Josefa merasa terinspirasi dan terdorong oleh cerita-cerita sesepuh ini. Ia semakin yakin bahwa perjalanan pencariannya akan ilmu pertanian tidak hanya tentang mengejar gelar akademis, tetapi juga tentang memahami dan menghargai akar budaya serta kearifan lokal yang telah teruji sejak zaman nenek moyang.
"Saya berjanji, Mbah, saya akan terus belajar dan berkontribusi bagi komunitas kita. Saya ingin membawa perubahan positif tanpa meninggalkan jejak identitas budaya yang begitu berharga bagi masyarakat Marind Anim di Pulau Kimaam," ujar Josefa dengan tekad yang bulat.
Sesepuh kampung tersenyum bangga. "Kami percaya padamu, Josefa. Masa depan kampung ini ada di tangan generasi muda sepertimu."
Saat percakapan berlanjut hingga larut malam, Josefa merasa bersyukur telah mendapat kesempatan untuk berbagi dengan sesepuh kampung. Ia merasa lebih terhubung dengan warisan budaya dan alam yang mengelilinginya, siap untuk melangkah maju dengan pengetahuan dan inspirasi baru.
Episode 08: Rasa Ingin Tahu yang Meningkat
Di tengah gemerlapnya Pesta Adat Dambu, Josefa merasa semakin terpanggil untuk mengeksplorasi lebih dalam tentang tanaman Dambu dan kearifan tradisional yang melekat di kampung halamannya. Setelah berbicara dengan sesepuh kampung dan mendengarkan cerita mereka tentang pertanian tradisional, rasa ingin tahunya semakin memuncak.
"Kak Josefa, apa yang sedang Kakak pikirkan?" tanya Didimus yang tiba-tiba duduk di sebelahnya, menatap wajah Josefa yang tampak dalam lamunan.
Josefa tersenyum. "Aku memikirkan tanaman Dambu, Didimus. Rasanya begitu menakjubkan bagaimana mereka bisa tumbuh subur tanpa bantuan teknologi modern."
Didimus mengangguk. "Iya, benar sekali. Tapi bukankah itu yang membuat kita unik? Kearifan lokal kita yang sudah teruji sejak lama."
"Benar," balas Josefa sambil menghela napas. "Namun, aku merasa kita bisa melakukan lebih banyak lagi. Aku ingin menelusuri lebih jauh rahasia di balik keberhasilan pertanian tanaman Dambu ini."
Didimus mengangkat alisnya, tertarik. "Apa yang akan kau lakukan?"