Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenang dan Mendoakan Arwah Semua Orang Beriman

2 November 2024   06:05 Diperbarui: 2 November 2024   06:07 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari ini, banyak umat Katolik mengadakan ritus-ritus khusus, termasuk pembacaan doa-doa khusus bagi jiwa-jiwa di api penyucian, pencahayaan lilin, dan peletakan bunga di makam, sebagai simbol kasih dan penghormatan bagi mereka yang telah meninggal. Santo Cyrilus dari Yerusalem menulis, "Kami berdoa bagi mereka yang telah meninggal, agar Allah menunjukkan belas kasihan kepada mereka; kita percaya bahwa doa-doa kita dapat memberikan mereka istirahat dalam damai."

Selain Misa dan liturgi umum di gereja, umat Katolik diajak untuk berdoa secara pribadi bagi arwah di api penyucian melalui berbagai bentuk devosi dan doa, yang diakui oleh Gereja sebagai tindakan kasih dan belas kasih. Doa Rosario bagi jiwa-jiwa adalah salah satu bentuk doa devosional yang sering dilakukan. Doa ini diiringi oleh intensi khusus untuk memohon belas kasihan Allah atas jiwa-jiwa di tempat penyucian, sebagaimana ditegaskan oleh Paus Benediktus XVI dalam Spe Salvi (2007), "Doa bagi arwah yang telah meninggal adalah bentuk belas kasihan sejati yang mengungkapkan keyakinan kita akan keselamatan kekal dan kasih Allah yang tak terbatas." Selain itu, doa "Yesus yang baik" (Mzm 130) digunakan untuk memohon pengampunan bagi jiwa-jiwa yang sedang dimurnikan. Mazmur ini memohon kepada Tuhan untuk mendengarkan seruan dari kedalaman, suatu simbol harapan jiwa-jiwa untuk mencapai kesempurnaan di hadapan Allah. Devosi lain, termasuk Novena (sembilan hari berturut-turur) untuk memohon rahmat bagi jiwa-jiwa yang belum sepenuhnya bersatu dengan Allah.

Mengenang Mereka yang Telah Mendahului Kita

Mengenang orang-orang terkasih yang telah berpulang adalah cara untuk menghargai pengaruh mereka dalam hidup kita dan untuk menjaga warisan kasih yang mereka tinggalkan. Tindakan mengenang sebagai cara untuk terus menyatukan diri dengan mereka dalam doa dan kasih. Katekismus (KGK 946) menyatakan bahwa "kita memiliki persekutuan dengan orang-orang kudus di surga, jiwa-jiwa yang murni di api penyucian, serta seluruh umat beriman di dunia, karena mereka semua adalah satu tubuh dalam Kristus." Melalui doa-doa dan kenangan, kita mengenang cinta dan ajaran hidup mereka yang menjadi teladan dalam kehidupan kita. Menurut Santo Agustinus, mengingat orang-orang terkasih yang telah meninggal adalah cara untuk menghormati warisan dan teladan hidup mereka, seraya menyerahkan mereka kepada belas kasih Allah. Pengingat kasih yang terus-menerus ini meneguhkan iman dan membantu kita menyadari bahwa kasih yang sejati tidak terbatas oleh waktu atau ruang. Kitab Suci  menyebutkan, "Kenangan akan orang benar mendatangkan berkat, tetapi nama orang fasik menjadi busuk" (Ams 10:7). Dengan mengenang kehidupan mereka yang telah berpulang, kita ikut merasakan berkat yang telah mereka tinggalkan.

Gereja Katolik mengajarkan bahwa kita adalah satu dalam "Persekutuan Orang Kudus," yang meliputi mereka yang masih hidup, yang telah disempurnakan di surga, serta jiwa-jiwa yang sedang dalam proses penyucian. Dalam solidaritas dengan jiwa-jiwa ini, umat beriman diajak untuk mendoakan mereka yang berada di api penyucian agar mereka dipercepat dalam perjalanan mereka menuju persatuan penuh dengan Allah. Menurut Santo Thomas Aquinas (1947), persekutuan dengan jiwa-jiwa di api penyucian adalah tindakan belas kasih yang mengungkapkan kasih kita dalam tubuh mistik Kristus. Ia menulis bahwa "Doa bagi mereka yang telah meninggal adalah bentuk kasih yang melampaui batas kehidupan ini dan membantu mereka dalam mencapai kebahagiaan kekal." Kitab Suci juga mengisyaratkan pentingnya mendoakan jiwa-jiwa yang telah meninggal, sebagaimana disebutkan, "Oleh karena itu, ia memandang perlunya berdoa bagi orang mati, supaya mereka dilepaskan dari dosa-dosanya" (2 Mak 12:45). Melalui doa, kita memperjuangkan keselamatan bagi mereka yang telah mendahului kita dan menunjukkan solidaritas dalam iman serta kasih yang menghubungkan kita dalam persekutuan yang tidak terputus. Dengan demikian, kita tidak hanya menghormati mereka, tetapi juga menegaskan peran kita sebagai bagian dari komunitas yang hidup dan berdoa dalam tubuh Kristus.

Hari Pengenangan Arwah Semua Orang Beriman adalah saat berharga untuk merenungkan misteri hidup dan mati, serta memperbarui komitmen doa bagi jiwa-jiwa yang telah mendahului kita, khususnya yang masih dalam proses penyucian. Sebagai umat beriman, kita diajak bersatu dalam doa yang tulus, memohon rahmat bagi mereka yang membutuhkan dukungan rohani. Doa-doa kita menjadi wujud kasih dan iman akan persekutuan abadi dalam Kristus, serta harapan akan kebersamaan kekal di surga. Semoga doa-doa kita membawa damai bagi setiap jiwa dan mengingatkan bahwa perjalanan iman merangkul yang hidup dan yang telah pergi, demi kebahagiaan abadi bersama Tuhan. (*)

Merauke, 2 November 2024

Agustinus Gereda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun