Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menguak Hukum Tarik Menarik, Rahasia Semesta yang Mengubah Hidup Kita

4 September 2024   06:05 Diperbarui: 4 September 2024   06:25 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dalam semesta yang luas dan misterius ini, terdapat hukum-hukum universal yang mengatur segalanya, termasuk Hukum Tarik Menarik. Prinsip ini menyatakan bahwa energi yang kita pancarkan---baik positif maupun negatif---akan menarik energi serupa ke dalam hidup kita, mirip seperti magnet. Apa yang kita pikirkan, rasakan, dan fokuskan akan menciptakan pengalaman yang sejalan dengan energi tersebut. Hukum Tarik Menarik tidak berdiri sendiri; ia terhubung dengan 12 Hukum Semesta lainnya. 

Misalnya, Hukum Getaran menyatakan bahwa segala sesuatu, termasuk pikiran dan emosi kita, bergetar pada frekuensi tertentu. Ada juga Hukum Tindakan, yang menekankan pentingnya bertindak sesuai dengan niat kita. Dengan memahami interaksi Hukum Tarik Menarik dengan hukum-hukum lainnya, kita dapat lebih memahami alam semesta dan menciptakan kehidupan yang bermakna. Hukum ini mengajarkan bahwa hidup kita mencerminkan apa yang ada di dalam diri kita---pikiran adalah benih, dan realitas adalah buahnya.

Dasar-Dasar Hukum Tarik Menarik

Prinsip Utama: "Anda Menarik Apa yang Anda Pikirkan dan Rasakan:" Hal ini berarti pikiran dan perasaan kita memiliki kekuatan magnetis yang menarik keadaan, orang, dan peristiwa yang serupa ke dalam kehidupan kita. Konsep ini menekankan bahwa apa yang kita fokuskan---baik positif maupun negatif---akan menjadi realitas kita. James Allen (1903), dalam As a Man Thinketh, menulis, "Manusia diciptakan atau tidak diciptakan oleh dirinya sendiri; dalam gudang pemikiran, ia menempa senjata yang dengannya ia menghancurkan dirinya sendiri. Dia juga membuat alat-alat yang digunakannya untuk membangun rumah-rumah surgawi yang penuh sukacita, kekuatan, dan kedamaian." Hal ini menegaskan bahwa pikiran kita adalah senjata yang dapat kita gunakan untuk membentuk nasib kita sendiri.

Dalam tradisi spiritual lainnya, prinsip ini juga diakui. Ralph Waldo Emerson, seorang filsuf Transendentalis, menyatakan, "Nenek moyang dari setiap tindakan adalah pikiran." Artinya, segala sesuatu yang kita lakukan berakar dari pikiran kita, yang kemudian menarik hasil yang sesuai ke dalam kehidupan kita.

Konsep Hukum Tarik Menarik bukanlah hal baru; ia berakar pada berbagai tradisi spiritual dan filosofi kuno. Dalam ajaran Hindu dan Buddha, konsep ini dikenal melalui hukum karma: segala tindakan (termasuk pikiran) memiliki konsekuensi yang akan kembali kepada kita. Ini mencerminkan prinsip bahwa 'apa yang kita keluarkan ke alam semesta akan kembali kepada kita'. Plato, seorang filsuf Yunani dalam dialognya Timaeus menggambarkan bahwa 'semesta adalah sebuah cermin dari pikiran manusia'. Dunia eksternal kita adalah refleksi dari dunia internal kita, selaras dengan prinsip Hukum Tarik Menarik.

Dalam tradisi Kekristenan, meskipun konsep Hukum Tarik Menarik tidak disebutkan secara eksplisit, prinsip ini ditemukan dalam ajaran Yesus: "Mintalah, maka kamu akan diberi; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu" (Mati 7:7). Pernyataan ini menunjukkan, ada kekuatan dalam niat dan keyakinan kita, yang kemudian memengaruhi hasil yang kita terima. Gereja Katolik mengajarkan bahwa pikiran dan doa yang positif dapat membawa berkah dalam hidup kita, seperti yang disampaikan oleh St. Agustinus, "Doa adalah kunci surga; iman adalah tangan yang memegang kuncinya."

Hukum Tarik Menarik dalam Kehidupan Sehari-Hari

Hukum Tarik Menarik bekerja di sekitar kita setiap hari, entah disadari ataupun tidak. Contoh praktis adalah 'siklus kebiasaan berpikir'. Seseorang yang secara konsisten memikirkan kekurangan finansial cenderung menarik lebih banyak situasi yang memperkuat keadaan tersebut. Ia mungkin terus-menerus mengalami masalah keuangan, bukan karena nasib buruk, melainkan karena fokus pikirannya pada kekurangan, yang menciptakan lebih banyak keadaan serupa. 

Sebaliknya, seseorang yang 'berpikir dan merasa berkelimpahan' cenderung menemukan lebih banyak peluang untuk mendapatkan kesejahteraan. Menurut Norman Vincent Peale (1952), dalam The Power of Positive Thinking, pemikiran positif dapat mengubah kehidupan seseorang. Orang-orang yang secara konsisten menerapkan sikap positif menarik lebih banyak hal baik ke dalam hidup mereka, baik dalam bentuk kesempatan kerja, hubungan yang lebih baik, maupun kesehatan yang lebih baik.

Dalam konteks kerja, seseorang yang yakin akan kemampuannya dan 'memvisualisasikan kesuksesannya' cenderung menerima lebih banyak pengakuan dan promosi. Menurut Napoleon Hill (1937), dalam Think and Grow Rich, kesuksesan finansial dan pribadi sering dimulai dari pikiran yang terfokus dan keyakinan yang kuat.

Pikiran kita memiliki dampak yang kuat terhadap realitas yang kita ciptakan. Pikiran positif tidak hanya memengaruhi suasana hati dan kesehatan kita, tetapi juga menciptakan medan energi yang menarik situasi dan orang-orang positif ke dalam hidup kita. Menurut Joe Dispenza (2012), dalam Breaking the Habit of Being Yourself: How to Lose Your Mind and Create a New One, dengan secara konsisten memilih pikiran yang baik, kita dapat mengubah tidak suasana hati dan lingkungan fisik kita. 

Di sisi lain, pikiran negatif dapat menjadi penghalang besar dalam hidup kita. Seseorang yang terus-menerus berpikir bahwa ia tidak layak untuk dicintai mungkin akan menghadapi kesulitan dalam hubungan pribadi karena keyakinannya yang mendalam. St. Thrse dari Lisieux (1898), dalam Story of a Soul, mengajarkan bahwa pikiran-pikiran kita, khususnya yang penuh dengan cinta dan iman, dapat mengarahkan kita kepada kebahagiaan dan kedamaian yang sejati.

Mengapa Hukum Tarik Menarik Sering Disalahpahami?

Hukum Tarik Menarik, meskipun populer, sering disalahpahami oleh banyak orang. Salah satunya adalah bahwa 'berpikir positif saja cukup untuk mengubah hidup seseorang'. Banyak yang percaya bahwa hanya dengan memvisualisasikan keinginan mereka, segala sesuatu akan terwujud tanpa memerlukan upaya lebih lanjut. Namun, pemikiran ini jauh dari kebenaran. Menurut Wayne Dyer (2004), dalam The Power of Intention, bukan hanya keinginan yang akan menarik hasil,melainkan keseluruhan keadaan pikiran, perasaan, dan tindakan seseorang. Untuk benar-benar menarik hal-hal baik ke dalam hidup, seseorang harus 'menjadi' pribadi yang selaras dengan apa yang diinginkannya, bukan hanya berpikir tentang hal tersebut.

Kesalahpahaman lain adalah mitos bahwa 'Hukum Tarik Menarik dapat memanifestasikan apa saja tanpa batas', seolah-olah kita bisa mengontrol seluruh alam semesta hanya dengan pikiran kita. Kenyataannya, hukum ini bekerja dalam batas-batas yang sudah ditetapkan oleh hukum-hukum alam lainnya dan oleh kehendak ilahi. Paus Benediktus XVI, dalam ensiklik Spe Salvi (2007), mengingatkan bahwa manusia tidak bisa memaksakan kehendaknya di luar kehendak Tuhan.

Pentingnya tindakan selain berpikir positif. Hukum Tarik Menarik sering disalahartikan sebagai sekadar alat berpikir positif, padahal 'tindakan nyata' adalah bagian integral dari proses manifestasi. Menurut Napoleon Hill (1937), dalam Think and Grow Rich, 'pemikiran positif harus diikuti oleh tindakan yang konsisten' untuk mencapai hasil yang diinginkan. Tanpa tindakan nyata, pemikiran positif hanya akan tetap menjadi angan-angan tanpa hasil yang konkret.

