Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

[Novel] Menapak Jejak di Kimaam, Episode 19-20

4 Oktober 2024   06:05 Diperbarui: 4 Oktober 2024   06:07 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Cover Novel Menapak Jejak di Kimaam (Dokumentasi Pribadi)

Mama Maria mengangguk setuju. "Itu adalah kearifan nenek moyang kita, Nak. Mereka telah memberikan kita warisan berharga untuk dijaga dan dihormati."

Josefa menatap mata Ibunya dengan penuh tekad. "Aku ingin belajar lebih banyak lagi, Bu. Aku ingin menggabungkan pengetahuan baru yang aku dapatkan dengan nilai-nilai yang telah kita warisi."

Mama Maria tersenyum bangga. "Kamu selalu mempunyai tekad yang kuat, Nak. Aku yakin kamu akan melakukan yang terbaik untuk kampung kita."

Josefa merasa hangat dalam hati mendengar dukungan Ibunya. "Terima kasih, Bu. Aku berjanji untuk tidak melupakan akar-akar budaya kita, bahkan ketika aku jauh dari tanah air."

Mama Maria mengangguk. "Itu yang aku harapkan darimu, Nak. Tetaplah menjaga dan menghormati warisan budaya kita."

Dalam perenungannya, Josefa merangkum semua yang telah dia alami sejak tiba di pesta adat. Dia teringat akan kekagumannya terhadap pertanian tradisional yang ditemuinya, khususnya ubi-ubi yang tumbuh begitu subur di tanah merah Kampung Tabonji. Pesta Adat Dambu telah membuka matanya akan kearifan lokal yang telah terbukti menghasilkan hasil yang luar biasa, bahkan tanpa bantuan teknologi modern.

Namun, tidak hanya keajaiban tanaman dan keharmonisan budaya yang membuatnya terkesan. Josefa juga merenungkan tantangan dan perjalanan yang akan dihadapinya ke depan. Keputusannya untuk mengejar pendidikan di luar Papua, terutama di IPB Bogor, bukanlah keputusan yang mudah. Dia harus menghadapi perbedaan pandangan dengan keluarga dan komunitasnya sendiri. Namun, visi dan tekadnya untuk membawa perubahan positif bagi masyarakatnya tetap tidak tergoyahkan.

Dengan perasaan campur aduk antara semangat dan kerinduan akan kampung halamannya, Josefa menyimpulkan bahwa perjalanannya bukan hanya tentang mengejar pengetahuan, tetapi juga tentang menjaga dan menghormati warisan budaya serta alam yang telah diberikan kepadanya. Dia berjanji untuk tidak pernah melupakan akar-akar budayanya, bahkan ketika melangkah jauh dari tanah airnya.

Kesimpulan Josefa adalah tentang keseimbangan antara masa depan yang cerah dan penghormatan terhadap masa lalu. Dengan hati yang penuh keyakinan, dia siap untuk melangkah maju dalam perjalanan panjangnya. Pesta Adat Dambu bukan hanya berakhir sebagai pesta biasa baginya; itu adalah panggilan untuk bertindak, untuk belajar, dan untuk mengubah.

(Bersambung)

Merauke, 4 Oktober 2024

Agustinus Gereda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun