Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menanam Pohon, Langkah Kecil dengan Dampak Besar

28 November 2024   05:30 Diperbarui: 27 November 2024   09:38 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Lingkungan hidup yang sehat adalah aset berharga yang harus dijaga untuk keberlanjutan hidup manusia dan seluruh makhluk di bumi, namun kerusakan ekosistem terus terjadi akibat eksploitasi berlebihan demi kepentingan ekonomi segelintir pihak. Untuk membangun kesadaran akan pentingnya menjaga keseimbangan alam, pemerintah Indonesia menetapkan Hari Menanam Pohon pada 28 November melalui Keputusan Presiden RI Nomor 24 Tahun 2008. Penanaman pohon menjadi langkah sederhana namun efektif dalam memulihkan keseimbangan alam, mengurangi dampak negatif kerusakan lingkungan, dan menciptakan bumi yang lebih hijau serta sehat, sekaligus menjadi simbol kepedulian dan investasi masa depan demi keberlangsungan hidup generasi mendatang.

Krisis Lingkungan dan Pentingnya Tindakan Nyata

Indonesia, dengan hutan tropis terluas ketiga di dunia, menghadapi tantangan deforestasi yang serius. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat bahwa pada 2022 luas hutan Indonesia mencapai 96,0 juta hektar, namun laporan Forest Watch Indonesia (FWI) menunjukkan rata-rata kehilangan hutan mencapai 2,54 juta hektar per tahun antara 2017--2021, setara dengan enam kali luas lapangan sepak bola setiap menit.

Eksploitasi hutan untuk kepentingan ekonomi seperti perkebunan dan pertambangan sering mengabaikan dampak lingkungan jangka panjang. Selain mengurangi tutupan hutan, kegiatan ini mengganggu keseimbangan ekosistem dan mengancam keanekaragaman hayati, sesuai dengan peringatan Paus Fransiskus dalam ensiklik Laudato Si' (2015) tentang kerusakan lingkungan akibat eksploitasi alam yang tidak terkendali.

Deforestasi juga memicu perubahan iklim dengan meningkatkan emisi gas rumah kaca. Sebagai penyerap karbon dioksida, hilangnya hutan meningkatkan konsentrasi gas ini di atmosfer, memperparah pemanasan global. Selain itu, tutupan hutan yang hilang mengurangi kemampuan tanah menyerap air, memicu risiko banjir saat hujan dan kekeringan di musim kemarau.

Ekosistem yang rusak akibat deforestasi mengancam kebutuhan dasar manusia seperti air bersih, udara segar, dan pangan. Ketergantungan manusia pada ekosistem seimbang menegaskan pandangan Paus Fransiskus (2015) bahwa semua makhluk saling terkait, dan setiap tindakan terhadap lingkungan memiliki dampak luas terhadap kesejahteraan umat manusia.

Hari Menanam Pohon, Momen Refleksi dan Aksi

Penetapan Hari Menanam Pohon bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menanam pohon sebagai langkah nyata memulihkan kerusakan lingkungan dan menjaga keberlanjutan sumber daya alam. Emil Salim dalam Manusia dan Lingkungan (2006) menegaskan bahwa pohon tidak hanya menghasilkan oksigen tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem, mengurangi dampak perubahan iklim, dan melindungi keanekaragaman hayati.

Kerusakan lingkungan seperti deforestasi dan alih fungsi lahan yang tidak terkendali menjadi alasan mendesak di balik aksi ini. Data KLHK mencatat rata-rata kehilangan 650.000 hektar hutan per tahun dalam satu dekade terakhir, yang meningkatkan risiko bencana alam seperti banjir dan longsor. Kondisi ini menggarisbawahi perlunya aksi nyata yang lebih berkelanjutan.

Para ahli seperti Al Gore dalam An Inconvenient Truth (2007) menyerukan agar kegiatan simbolis seperti Hari Menanam Pohon menjadi bagian dari budaya masyarakat. Di Indonesia, organisasi seperti Lindungi Hutan mendorong kolaborasi pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta untuk memperkuat penghijauan, baik di perkotaan maupun desa terpencil, serta meningkatkan edukasi lingkungan di sekolah-sekolah agar tercipta kebiasaan berkelanjutan.

Kisah sukses seperti Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) KLHK, yang merehabilitasi 3 juta hektar lahan kritis antara 2015--2021, menunjukkan dampak positif penghijauan. Inisiatif Green Campus Universitas Indonesia berhasil menanam 10.000 pohon, menciptakan lingkungan belajar yang sehat, sementara Desa Sendang, Jawa Tengah, menggunakan pohon produktif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus memperbaiki lingkungan, memberikan contoh nyata manfaat penghijauan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun