Episode 01: Suasana Pesta Adat
Suasana Kampung Tabonji, Pulau Kimaam, tahun 2008, dipenuhi dengan kegembiraan dan semangat yang khas saat menjelang Pesta Adat Dambu. Rumah-rumah tradisional berjejer rapi di sepanjang tepi pantai, dengan atapnya yang tinggi dan terbuat dari daun rumbia yang menari-nari di atas tiupan angin laut. Di tengah-tengah kampung terdapat lapangan terbuka yang dipenuhi oleh meja-meja kayu panjang yang disusun untuk menyambut tamu dan para penduduk.
Josefa, gadis Marind Anim yang berusia 21 tahun, berdiri di antara keramaian dengan pakaian adatnya yang berwarna cerah, menarik perhatian dengan sorot matanya yang penuh keingintahuan. Ia merasakan getaran kehidupan dan budaya khas kampung halamannya yang begitu erat terkait dengan alam sekitarnya. Suara permainan alat musik tradisional mulai memenuhi udara, mengisi setiap sudut kampung dengan harmoni yang menggetarkan hati.
"Josefa, kamu terlihat cantik sekali dengan pakaian adatmu!" sapa Matius, teman masa kecilnya, sambil tersenyum.
"Terima kasih, Matius. Kau juga tampak gagah. Aku merasa begitu hidup di tengah keramaian ini," jawab Josefa sambil tersenyum lebar.
Para sesepuh dan pemimpin adat berkumpul di balai pertemuan, mempersiapkan segala persiapan untuk acara adat yang sakral ini. Mereka mengenakan pakaian adat yang indah, dihiasi dengan motif-motif khas Papua yang melambangkan kekayaan budaya dan kearifan lokal. Bau wangi dari bunga-bunga yang dihias rambut para wanita dan pria yang mengenakan kain daun serta perhiasan dari bulu burung terasa begitu kental dalam udara.
"Josefa, kemarilah sebentar," panggil seorang sesepuh bernama Yakob. "Kami akan memulai upacara sebentar lagi. Apakah kau sudah siap?"
"Siap, Paman Yakob. Aku tidak sabar untuk menyaksikan semua ini," jawab Josefa dengan penuh semangat.
Josefa melangkah maju, berusaha menyerap setiap detail yang ada di sekelilingnya. Ia melihat keramaian anak-anak yang bermain di antara pohon kelapa, tertawa riang sambil memainkan permainan tradisional. Di sebelah sana, ibu-ibu sibuk menyiapkan hidangan tradisional yang akan disajikan pada upacara nanti. Semuanya terasa begitu hidup dan mengalir dengan aliran kearifan lokal yang turun-temurun.
"Ibu, bolehkah aku membantu?" tanya Josefa kepada ibunya yang sedang sibuk menyiapkan hidangan.
"Tentu, sayang. Ambilkan saja daun-daun ini dan susun di piring-piring itu," jawab ibunya sambil tersenyum.