Mendukung pesaing tidak menunjukkan kelemahan, melainkan tanda integritas dan etika tinggi. Sikap ini membantu membangun kepercayaan publik, menunjukkan bahwa semua orang, termasuk pesaing, layak dihormati. Dalam hal ini, Adam Grant dalam Give and Take: A Revolutionary Approach to Success (2013) mengingatkan bahwa mendukung orang lain membangun karakter dan reputasi kita. Paus Fransiskus dalam Fratelli Tutti (2020) juga menekankan persaudaraan sejati yang melampaui persaingan, mendorong kita untuk menghargai orang lain.
Menjaga etika dan fair play dalam Pilkada sangat penting untuk meraih kepercayaan masyarakat. Fair play mencakup menghormati hasil akhir, menghindari penyebaran berita negatif, dan menahan diri dari tindakan tidak adil terhadap lawan. Konsili Vatikan II dalam Gaudium et Spes (1965) mengingatkan bahwa setiap tindakan harus didasari kejujuran dan keadilan. Dengan menjaga fair play, kita menghormati nilai keadilan dan kejujuran, baik terhadap Tuhan maupun terhadap lawan.
Pada akhirnya, prinsip "maju tanpa menyingkirkan orang lain" mengingatkan kita bahwa kompetisi, termasuk Pilkada, bukan sekadar kemenangan, tetapi soal martabat dan integritas. Berkompetisi dengan martabat berarti jujur, menghargai lawan, dan menjadikan kompetisi sebagai sarana pengembangan diri, bukan permusuhan. Dengan fokus pada pengembangan diri, mendukung sesama, dan menjaga etika, seorang pemimpin tak hanya berpotensi menang, tetapi juga menginspirasi masyarakat. Prinsip ini, yang relevan di segala bidang kehidupan, mendorong kita membentuk dunia yang harmonis dan saling menghargai, sehingga kemenangan diraih tanpa mengorbankan orang lain, tetapi dengan semangat kebersamaan.
Merauke, 7 November 2024
Agustinus Gereda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H