Setiap bulan Oktober, umat Katolik di seluruh dunia mendedikasikan waktu untuk mendoakan Rosario, sebuah praktik doa yang berakar kuat dalam tradisi Gereja. Bulan ini dikenal sebagai Bulan Rosario, waktu istimewa yang ditetapkan Gereja untuk mendekatkan umat kepada Bunda Maria melalui doa Rosario. Tradisi ini dimulai sejak 1571, ketika Paus Pius V menetapkan 7 Oktober sebagai Pesta Rosario untuk memperingati kemenangan dalam Pertempuran Lepanto, yang diyakini berkat doa Rosario. Sejak itu, Oktober menjadi momen untuk menghormati Bunda Maria dan memohon rahmat Ilahi.
Gereja menghormati Bunda Maria melalui Rosario karena perannya dalam sejarah keselamatan sebagai perantara rahmat, yang menghubungkan umat dengan Kristus. Rosario, yang mencakup renungan atas peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan Yesus dan Maria, membawa umat pada misteri penebusan dan kasih Allah. Seiring waktu, penghormatan kepada Maria melalui Rosario berkembang sebagai ekspresi iman, melihatnya sebagai teladan kesucian dan ketaatan. Penampakan Maria, seperti di Lourdes, Guadalupe, dan Fatima, memperkuat devosi ini. Pesan Maria di Fatima tahun 1917 menekankan pentingnya Rosario untuk perdamaian, pertobatan, dan penyelamatan jiwa.
Bagi umat Katolik, doa Rosario adalah sarana merenungkan misteri kehidupan Kristus, mulai dari kelahiran hingga kebangkitan-Nya, dengan bimbingan Maria. Rosario juga menyatukan umat dengan Gereja universal, memohon perlindungan dan penghiburan dalam tantangan hidup. Oktober, sebagai Bulan Rosario, adalah momen penting untuk memperbarui devosi kepada Maria dan memperkuat hubungan dengan Kristus, sumber segala rahmat Ilahi.
Sejarah Penampak Bunda Maria di Fatima
Pada tahun 1917 di Fatima, Portugal, tiga anak gembala---Lusia dos Santos, Yasinta, dan Fransisko Marto---mengalami enam kali penampakan Bunda Maria antara Mei hingga Oktober. Penampakan pertama terjadi pada 13 Mei di Cova da Iria, saat Bunda Maria menampakkan diri sebagai Perawan Maria dari Rosario. Penampakan ini terjadi di tengah Perang Dunia I, menambah urgensi pesan damai yang dibawa.
Gereja Katolik menganggap penampakan ini sebagai kasih karunia Allah melalui perantaraan Bunda Maria. Penampakan tersebut diakui resmi pada 13 Oktober 1930 oleh Konferensi Para Uskup setelah penyelidikan dan bukti kesaksian. Dalam penampakan, Bunda Maria menyerukan pertobatan, perdamaian, dan doa, serta meminta umat Katolik berdoa Rosario setiap hari untuk perdamaian dunia. Pesan ini menekankan pentingnya penebusan dosa dan penyerahan diri kepada kehendak ilahi melalui devosi kepada Hati Kudus Maria.
Salah satu kutipan dari Katekismus Gereja Katolik (KGK, 1994) menyatakan, "Rosario adalah lambang dari seluruh Injil." Bunda Maria meminta umat kembali kepada iman, dan Rosario menjadi sarana penting untuk transformasi rohani. Peristiwa Fatima berkaitan erat dengan devosi Rosario pada bulan Oktober, yang dikhususkan Gereja untuk doa ini. Fatima menjadi simbol kekuatan doa Rosario dalam memperoleh rahmat dan kedamaian. Setiap Oktober, umat Katolik berdoa Rosario mengenang pesan Bunda Maria di Fatima, memperkuat keyakinan bahwa Rosario mampu membawa umat kepada pertobatan dan keselamatan.
Makna Rahmat Kasih Ilahi dalam Pesan Bunda Maria
Rahmat Kasih Ilahi adalah karunia cinta Tuhan yang diberikan secara cuma-cuma kepada umat manusia. Dalam peristiwa Fatima, Bunda Maria menjadi perantara yang menuntun manusia kembali kepada Tuhan melalui pertobatan, doa, dan perdamaian. Bunda Maria menunjukkan cinta dan kepedulian Allah terhadap dunia yang dilanda konflik dan dosa, serta menegaskan bahwa hanya melalui pertobatan dan doa umat manusia bisa menerima rahmat ilahi yang membawa kedamaian dan keselamatan.
Gereja Katolik mengajarkan bahwa "Rahmat adalah bantuan yang diberikan Allah untuk memungkinkan manusia berpartisipasi dalam kehidupan ilahi" (KGK, 1994). Dalam pesan Fatima, Rahmat Kasih Ilahi mengajak umat bertobat dan berserah kepada kehendak Allah, serta menerima rahmat ini melalui doa dan penebusan dosa.
Doa Rosario adalah sarana khusus untuk berkomunikasi dengan Allah melalui Bunda Maria. Pesan Fatima menekankan kekuatan doa Rosario sebagai cara memperoleh Rahmat Kasih Ilahi. Rosario bukan hanya rangkaian doa, tetapi juga meditasi mendalam tentang kehidupan Yesus dan Maria, yang membawa umat lebih dekat kepada kasih Allah.
Rosario dipandang sebagai "meditasi penuh kasih pada misteri-misteri Yesus Kristus" (Paus Yohanes Paulus II, Rosarium Virginis Mariae, 2002). Bunda Maria meminta umat mendoakan Rosario sebagai cara meraih kasih Allah melalui pertobatan dan perdamaian. Dalam setiap penampakan, ia menyerukan pertobatan, berhenti dari dosa, dan berdoa bagi keselamatan jiwa-jiwa yang terhilang. Pesan ini mengingatkan bahwa kasih Allah tidak mengenal batas, dan bahwa pertobatan serta pengampunan adalah jalan kembali ke dalam rahmat-Nya. Kasih Allah selalu tersedia, bahkan dalam penderitaan.
Ajaran Gereja tentang perdamaian dan pengampunan ditegaskan dalam dokumen Gereja: "Kasih Allah adalah sumber segala pengampunan dan rekonsiliasi" (Gaudium et Spes, 1965). Pesan Fatima mengajarkan bahwa kedamaian sejati hanya bisa dicapai melalui kasih Allah, dimulai dari pertobatan pribadi dan diikuti dengan pengampunan.
Kekuatan Doa Rosario dalam Kehidupan Umat Katolik
Doa Rosario memiliki peran penting dalam kehidupan spiritual umat Katolik sebagai sarana devosi yang memperdalam hubungan dengan Tuhan melalui Bunda Maria. Dalam menghadapi penderitaan, ketidakpastian, atau masalah kesehatan, umat menemukan kekuatan dan ketenangan dengan mendoakan Rosario. Doa ini memperkuat iman, membantu mengatasi kecemasan, dan mengingatkan untuk berserah pada kehendak Allah. Gereja Katolik menekankan pentingnya doa Rosario sebagai "meditasi yang mengarah pada kedamaian hati dan persatuan dengan Allah" (KGK, 1994). Rosario memupuk iman dan memberi ketenangan batin untuk menghadapi tantangan hidup dengan keyakinan.
Banyak kisah nyata menunjukkan kekuatan doa Rosario, seperti para tahanan di Auschwitz yang menemukan kekuatan dan harapan dengan mendoakan Rosario setiap hari. Ada juga kesaksian penyembuhan melalui Rosario, termasuk Barbara Maricola yang mengaku sembuh dari kanker setelah devosi mendalam kepada Rosario (The Miraculous Power of the Rosary, 2010).
Doa Rosario membawa umat lebih dekat pada kehidupan Yesus dan Maria melalui meditasi pada Misteri Gembira, Sedih, Mulia, dan Terang. Dengan merenungkan misteri-misteri ini, umat tidak hanya mengingat kisah Injil tetapi juga menjiwai makna spiritual dari pengorbanan Yesus dan kasih Bunda Maria. Paus Yohanes Paulus II mengajarkan dalam Rosarium Virginis Mariae (2002) bahwa Rosario adalah "jalan meditasi pada misteri-misteri keselamatan, yang membawa kita pada kontemplasi yang lebih mendalam tentang Kristus." Melalui misteri-misteri ini, umat diajak melihat hidup mereka dalam terang kasih dan rencana keselamatan Allah.
Momen Memperbarui Devosi kepada Bunda Maria
Gereja Katolik mendedikasikan bulan Oktober sebagai Bulan Rosario untuk memperdalam devosi kepada Bunda Maria dan mendekatkan diri kepada Kristus. Rosario bukan hanya doa repetitif, tetapi juga meditasi yang mengajak umat merenungkan misteri kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus. Paus Leo XIII dalam Supremi Apostolatus Officio (1883) menyebut Rosario sebagai "alat ampuh untuk memperoleh perlindungan Bunda Maria dan rahmat Allah." Dengan mendoakan Rosario, umat diingatkan pada peristiwa penting dalam kehidupan Kristus dan Bunda Maria, memperbaharui iman, serta memperkuat komitmen hidup Kristiani.
Untuk menghidupkan devosi Rosario di Bulan Rosario, umat bisa berdoa bersama keluarga, membuat altar kecil, atau mengadakan Rosario dalam komunitas dengan intensi khusus. Rosario membantu umat merenungkan misteri keselamatan, membawa beban dan permohonan kepada Tuhan melalui Bunda Maria, serta mempercayakan diri pada kasih dan perlindungan Allah. Paus Pius XII dalam Ingruentium Malorum (1951) menyebut Rosario sebagai "sekolah kasih dan rahmat," tempat umat belajar menyesuaikan hidup dengan kehendak Allah. Dengan Rosario, umat diharapkan semakin kuat dalam iman dan lebih terbuka terhadap kasih Allah.
Doa Rosario sebagai Jalan Menuju Damai Sejati
Doa Rosario adalah sarana efektif bagi umat Katolik untuk merenungkan hidup Kristus dan Bunda Maria, memperdalam hubungan dengan Allah, dan sebagai jalan pertobatan memohon rahmat pengampunan. Setiap butir doa Rosario mengajarkan ketergantungan pada kasih Tuhan, meneladani cinta Bunda Maria yang setia dan penuh pengorbanan. Paus Benediktus XVI (2006) menyebut Rosario sebagai "doa untuk memandang dunia dengan mata cinta kasih Bunda Maria." Doa ini mengundang umat memperbarui hidup dalam kasih Tuhan, menjadi lebih peka terhadap sesama, dan merespons dengan tindakan nyata.
Pesan Bunda Maria di Fatima menekankan bahwa Rosario membawa janji damai sejati, pertobatan, dan penyelamatan jiwa-jiwa, baik pribadi maupun global. Paus Yohanes Paulus II (2002) menyebut Rosario sebagai "doa untuk perdamaian ... dalam hati, keluarga, dan dunia." Melalui devosi Rosario, umat dipanggil untuk menjadi pembawa damai dan menghadirkan kasih Ilahi dalam kehidupan sehari-hari. (*)
Merauke, 7 Oktober 2024
Agustinus Gereda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H