"Optimisme bukan berarti kita mengabaikan kesulitan," katanya. "Tetapi optimisme adalah keyakinan bahwa di tengah kesulitan, selalu ada jalan keluar. Kadang jalan itu tersembunyi, tetapi jika kita terus mencari, kita akan menemukannya."
Sekembalinya dari seminar, Robertus duduk di meja kayu tuanya, ketika semuanya bermula. Di atas kertas putih yang bersih, ia menulis satu kata dengan huruf besar: "SYUKUR". Kata itu mewakili semua yang ia rasakan---syukur atas perjalanan yang penuh liku, atas kegagalan yang mengajarkannya arti ketangguhan, dan atas setiap momen kebahagiaan yang ia peroleh setelah bangkit dari keterpurukan.
Malam itu, Robertus kembali memandang langit senja dari jendela rumahnya. Warna merah lembayung masih menghiasi cakrawala, tetapi kali ini, ia melihat keindahan dalam warna itu---keindahan yang ia sadari hanya bisa dilihat oleh mereka yang telah melalui kegelapan.
Robertus tahu bahwa perjalanan hidupnya belum berakhir, dan masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Namun, ia juga tahu bahwa selama ia memiliki optimisme dan keyakinan dalam hatinya, ia akan selalu menemukan cara untuk bangkit, tidak peduli seberapa dalam keterpurukannya. Dengan senyum tipis di bibirnya, ia menutup jendela dan kembali ke meja kerjanya, siap untuk menulis babak baru dalam hidupnya.
Merauke, 1 September 2024
Agustinus Gereda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H