Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menggali Makna Keadilan: Refleksi Kehidupan Sehari-hari dalam Terang Kitab Suci

2 September 2024   06:05 Diperbarui: 2 September 2024   06:07 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Umat Katolik di Indonesia merayakan Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) setiap tahun (September) untuk memperdalam iman melalui refleksi Kitab Suci. Tema BKSN 2024, "Allah Sumber Keadilan," mengajak kita merenungkan keadilan sebagai sifat ilahi yang harus diwujudkan dalam setiap tindakan kita. Dalam perspektif Katolik, keadilan berarti menempatkan diri dalam relasi yang benar dengan Allah dan sesama. Ini tidak hanya tentang hak, tetapi juga cerminan kasih Allah yang melampaui keadilan manusia, mengingatkan kita bahwa Allah adalah hakim yang adil dan penuh belas kasih. Kitab Suci mengajarkan keadilan Allah yang mencari keseimbangan sejati dalam relasi. Dalam keluarga, pertemanan, tempat kerja, dan masyarakat, keadilan memastikan harmoni, penghormatan, dan kasih, sesuai kehendak Allah. Merenungkan dan menerapkannya mengundang kita untuk menjadi perpanjangan tangan Allah, mewujudkan kasih-Nya yang adil dan benar.

Keadilan dalam Keluarga

Peran orang tua, anak, dan pasangan: Menurut Katekismus Gereja Katolik (KGK 1807), keadilan adalah kebajikan moral yang terdiri dalam kemauan yang teguh dan tetap untuk memberikan kepada Allah dan sesama apa yang menjadi hak mereka. Dalam konteks keluarga, ini berarti setiap anggota---orang tua, anak, dan pasangan---diberikan hak dan kewajiban sesuai dengan martabat dan peran masing-masing. Orang tua memiliki peran penting sebagai pemimpin keluarga, memberikan bimbingan yang adil dan seimbang kepada anak-anak. Sebaliknya, anak-anak harus menghormati orang tua dan bekerja sama dalam menciptakan harmoni dalam rumah tangga. Pasangan suami istri harus menerapkan keadilan dalam hubungan mereka, memastikan bahwa cinta dan tanggung jawab dibagi dengan adil antara keduanya.

Keadilan dalam pengasuhan anak dan pembagian tugas rumah tangga: Studi yang dilakukan oleh American Sociological Association (2013) menunjukkan bahwa pasangan yang membagi tugas rumah tangga secara adil cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan tingkat kepuasan pernikahan yang lebih tinggi. Gereja Katolik mengajarkan bahwa pembagian tugas yang adil dalam rumah tangga adalah manifestasi dari cinta kasih yang benar dan menghormati martabat setiap anggota keluarga.

Perwujudan keadilan dalam keluarga: Keadilan dalam keluarga dapat diwujudkan melalui beberapa tindakan konkret. Misalnya, suami dan istri dapat membagi tanggung jawab rumah tangga dan pengasuhan anak sesuai dengan kemampuan dan waktu yang tersedia. Orang tua memberikan kesempatan yang sama bagi setiap anak untuk berkembangan sesuai bakat dan minat mereka, tanpa memberikan preferensi yang tidak adil. Keputusan penting dalam keluarga, seperti pindah rumah, pemilihan sekolah, atau pembelian barang besar, sebaiknya didiskusikan bersama dan melibatkan seluruh anggota keluarga yang terdampak, dengan menghormati pendapat dan perasaan masing-masing.

Keadilan dalam Pertemanan

Rasa hormat, saling mendukung, dan kejujuran: Menjaga keadilan dalam hubungan pertemanan berarti memperlakukan teman dengan rasa hormat, mendukungnya dalam berbagai situasi, dan selalu jujur dalam berkomunikasi. Selain itu, saling mendukung dalam pertemanan adalah bentuk keadilan yang nyata, sehingga setiap teman siap membantu dan menemani yang lain dalam situasi sulit maupun bahagia. Kejujuran juga merupakan elemen penting dalam keadilan. Menurut Katekismus Gereja Katolik (KGK 2468), kejujuran dan keadilan berjalan seiring; kita dipanggil untuk berbicara kebenaran dalam kasih dan untuk menghindari ketidakjujuran dalam hubungan kita dengan orang lain.

Mengatasi konflik melalui prinsip keadilan: Mengatasi konflik dengan prinsip keadilan berarti mencari jalan tengah yang adil bagi semua pihak yang terlibat, dan menghormati hak serta perasaan masing-masing teman. Menurut Alan Loy McGinnis (2003), dalam The Friendship Factor, sebuah pertemanan yang kuat tidak ditandai oleh ketiadaan konflik, tetapi oleh kemampuan untuk mengatasi konflik dengan keadilan dan pengertian. Artinya, teman yang adil berusaha memahami sudut pandang satu sama lain dan mencari solusi yang tidak merugikan satu pihak.

Kitab Suci mengajarkan keadilan dalam hubungan antar-teman: Dalam Kitab Amsal dikatakan, "Besi menajamkan besi, demikianlah manusia menajamkan sesamanya" (Am 27:17).  Ini mengingatkan kita bahwa teman yang baik adalah yang saling menajamkan, saling menguatkan, dan meluruskan ketika salah, semua dalam semangat keadilan dan kasih. Yesus mengajarkan persahabatan yang sejati dan adil (Yoh 15:13). Ini menggambarkan kasih yang paling adil dan tulus, sehingga seorang sahabat siap berkorban demi kebaikan teman-temannya.

Keadilan di Lingkungan Kerja

Upah yang adil, pengakuan atas kerja keras, dan keseimbangan kehidupan kerja: Menurut Compendium of the Social Doctrine of the Church (2004), keadilan sosial menuntut bahwa setiap pekerja menerima upah yang sesuai dengan hasil kerja mereka dan memungkinkan mereka untuk hidup dengan martabat. Upah yang adil adalah fondasi utama dari keadilan di tempat kerja. Paus Yohanes Paulus II, dalam ensiklik Familiaris Consortio ( (1981), menekankan bahwa upah yang adil adalah hak pekerja yang tidak boleh diabaikan, karena ini adalah ukuran konkret dari partisipasi pekerja dalam keuntungan ekonomi yang dihasilkan oleh perusahaan. Hal ini tidak hanya mencakup jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar, tetapi juga mencerminkan kerja keras, keterampilan, dan kontribusi karyawan terhadap perusahaan. Keseimbangan kehidupan kerja juga merupakan bagian integral dari keadilan di tempat kerja. Karyawan harus memiliki kesempatan untuk menjalani kehidupan pribadi yang seimbang dengan tuntutan pekerjaan mereka. Katekismus Gereja Katolik (KGK 2428) menegaskan pentingnya menghormati keseimbangan ini, dengan menyatakan bahwa pekerjaan adalah untuk manusia, bukan manusia untuk pekerjaan. Jadi pekerjaan harus mendukung kehidupan manusia secara keseluruhan, bukan sebaliknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun