Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

Pencinta membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

[Novel] Menapak Jejak di Kimaam, Episode 19-20

4 Oktober 2024   06:05 Diperbarui: 4 Oktober 2024   06:07 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Cover Novel Menapak Jejak di Kimaam (Dokumentasi Pribadi)

Josefa menjawab dengan antusias, "Aku ingin mengeksplorasi lebih dalam tentang pertanian dan keberlanjutan, Bu. Aku ingin membawa perubahan positif bagi kampung kita."

Mama Maria tersenyum hangat. "Kami selalu mendukungmu, Nak. Asalkan kamu selalu ingat dari mana asalmu dan nilai-nilai yang telah diajarkan oleh leluhur kita."

Josefa merasa semakin bersemangat. "Terima kasih, Bu. Aku akan selalu mengingatnya."

Dengan langkah yang mantap, Josefa bertekad untuk mengeksplorasi lebih dalam lagi tentang pertanian dan keberlanjutan, tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk generasi mendatang di Kampung Tabonji. Dia percaya bahwa melalui pendidikan dan penelitian yang sungguh-sungguh, ia dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

Matahari terus naik di ufuk timur, memberikan semangat baru yang menghangatkan hati Josefa. Dengan harapan baru yang membara, ia menghadapi masa depan dengan keyakinan bahwa setiap langkah kecil yang diambilnya sekarang akan membawa perubahan besar yang bermakna bagi tanah air dan budayanya.

Kesimpulan Josefa

Pagi yang cerah dan segar melambai di Kampung Tabonji setelah malam pesta yang penuh makna. Josefa duduk di tepi sungai kecil yang mengalir tenang di pinggiran kampung, menatap air yang mengalir dengan gemericik yang menenangkan. Suasana damai di sekitarnya memberinya ruang untuk merenung.

Di tengah-tengah kedamaian pagi itu, terdengar suara Ibunya, Mama Maria, dari kejauhan. "Josefa, apa yang sedang kamu pikirkan, Nak?" tanyanya sambil membawa ember berisi cucian.

Josefa tersenyum dan menjawab, "Aku sedang memikirkan pesta semalam, Bu. Begitu banyak hal yang mengesankan."

Mama Maria duduk di sampingnya, mengelus lembut punggung Josefa. "Aku tahu betapa pentingnya pesta adat itu bagimu. Apa yang membuatmu begitu terkesan?"

Josefa menggigit bibirnya sejenak sebelum menjawab, "Aku terpesona oleh keajaiban tanaman di kampung kita, Bu. Bagaimana ubi-ubi bisa tumbuh begitu besar tanpa teknologi modern."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun