangan untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa

Pengulangan adalah metode penting dalam proses belajar untuk membangun kompetensi akademis dan non-akademis siswa. Pengulangan memungkinkan siswa menguasai keterampilan atau pengetahuan tertentu melalui praktik yang konsisten, hingga mencapai kemahiran. John Hattie dalam Visible Learning (2009) menjelaskan bahwa pengulangan memberi "umpan balik diri," yang membantu siswa mengenali kekuatan dan kelemahan, serta memperbaiki pemahaman mereka. Hal ini menunjukkan bahwa pengulangan adalah dasar dari kompetensi yang terasah, menjadikan keterampilan lebih otomatis dan terintegrasi dalam keseharian siswa.

Selain kompetensi, pengulangan juga membangun kepercayaan diri siswa. Carol S. Dweck (2006) mengemukakan bahwa latihan konsisten membantu siswa mengembangkan growth mindset, yakni keyakinan bahwa kemampuan mereka dapat berkembang melalui usaha dan ketekunan. Secara psikologis, pengulangan memperkuat memori jangka panjang, sehingga informasi dan keterampilan yang dipelajari lebih mudah diingat. Lev Vygotsky dalam Mind in Society (1978) menyebutkan bahwa interaksi berulang dengan materi memperkuat pemahaman dan kompetensi siswa secara bertahap.

Dalam bidang seperti matematika, pengulangan memperkuat pemahaman konsep dasar dan keterampilan problem-solving. Jo Boaler dalam Mathematical Mindsets (2016) menyatakan bahwa latihan soal yang berulang membuat siswa lebih fleksibel dalam berpikir dan meningkatkan kepercayaan diri dalam menghadapi soal yang kompleks.

Dalam pembelajaran bahasa, pengulangan membantu siswa menginternalisasi kosa kata, tata bahasa, dan pelafalan. Stephen Krashen dalam The Natural Approach (1983) menekankan pentingnya paparan berulang untuk meningkatkan pemahaman dan penguasaan bahasa. Pada keterampilan teknis, pengulangan membangun kompetensi yang kuat. Donald A. Schn dalam The Reflective Practitioner (1983) menyebutkan bahwa latihan berulang dalam situasi nyata membentuk kompetensi reflektif, membantu siswa menyelesaikan tugas lebih terampil dan kreatif.

Implementasi Strategi Pengulangan dalam Kegiatan Pembelajaran di Sekolah

Pengulangan dalam pembelajaran bertujuan memperkuat pemahaman dan keterampilan siswa melalui latihan konsisten. Menurut Benjamin Bloom dalam Taxonomy of Educational Objectives (1956), pengulangan terstruktur memungkinkan siswa bergerak dari tahap pengenalan ke pemahaman, hingga penerapan.

Latihan harian bisa digunakan untuk membantu siswa mengingat materi yang baru diajarkan. Praktik ini, sejalan dengan teori Robert Gagn dalam The Conditions of Learning (1965), menunjukkan bahwa tugas kecil berulang memperkuat koneksi saraf di otak, mempercepat pembelajaran. Selain itu, ulangan kecil secara berkala membantu siswa meninjau materi tanpa tekanan berlebihan. Bruce Tuckman dalam Theories and Applications in Educational Psychology (2009) menyatakan bahwa ulangan kecil memetakan pemahaman siswa dan mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan. Akhirnya, diskusi kelompok terjadwal memungkinkan siswa memperkuat pemahaman melalui berbagai sudut pandang. Jean Lave dalam Situated Learning: Legitimate Peripheral Participation (1991) menyoroti pentingnya kolaborasi dalam pembelajaran, karena interaksi dengan teman sebaya dapat memperkaya pengalaman belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun