Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

Membaca dan menulis, kesukaanku. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ucapan yang Menghalangi Kesuksesan: Mengubah Pola Pikir Negatif Menjadi Positif

19 Oktober 2024   06:05 Diperbarui: 19 Oktober 2024   06:06 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pikiran bawah sadar adalah fondasi yang membentuk hidup kita; ia bekerja seperti akar yang tak terlihat namun menentukan bagaimana pohon kehidupan kita tumbuh. Apa yang kita tanamkan dalam pikiran bawah sadar, terutama melalui kata-kata dan keyakinan, akan memengaruhi setiap aspek kehidupan---baik keberhasilan dalam karier, pendidikan, maupun hubungan pribadi dan rohani. Itulah mengapa penting untuk menyadari bahwa kekuatan pikiran bawah sadar memiliki kemampuan luar biasa untuk mendorong atau menghambat potensi kita. Kata-kata yang kita ucapkan, baik secara sadar maupun tidak, memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan pribadi. Ucapan kita tidak hanya mengungkapkan pola pikir kita, tetapi juga menjadi perintah yang ditanamkan ke dalam pikiran bawah sadar. Ketika kita mengatakan sesuatu dengan keyakinan, pikiran bawah sadar mematuhi dan menciptakan kenyataan yang sesuai. Karena itu, mengelola kata-kata kita adalah kunci untuk membentuk pola pikir yang memberdayakan, yang akan membuka jalan menuju kesuksesan. Ada tiga ucapan yang sering menjadi penghalang utama dalam mencapai kesuksesan: "Tidak bisa," "Tidak mungkin," dan "Saya sudah tahu." Ketiganya dapat menghambat kita untuk mencapai tujuan yang lebih besar. Artikel ini berusaha membahas bagaimana kata-kata tersebut menghalangi kemajuan kita, dan bagaimana kita dapat mengubah pola pikir negatif ini menjadi pola pikir positif yang lebih konstruktif, sehingga membuka jalan bagi pertumbuhan dan keberhasilan dalam segala aspek kehidupan.

Mengapa Kata Ini Menghambat

Ucapan "tidak bisa" membatasi diri dan menghentikan seseorang dari mencoba atau mencari solusi. Menurut Carol S. Dweck dalam Mindset: The New Psychology of Success (2006), orang dengan fixed mindset percaya bahwa kemampuan tidak dapat dikembangkan, sehingga ucapan "tidak bisa" menjadi alasan untuk berhenti. Sebaliknya, orang dengan growth mindset yakin kemampuan dapat tumbuh melalui usaha dan pembelajaran.

Ajaran Gereja Katolik mendorong umat untuk mengembangkan talenta yang diberikan Tuhan (Mat 25:14-30). Ketika mengatakan "tidak bisa," seseorang menolak peluang untuk bertumbuh dan mempersembahkan kembali talenta yang telah diberikan.

Ucapan "tidak bisa" yang sering diulang dapat melemahkan kepercayaan diri, menyebabkan orang berhenti mencoba, baik di sekolah maupun di dunia kerja, dan merusak peluang belajar atau karier. Untuk mengatasi hal ini, ucapan "tidak bisa" dapat diganti dengan pertanyaan "bagaimana saya bisa?" yang membuka jalan bagi solusi. Napoleon Hill dalam Think and Grow Rich (1937) mengatakan, "Apa pun yang dapat dipahami dan diyakini oleh pikiran manusia, dapat dicapai." Gereja juga mengajarkan keyakinan kuat dalam menghadapi tantangan (Flp 4:13), dengan menyadari bahwa tidak ada yang mustahil bersama Tuhan. Memilih untuk mencari cara daripada menyerah adalah wujud kepercayaan dan tanggung jawab terhadap talenta yang telah diberikan.

Menutup Peluang Sebelum Mencoba

Pernyataan "tidak mungkin" berdampak besar pada cara seseorang melihat situasi dan peluang, mengunci potensi yang masih bisa dijelajahi. Henry Ford berkata, "Apakah Anda berpikir Anda bisa, atau tidak bisa---Anda benar." Pikiran negatif seperti ini cenderung menjadi ramalan yang terpenuhi sendiri, sehingga orang tidak berusaha mengubah keadaan.

Gereja Katolik mengajarkan bahwa dengan iman, tantangan bisa diatasi, karena "bagi Allah tidak ada yang mustahil" (Luk 1:37). Mengatakan "tidak mungkin" membatasi diri sekaligus mengabaikan kekuatan Allah.

Kepercayaan pada kemungkinan membuka jalan bagi solusi kreatif. Menurut Martin Seligman dalam Learned Optimism (1990), pola pikir optimis membantu seseorang lebih tahan banting dan kreatif dalam menghadapi masalah. Gereja juga mengajarkan untuk hidup dalam pengharapan dan terbuka pada rencana Tuhan (Rom 12:12).

Mengganti "tidak mungkin" dengan "saya akan mencari cara" adalah langkah penting dalam berpikir positif. Stephen Covey dalam The 7 Habits of Highly Effective People (1989) menyatakan bahwa bersikap proaktif membuat seseorang memegang kendali dan bertanggung jawab mencari solusi.

Menghentikan Proses Belajar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun