Keputusan Josefa
Setelah menjalani serangkaian diskusi, pertemuan dengan teman-teman, dan proses pencarian informasi yang intensif, Josefa akhirnya sampai pada suatu keputusan penting dalam hidupnya.
Didimus dan Teguh duduk bersama Josefa di teras rumahnya di Tabonji, memandang laut yang tenang di depan mereka. Udara petang yang sejuk menyelimuti mereka saat mereka mempertimbangkan langkah besar yang akan diambil Josefa.
Didimus mengambil nafas dalam-dalam sebelum berbicara, "Josefa, kamu sudah yakin dengan keputusan ini?"
Josefa tersenyum mantap, "Ya, Didimus. Aku yakin bahwa melanjutkan studi di IPB adalah langkah yang tepat untuk mencapai tujuan kita mengembangkan pertanian di kampung kita."
Teguh mengangguk setuju, "Kamu tahu bahwa tidak semua orang akan mendukung keputusan ini, Josefa. Tapi aku yakin, jika kamu memegang teguh apa yang kamu percayai, kamu akan mencapai banyak hal."
Josefa mengangguk mantap, "Aku tahu ini tidak akan mudah, terutama melawan ekspektasi orang tua dan masyarakat kita yang lebih memilih aku belajar di universitas lokal. Tapi aku harus melakukan ini. Aku perlu pengetahuan yang lebih mendalam tentang pertanian modern untuk membawa perubahan yang nyata di kampung kita."
Didimus tersenyum bangga, "Kamu punya semangat yang luar biasa, Josefa. Aku yakin kamu akan menginspirasi banyak orang dengan keputusanmu ini."
Keputusan Josefa untuk fokus pada studi di IPB merupakan langkah yang strategis dan berani. Meskipun dihadapkan dengan berbagai tantangan, termasuk pertentangan dengan orang tuanya yang lebih condong agar dia melanjutkan studi di universitas setempat, Josefa tetap teguh pada pilihannya. Dia yakin bahwa hanya dengan memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam di bidang pertanian modern, dia dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi masyarakatnya di Pulau Kimaam.
Keputusan ini juga mencerminkan ketegasan dan komitmen Josefa terhadap nilai-nilai dan tujuan hidupnya. Dia tidak hanya berpikir untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk kebaikan komunitasnya dan menjaga keberlanjutan lingkungan di kampung halamannya. Dengan penuh semangat dan tekad, Josefa siap menghadapi tantangan di masa depan dan melewati rintangan-rintangan yang mungkin muncul dalam perjalanan mencapai tujuannya.
Inilah yang menjadi titik balik penting dalam perjalanan Josefa menuju masa depan yang lebih cerah dan bermanfaat bagi orang banyak. Dukungan dari teman-temannya dan keyakinan diri yang dimilikinya menjadi pendorong utama di balik keputusan besar ini.
Pengumuman Keputusan
Keputusan Josefa untuk melanjutkan kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan titik balik dalam perjalanan hidupnya. Pada suatu sore di kampung halamannya, Kampung Tabonji di Pulau Kimaam, Josefa duduk bersama keluarganya di ruang tamu rumah kayu mereka yang sederhana. Udara di sekitar masih hangat dari sinar mentari senja yang menyelinap masuk melalui celah-celah atap. Di tengah keheningan, Josefa mengecup secangkir teh hangat yang disajikan ibunya, sementara tatapan matanya berkaca-kaca.
"Kamu pasti sudah memikirkannya dengan matang, Nak?" tanya ayah Josefa, suara lembutnya terdengar di antara desir angin sore.
Josefa mengangguk perlahan, mengatur nafasnya sebelum menjawab, "Ya, Ayah. Saya sudah memutuskannya. Saya ingin belajar di IPB."
Kedua orang tuanya saling bertatapan sejenak sebelum ibu Josefa menyentuh tangannya dengan lembut, "Kami hanya ingin yang terbaik untukmu, Nak."
Josefa tersenyum pahit. Dia tahu keputusannya menentang harapan kedua orang tuanya, yang menginginkannya kuliah di Universitas Musamus di Merauke agar bisa dekat dengan keluarga. Namun, cita-citanya untuk mempelajari ilmu pertanian modern mengarahkannya pada pilihan yang berani ini.
"Kamu yakin, Josefa?" tanya ibunya lagi, mencoba mencari kepastian di mata putrinya.
"Sangat yakin, Ibu," jawab Josefa mantap. "Saya percaya IPB akan memberi saya kesempatan terbaik untuk memahami pertanian dan membawa perubahan positif untuk kampung ini."
Kesungguhan Josefa memantik diskusi panjang. Pendapat yang berbeda terdengar di ruang tamu kecil mereka, tapi Josefa mempertahankan keputusannya dengan argumen matang. Dia merasa tanggung jawab untuk memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya, meskipun itu berarti ia harus berpisah dengan keluarga dan kampung halamannya untuk sementara waktu.
Malam itu, Josefa tidur dengan pikiran yang tenang meski hatinya masih berdebar-debar. Keputusannya telah diambil, dan langkah besar menuju mimpi dan perubahan telah diambilnya. Ia tahu perjalanan menuju IPB akan menjadi awal dari tantangan baru yang harus dihadapinya, namun dia siap untuk menghadapinya dengan tekad yang bulat.
Dengan hati penuh harapan, Josefa menanti waktu untuk mengikuti jejaknya ke Bogor, di mana pintu-pintu ilmu dan pengalaman baru menunggunya.
(Bersambung)
Merauke, 25 Oktober 2024
Agustinus Gereda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H