Dalam ajaran Gereja Katolik, pentingnya tindakan ditekankan melalui konsep ora et labora ('berdoa dan bekerja'). St. Benediktus dari Nursia menyatakan bahwa doa dan kerja harus berjalan seiring. Berdoa tanpa bekerja, atau sebaliknya, tidak akan membawa seseorang menuju kehidupan yang benar-benar terpenuhi. St. Yakobus menyatakan, "Iman tanpa perbuatan adalah mati" (Yak 2:26). Hal ini berarti kepercayaan atau pikiran yang positif harus disertai dengan tindakan yang nyata untuk membuahkan hasil.

Hukum Tarik Menarik tidak dapat dilepaskan dari hukum-hukum semesta lainnya. Menemukan keseimbangan dan harmoni dalam penerapan Hukum Semesta adalah kunci untuk menjalani kehidupan yang penuh arti dan terpenuhi. St. Agustinus dalam The City of God, menulis bahwa harmony is the key to understanding the divine plan. Ajaran ini menekankan bahwa untuk mencapai keseimbangan dalam hidup, kita harus memahami dan mengintegrasikan berbagai hukum semesta dalam tindakan kita sehari-hari. 

Deepak Chopra (1994), dalam The Seven Spiritual Laws of Success, menggambarkan bagaimana penerapan hukum-hukum universal secara harmonis dapat membawa kita menuju kehidupan yang sukses dan bermakna. Dengan kata lain, memahami dan menerapkan hukum-hukum ini secara seimbang membantu kita untuk hidup sesuai dengan aliran alam semesta, yang pada akhirnya membawa kedamaian, kebahagiaan, dan kesuksesan.

Cara Menerapkan Hukum Tarik Menarik dengan Efektif

Hukum Tarik Menarik, yang berpusat pada gagasan bahwa "Anda menarik apa yang Anda pikirkan dan rasakan," dapat diterapkan secara efektif melalui berbagai teknik dan latihan praktis. Untuk mencapai keberhasilan, penting untuk memahami bahwa hukum ini tidak hanya tentang berpikir positif, tetapi juga melibatkan tindakan nyata yang mendukung keinginan dan tujuan kita. Beberapa teknik dan latihan praktis, antara lain visualisasi, afirmasi positif, meditasi, dan menulis jurnal syukur.

Penerapan Hukum Tarik Menarik membutuhkan konsistensi dan kesabaran. Salah satu kesalahpahaman umum adalah bahwa hasil dari Hukum Tarik Menarik akan langsung terlihat. Kenyataannya, adalah proses yang membutuhkan waktu. Menurut Napoleon Hill (1937),  untuk mencapai kesuksesan, kita harus konsisten dalam pikiran dan tindakan kita, serta bersabar saat menunggu hasilnya. 

Ajaran Gereja Katolik menekankan pentingnya kesabaran dan ketekunan. St. Paulus menulis, "Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah" (Gal 6:9). Hal ini menggarisbawahi pentingnya tetap teguh dalam usaha kita, meskipun hasilnya mungkin tidak langsung terlihat. Melalui ketekunan, hasil yang dicita-citakan akan tercapai sesuai dengan waktu dan kehendak Tuhan.

Hukum Tarik Menarik, sebagai bagian dari 12 Hukum Semesta, menjelaskan bagaimana pikiran dan perasaan kita membentuk realitas. Melalui teknik seperti visualisasi, afirmasi positif, meditasi, dan jurnal syukur, kita diarahkan untuk memfokuskan energi ke arah positif. Namun, keberhasilannya memerlukan konsistensi, kesabaran, dan tindakan nyata, bukan sekadar berpikir positif. 

Hukum ini bekerja bersama hukum-hukum semesta lainnya, menuntut keseimbangan dalam hidup. Kesuksesan membutuhkan waktu, tetapi dengan keyakinan, hasilnya akan berlimpah. Hukum Tarik Menarik mengajak kita menciptakan realitas sendiri, sambil tetap selaras dengan hukum semesta dan kehendak Tuhan. Dengan penerapan konsisten, kita dapat menjalani hidup yang lebih bermakna, seimbang, dan penuh berkah. (*)

Merauke, 4 September 2024

Agustinus Gereda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun