Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hukum Ritme: Mengungkap Keseimbangan Alam dalam Setiap Siklus

28 September 2024   06:05 Diperbarui: 28 September 2024   06:23 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Harmoni dan Hukum Ritme

Menyelaraskan diri dengan ritme alam adalah kunci kehidupan yang harmonis. Beberapa cara praktis yang dapat dilakukan meliputi menyesuaikan pola tidur dengan siklus alami, beradaptasi dengan perubahan musim, dan mendengarkan ritme personal.

Pertama, mengikuti pola tidur yang sejalan dengan siklus terang dan gelap sangat penting. Matthew Walker (2017) menegaskan bahwa tidur yang teratur, sesuai dengan siklus matahari, dapat memperbaiki fungsi otak, memperkuat sistem imun, dan menjaga stabilitas emosi.

Kedua, beradaptasi dengan perubahan musim membantu menjaga keseimbangan hidup. Di musim dingin, alam beristirahat, sehingga kita bisa memanfaatkan waktu untuk refleksi. Sebaliknya, di musim semi dan panas, saat alam lebih aktif, manusia juga cenderung lebih produktif dan energik.

Ketiga, mengenali ritme personal, atau kronotipe, juga penting. Menurut Michael Breus (2016), memahami waktu terbaik untuk bekerja, istirahat, dan makan dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan fisik serta mental.

Dalam pandangan Gereja Katolik, harmonisasi dengan alam adalah bentuk syukur atas ciptaan Tuhan. Paus Fransiskus (2015) menekankan pentingnya menjaga hubungan harmonis dengan alam sebagai tanggung jawab spiritual untuk merawat ciptaan Tuhan.

Keseimbangan antara aktivitas dan istirahat merupakan prinsip kunci. Paus Yohanes Paulus II (1981) menekankan bahwa manusia tidak hanya diciptakan untuk bekerja, tetapi juga untuk beristirahat, mencerminkan ritme alam yang lebih besar.

Istirahat tidak hanya memulihkan fisik, tetapi juga mental dan spiritual. Alex Soojung-Kim Pang, dalam Rest: Why You Get More Done When You Work Less (2016), menegaskan bahwa istirahat merupakan bagian penting dari produktivitas, karena otak memerlukan waktu untuk beristirahat agar bisa berfungsi optimal.

Relaksasi melalui meditasi, doa, atau berjalan di alam dapat membantu mencapai keseimbangan batin. John Main dalam The Heart of Creation: Meditation in Christian Tradition (2003), menyatakan bahwa doa dalam keheningan adalah cara untuk terhubung dengan ritme alami kehidupan dan menemukan damai batin. Untuk menyeimbangkan aktivitas dan istirahat, seseorang bisa menetapkan jadwal tidur yang konsisten, meluangkan waktu istirahat di tengah kerja, beraktivitas fisik di alam, serta menyisihkan waktu untuk doa atau meditasi setiap hari.

Dampak Ketidakseimbangan dan Ritme yang Terabaikan

Mengabaikan ritme alam dapat membawa konsekuensi serius, baik bagi ekosistem maupun kehidupan manusia. Alam memiliki siklus seimbang yang menjaga harmoni. Ketika ritme ini terganggu, efeknya terlihat dalam fenomena seperti pemanasan global dan kehancuran ekosistem.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun