Pemanasan global yang dipicu oleh aktivitas manusia seperti penggunaan bahan bakar fosil menyebabkan perubahan iklim. Laporan IPCC menunjukkan bahwa peningkatan emisi gas rumah kaca mempercepat perubahan iklim dan mengganggu siklus alami bumi.
Dalam kehidupan pribadi, mengabaikan ritme biologis seperti siklus tidur dan kebutuhan istirahat juga berdampak serius pada kesehatan. Kurang tidur kronis dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif serta meningkatkan risiko penyakit fisik dan mental, seperti yang dijelaskan oleh Matthew Walker (2017). Gereja Katolik mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan dan menghormati alam sebagai ciptaan Tuhan. Paus Fransiskus dalam ensiklik Laudato Si' (2015) mengingatkan bahwa manusia sering merusak keseimbangan alam, dan Gereja mengajak umat menjadi pengelola bumi yang bijaksana.
Fenomena alam seperti banjir dan kekeringan menunjukkan gangguan siklus alam akibat intervensi manusia. Elizabeth Kolbert dalam The Sixth Extinction: An Unnatural History (2014), menyebutkan bahwa deforestasi dan eksploitasi sumber daya alam menyebabkan kepunahan spesies dan mengancam keseimbangan ekosistem.
Dalam kehidupan manusia, stres kronis dan kelelahan akibat ketidakseimbangan ritme kehidupan dapat menyebabkan burnout dan depresi. Arianna Huffington, dalam The Sleep Revolution: Transforming Your Life, One Night at a Time (2016), menekankan bahwa kurang tidur telah menjadi epidemi di masyarakat modern, merusak kesehatan mental dan fisik. Siklus kerja tanpa istirahat yang cukup mengganggu kemampuan tubuh untuk pulih. Paus Yohanes Paulus II, dalam ensiklik Dies Domini (1998), menekankan pentingnya hari istirahat, seperti Hari Minggu, untuk memulihkan keseimbangan fisik dan spiritual. Mengabaikan ritme ini berdampak buruk pada kesehatan fisik dan rohani.
Berdasarkan uraian di atas, Hukum Ritme mengajarkan bahwa segala sesuatu di alam semesta bergerak dalam siklus yang menjaga keseimbangan. Gerakan planet, perubahan musim, dan siklus kehidupan manusia adalah contoh ritme yang membentuk dasar keberlangsungan hidup. Dengan menghormati ritme ini, manusia dapat mencapai keseimbangan fisik, mental, dan spiritual. Namun, pelanggaran ritme ini dapat menyebabkan kerusakan, seperti pemanasan global, kehancuran ekosistem, serta stres dan kelelahan dalam kehidupan. Karena itu, kita harus kembali selaras dengan ritme alam yang telah dirancang oleh Tuhan. Sebagai langkah awal, selaraslah dengan siklus alami. Perhatikan ritme tidur, aktivitas, dan istirahat Anda. Dengan menjalani hidup yang teratur sesuai ritme alam, kita akan merasakan manfaat bagi kesehatan dan menjaga harmoni dengan diri sendiri serta alam. (*)
Merauke, 28 September 2024
Agustinus Gereda