Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

Pencinta membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

(Novel) Menapak Jejak di Kimaam, Episode 25-26

11 Oktober 2024   06:05 Diperbarui: 11 Oktober 2024   06:06 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Cover Novel Menapak Jejak di Kimaam (Dokumentasi Pribadi)

"Aku punya ide," kata Didimus suatu hari. "Bagaimana kalau kita membuat poster dan presentasi tentang pentingnya menjaga keanekaragaman hayati?"

"Itu ide yang bagus," jawab Josefa dengan antusias. "Aku bisa membagikan cerita tentang kehidupan di Pulau Kimaam dan bagaimana kami menjaga lingkungan dengan praktik adat."

Setiap kali mereka berbicara di depan kelas, perhatian teman-teman mereka semakin meningkat. Josefa membagikan cerita-cerita menarik tentang tradisi Marind Anim, sementara Didimus menyajikan fakta-fakta ilmiah yang menegaskan pentingnya menjaga keanekaragaman hayati.

"Teman-teman, kita punya tanggung jawab besar untuk melindungi alam ini," kata Didimus di akhir presentasi mereka. "Mari kita mulai dari hal-hal kecil yang bisa kita lakukan bersama."

Josefa menambahkan, "Ingatlah bahwa setiap tindakan kita, sekecil apapun, bisa memberikan dampak besar bagi lingkungan."

Dengan semangat itu, mereka melanjutkan perjalanan pencarian ilmu mereka. Didimus dan Josefa yakin bahwa mereka bisa membuat perbedaan nyata dalam melestarikan lingkungan yang mereka cintai. Pertemuan dan diskusi mereka telah memberi mereka semangat baru untuk masa depan yang lebih baik bagi alam dan komunitas mereka di Papua.

Ketertarikan pada Pertanian

Ketika Josefa mengikuti mata pelajaran biologi di SMA Yoanes XXIII di Merauke, minatnya terhadap pertanian mulai tumbuh. Ini tidak terlepas dari pengaruh diskusi dan eksplorasi yang dilakukannya bersama Didimus, teman sekelasnya yang juga memiliki kepedulian mendalam terhadap lingkungan.

"Josefa, kamu harus melihat kebun keluarga kami di pinggiran kota," ajak Didimus suatu hari. "Ada banyak tanaman yang ditanam secara tradisional di sana."

Dengan semangat, Josefa menerima ajakan Didimus. Setibanya di kebun, matanya langsung terpaku pada berbagai tanaman yang tumbuh subur. Dia mendekati sebatang pohon pisang dan bertanya, "Didimus, bagaimana caranya tanaman-tanaman ini bisa tumbuh sehat tanpa pupuk kimia?"

Didimus tersenyum, "Sederhana saja, Josefa. Kami menggunakan pupuk kompos dari sisa-sisa organik. Nenek moyang kami sudah lama melakukan ini. Mereka tahu bagaimana menjaga keseimbangan alam."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun