Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keheningan: Landasan Kokoh Menuju Kesehatan Fisik, Mental, dan Spiritual

4 November 2024   06:05 Diperbarui: 4 November 2024   07:37 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kejernihan pikiran yang diperoleh melalui meditasi membantu mengasah kemampuan fokus dan konsentrasi. Dalam sebuah studi yang diterbitkan Frontiers in Psychology (2015), meditasi dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk mempertahankan perhatian dan mengurangi pemikiran yang mengganggu, sehingga memberikan efek positif pada suasana hati dan memperbaiki kesejahteraan emosional.

Kitab Suci mengajarkan pentingnya ketenangan batin untuk mencapai kebijaksanaan. Misalnya, "Orang yang berpengetahuan menahan perkataannya, dan orang yang berpengertian berjiwa tenang. Bahkan orang bodoh akan disangka bijak, jika ia berdiam diri" (Ams 17:27-28). Ini menunjukkan bahwa keheningan dan ketenangan batin mampu membawa kebijaksanaan dan kejernihan dalam menghadapi situasi hidup.

Melalui meditasi dan praktik keheningan, kita dilatih untuk mengontrol pikiran, mengurangi stres, dan meningkatkan kapasitas mental untuk fokus pada hal-hal yang bermakna. Gereja Katolik mendukung praktik keheningan dalam doa sebagai sarana untuk mencapai kedamaian batin yang lebih dalam, serta untuk memperbaiki hubungan dengan Tuhan dan sesama, yang berdampak positif pada kesehatan mental dan suasana hati.

Keheningan dan Kesehatan Spiritual

Keheningan sering dianggap sebagai jalan yang membawa kita lebih dekat kepada spiritualitas. Dalam keheningan, seseorang dapat menenangkan pikiran dan hati, memberikan ruang untuk refleksi mendalam, serta terhubung dengan Tuhan. Thomas Keating, dalam Intimacy with God: An Introduction to Centering Prayer (1994),  menyatakan bahwa "keheningan membuka ruang dalam jiwa kita untuk mendengar suara Tuhan dengan lebih jelas, jauh dari gangguan yang mengalihkan perhatian kita dari kedekatan dengan-Nya.". Dalam ruang keheningan, kita dapat merenungkan makna hidup, nilai-nilai, dan tujuan yang lebih dalam, yang sering tertutupi oleh hiruk-pikuk dunia luar.

Meditasi dan doa dalam keheningan memiliki manfaat mendalam bagi kesehatan spiritual, karena membawa kita kepada rasa syukur, penerimaan, dan kesadaran diri yang lebih dalam. Melalui meditasi yang dilakukan dalam keheningan, kita dapat mengembangkan hubungan yang lebih akrab dengan Tuhan, karena kita memberi ruang bagi diri kita untuk mengalami kasih-Nya dengan cara yang tenang dan terbuka. Seperti yang dikatakan oleh Santa Teresa dari Avila (1580), "Doa bukanlah upaya intelektual, melainkan cinta penuh perhatian." Dalam keheningan, meditasi mengajarkan kita untuk menerima diri kita apa adanya di hadapan Tuhan, tanpa prasangka atau gangguan ego.

Kitab Suci menguatkan pentingnya doa dalam keheningan sebagai cara untuk mendekat kepada Tuhan. Yesus sendiri mencontohkan bahwa Dia sering mencari tempat yang sunyi untuk berdoa (Mrk 1:35). Doa dalam keheningan membuka hati kita pada rasa syukur yang tulus dan mendalam, karena kita tidak lagi terfokus pada permintaan-permintaan yang dangkal, tetapi lebih pada kehadiran-Nya yang menyertai dan memberkati setiap langkah hidup kita.

Selain itu, meditasi dalam keheningan meningkatkan kesadaran diri, memungkinkan kita untuk menyadari sifat-sifat negatif dalam diri dan memohon kekuatan Tuhan untuk mengatasinya. Gereja Katolik menekankan bahwa kesadaran diri yang penuh kasih dan rendah hati ini adalah dasar pertobatan dan transformasi spiritual. Keheningan membantu kita untuk lebih menerima diri kita dengan segala kekurangan, serta mengundang Roh Kudus untuk membawa perubahan yang sejati di dalam hati kita.

Mengintegrasikan Keheningan dalam Kehidupan Sehari-hari

Mengintegrasikan keheningan dalam kehidupan sehari-hari dapat dimulai dengan langkah-langkah sederhana yang memungkinkan kita mengambil jeda dari kesibukan, membangun ketenangan batin, dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Jon Kabat-Zinn (1994), menekankan bahwa "meluangkan beberapa menit untuk berdiam diri setiap hari dapat mengembalikan fokus, kesadaran, dan membawa kita ke dalam kedalaman batin yang penuh ketenangan." Beberapa cara sederhana untuk mencapai ini antara lain meditasi pagi, sesi olah napas singkat, atau sekadar menutup mata sejenak di tengah kesibukan.

Dalam ajaran Katolik, momen-momen singkat ini sering disebut sebagai "doa kontemplatif," sebuah praktik hening yang membantu kita mendengar suara Tuhan dalam hati. Santo Yohanes dari Salib (1578)  mengatakan, "Ketenangan yang didasarkan pada iman akan mendekatkan jiwa kepada Tuhan lebih dari segala usaha manusiawi." Praktik meditasi pagi atau doa singkat di tengah hari membawa kita kembali ke pusat ketenangan yang hanya ditemukan dalam Tuhan. Dengan menyediakan waktu khusus, meski hanya beberapa menit, untuk berdiam diri setiap hari, kita memberikan ruang bagi hati untuk dipenuhi kasih dan hikmat-Nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun