Dengan karakter yang kuat dan tekad yang bulat, Josefa semakin yakin bahwa langkah-langkahnya untuk melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) adalah langkah yang tepat. Pertemuan dengan Didimus tidak hanya menjadi titik awal dari perjalanan Josefa mengeksplorasi ilmu pengetahuan dan pertanian, tetapi juga menjadi fondasi yang kuat bagi hubungan persahabatan yang akan mendukungnya dalam menghadapi tantangan di masa depan.
Kesan Pertama
Ketika Josefa tiba di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2022, dia disambut oleh suasana yang berbeda dari kehidupan di Merauke atau di kampung halamannya, Kampung Tabonji. Bogor, dengan udaranya yang segar dan pemandangan hijau yang melimpah, memberikan kontras yang kuat terhadap Papua yang luas dan gersang. Namun, di balik perbedaan ini, Josefa merasa ada panggilan yang kuat untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan modern dan menerapkannya dalam konteks budaya dan tradisi Papua.
"Sungguh hijau dan rimbun di sini, berbeda sekali dengan kampung halamanku," ucap Josefa kepada teman barunya saat mereka mengelilingi kampus IPB.
Temannya, Eka, menimpali, "Ya, tapi kamu pasti bisa menyesuaikan diri, Josefa. IPB punya banyak kesempatan untuk mengembangkan ilmu pertanian kita."
Kesan pertama Josefa terhadap IPB adalah kekaguman yang mendalam terhadap fasilitas dan pengetahuan yang tersedia. Kampus yang hijau dengan berbagai laboratorium modern dan perpustakaan yang lengkap menjadi saksi bisu keinginan Josefa untuk belajar lebih dalam tentang pertanian. Selama orientasi pertama, dia diperkenalkan kepada berbagai mata kuliah yang berkaitan dengan budi daya tanaman, pengelolaan sumber daya alam, dan teknologi pertanian terkini. Semangat belajarnya tidak padam meskipun terkadang dia merasa sedikit kewalahan dengan tantangan baru yang dihadapinya.
Josefa juga terkesan dengan keragaman mahasiswa IPB yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka membawa cerita dan pengalaman yang berbeda-beda, tetapi semua memiliki minat yang sama dalam mengembangkan ilmu pertanian untuk kebaikan masyarakat. Diskusi-diskusi di kelas dan di luar kelas dengan mahasiswa lain menginspirasi Josefa untuk terus mengasah pengetahuannya dan melihat berbagai perspektif dalam memecahkan masalah pertanian di Papua.
"Kamu dari mana, Josefa? Apa keunikan pertanian di Papua yang bisa kamu bagikan?" tanya Aji, teman sekelas Josefa.
Josefa tersenyum, "Saya dari Kampung Tabonji di Kimaam. Di sana, kami memiliki tradisi dalam bercocok tanam ubi-ubi yang besar. Saya ingin belajar bagaimana mengembangkan potensi ini dengan pendekatan ilmiah yang lebih modern."
Namun, tidak hanya kekaguman yang Josefa rasakan. Dia juga merasakan tantangan besar yang harus dihadapinya di IPB. Belajar jauh dari rumah, terpisah dari keluarga dan teman-teman dekatnya di Papua membuatnya merasa sedikit kesepian pada awalnya. Namun, tekadnya yang kuat untuk mengambil ilmu dan pengalaman yang bisa membawa perubahan positif bagi kampung halamannya terus memotivasinya.
Kesan pertama Josefa di IPB menandai awal dari petualangan baru dalam hidupnya. Dengan bimbingan dan dukungan dari para dosen dan teman-teman barunya, Josefa siap untuk menapaki perjalanan panjang dalam mengejar impian dan membangun masa depan yang lebih baik untuk komunitasnya di Papua.