Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Great Teacher" sebagai Arsitek Kehidupan, Membentuk Masa Depan melalui Pembelajaran dan Kasih

25 November 2024   05:30 Diperbarui: 25 November 2024   07:28 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang "great teacher" memahami bahwa pembelajaran yang efektif bukan hanya soal penyampaian materi, melainkan membangun hubungan yang bermakna dengan siswa. Kasih menjadi inti dari proses ini, memupuk kepercayaan, kenyamanan, dan rasa aman yang memungkinkan siswa berkembang dengan optimal. Seperti yang disampaikan dalam ajaran Gereja Katolik, pendidikan harus berakar pada kasih, yang memungkinkan guru melihat siswa sebagai pribadi yang utuh dengan martabat yang tidak dapat dikompromikan.

Kasih sebagai landasan pembelajaran dan pendekatan ke siswa: Kasih mendorong guru untuk mengenali kebutuhan, kekuatan, dan tantangan unik setiap siswa, serta mengembangkan cara-cara untuk mendukung mereka secara individual. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan motivasi siswa, tetapi juga memperkuat hubungan emosional antara guru dan siswa. Paus Yohanes Paulus II dalam Laborem Exercens (1981) menyatakan bahwa setiap individu berharga dan harus diperlakukan dengan penghormatan yang tulus. Dalam konteks pendidikan, kasih ini diwujudkan melalui kesabaran, pengertian, dan kepedulian yang diberikan oleh guru.

Membangun kepercayaan dan kenyamanan:  Kasih dalam pendidikan melibatkan upaya aktif dari seorang "great teacher" untuk menciptakan suasana yang aman, nyaman, dan penuh kepercayaan. Siswa yang merasa diterima dan didukung akan lebih mudah membuka diri, baik dalam menyampaikan pendapat maupun menghadapi tantangan akademis dan sosial. Sebuah lingkungan pembelajaran yang nyaman akan membuat siswa merasa aman dari tekanan dan ketakutan, memungkinkan mereka lebih leluasa mengekspresikan diri dan bereksperimen. Guru tidak hanya menjadi sumber ilmu, tetapi juga figur yang melindungi dan membimbing siswa dalam perjalanan pendidikan mereka. Michael Fullan dalam The Moral Imperative of School Leadership (2003) mengatakan bahwa great teacher mampu menciptakan iklim saling percaya antara guru dan siswa. Siswa yang memiliki hubungan kepercayaan dengan guru akan merasa didukung dan lebih siap menghadapi proses belajar. Guru yang mampu membangun rasa aman bagi siswa menciptakan iklim yang memungkinkan siswa bebas mengeksplorasi potensi mereka tanpa takut gagal atau dihukum atas kesalahan kecil. Selain itu, kasih yang diwujudkan dalam bentuk rasa aman, perhatian, dan pengertian dari guru akan menciptakan siswa yang terbuka, penuh rasa percaya diri, dan lebih siap menghadapi tantangan dalam pembelajaran serta kehidupan.

Tantangan Menjadi Seorang Great Teacher

Menjadi seorang "great teacher" tidak hanya menuntut kompetensi, kasih, dan dedikasi, tetapi juga membutuhkan ketangguhan dalam menghadapi berbagai tantangan di lingkungan pendidikan. Di tengah kurikulum yang ketat, tekanan administratif, dan dinamika sosial yang kompleks, guru harus mampu menghadapi kesulitan dan tetap termotivasi.

Tantangan dalam sistem pendidikan dan realitas sosial: Sistem pendidikan yang terstruktur secara ketat serta dinamika sosial yang semakin kompleks sering menyisakan ruang yang sempit bagi guru untuk melakukan pendekatan yang lebih personal atau kreatif. Birokrasi administratif yang berlebihan juga membuat guru lebih fokus pada tugas administratif dibandingkan pada kebutuhan individual siswa. Paulo Freire (1970) menyoroti bagaimana sistem pendidikan sering menjadi mekanisme yang "menindas" kreativitas dan kebebasan berpikir guru dan siswa. Tantangan utama seorang guru adalah menghadapi "struktur yang sering menghalangi terwujudnya pendidikan yang bebas dan penuh kasih." Hal ini mengindikasikan bahwa guru dihadapkan pada dilema: bagaimana menavigasi dan menyesuaikan tuntutan administratif dengan kebutuhan nyata siswa.

Mencari motivasi dan dukungan untuk terus berperan: Seorang "great teacher" harus mampu menemukan motivasi intrinsik dan mengandalkan dukungan dari rekan sejawat serta komunitas. Dalam menghadapi tantangan, banyak guru yang mencari inspirasi dari pengalaman pribadi atau dari dukungan komunitas yang memahami misi mereka. Michael Fullan dalam The New Meaning of Educational Change (2001) menekankan pentingnya budaya kolaboratif di lingkungan pendidikan. Menurutnya, "guru yang dikelilingi oleh komunitas yang mendukung cenderung memiliki motivasi dan energi yang lebih kuat untuk menghadapi tantangan pendidikan." Dengan berkolaborasi, guru dapat berbagi strategi, memberikan dukungan emosional, dan meningkatkan kemampuan profesional satu sama lain. Selain itu, dorongan untuk terus belajar menjadi motivasi penting. Guru yang memiliki kemauan untuk belajar sepanjang hayat cenderung lebih mudah beradaptasi dengan perubahan, baik dalam kurikulum maupun dalam pendekatan mengajar.

Uraian di atas menunjukkan, seorang "great teacher" adalah panggilan yang membawa dampak tak terbatas, tertanam dalam karakter dan impian setiap murid, serta meninggalkan warisan yang membentuk pemikiran, nilai-nilai, dan keputusan yang memengaruhi keluarga, komunitas, hingga masyarakat luas. Tidak hanya berfokus pada pencapaian akademik, seorang "great teacher" menanamkan keberanian, empati, dan integritas, menciptakan generasi yang peduli dan bertanggung jawab. Dalam dunia yang terus berubah, keberlanjutan peran guru sejati semakin krusial, menjadi mata rantai inspiratif bagi generasi berikutnya. Bagi calon guru, tantangan besar untuk terus belajar, beradaptasi, dan memberikan yang terbaik tetap relevan. Pesan bagi para pendidik adalah untuk terus menginspirasi, menjadi pelita harapan, dan membangun jembatan masa depan yang lebih cerah, menjadikan profesi guru sebagai arsitek kehidupan yang abadi dan penuh makna. (*)

Merauke, 25 November 2024 (Hari Guru Nasional)

Agustinus Gereda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun