Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

Pencinta membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menelusuri Jejak Karma: Hukum Sebab-Akibat dalam Kehidupan Sehari-hari

16 September 2024   06:05 Diperbarui: 16 September 2024   06:30 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu aspek penting dari pemahaman karma adalah prinsip pengampunan dan pelepasan beban masa lalu. Karma buruk, jika tidak dilepaskan, dapat menahan seseorang dalam pola negatif yang berulang. Namun, filsafat Timur mengajarkan bahwa ada jalan untuk melepaskan karma buruk melalui kesadaran, pengampunan, dan tindakan positif yang berkelanjutan. Proses ini membutuhkan pengakuan atas kesalahan, perbaikan, dan melepaskan rasa bersalah yang berkepanjangan.

Dalam ajaran Katolik, pengampunan adalah inti dari keselamatan dan pertobatan. Tuhan selalu membuka jalan bagi mereka yang ingin bertobat dan memulai hidup baru (Mat 6:14-15). Prinsip ini mengajarkan bahwa pengampunan, baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain, adalah kunci untuk membebaskan diri dari dosa dan karma negatif, serta menemukan kedamaian dalam hati.

Dalam keseluruhan pandangan ini, karma dilihat sebagai proses pembelajaran yang terus berlanjut. Kesalahan masa lalu bukanlah akhir, melainkan jalan untuk tumbuh menjadi lebih baik. Dengan belajar dari kesalahan, mengampuni orang lain, serta bertindak positif, seseorang dapat mengubah jalan hidupnya dan membangun masa depan yang lebih cerah.

Penutup

Karma, atau hukum sebab-akibat, adalah prinsip yang tidak hanya ditemukan dalam ajaran filosofis Hindu dan Buddha, tetapi juga relevan dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip ini menekankan bahwa setiap tindakan, terlepas dari besarnya, memiliki konsekuensi yang tidak dapat dihindari, yang berfungsi sebagai sarana untuk pertumbuhan pribadi dan memperbaiki kesalahan. 

Kesadaran ini mendorong individu untuk bertindak dengan niat yang lebih baik, yang berdampak pada kesejahteraan pribadi dan kolektif. Dalam konteks modern, hukum sebab-akibat menyoroti pentingnya pengambilan keputusan yang bertanggung jawab di bidang-bidang seperti keuangan dan hubungan pribadi, mirip dengan prinsip-prinsip ilmiah bahwa setiap tindakan memiliki reaksi. 

Tindakan positif mengarah pada manfaat emosional dan psikologis, meningkatkan kesejahteraan mental. Karma, atau hukum sebab-akibat mendorong kita untuk melihat peristiwa-peristiwa kehidupan sebagai kesempatan belajar yang terus menerus, memungkinkan tindakan yang lebih bijaksana dan memupuk kedamaian di dalam diri kita sendiri dan orang lain. (*)

Merauke, 16 September 2024

Agustinus Gereda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun