Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

Pencinta membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pesparawi Katolik IV: Memuji Tuhan Melalui Suara dan Liturgi yang Bermutu

27 Agustus 2024   06:05 Diperbarui: 27 Agustus 2024   06:45 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi, bukan Pesparani) Katolik IV baru saja (22-24 Agustus 2024) digelar di Kabupaten Merauke, sebagai ajang untuk memuji dan memuliakan Tuhan. Pesparawi Katolik merupakan tradisi yang telah lama menjadi bagian penting dari kehidupan beragama umat Katolik di seluruh Indonesia. Melalui acara ini, berbagai kontingen dari berbagai paroki berkumpul untuk menampilkan kemampuan terbaik mereka dalam menyanyikan lagu-lagu liturgi, yang memiliki peran krusial dalam peribadatan Katolik. Bukan hanya sekadar kompetisi, Pesparawi adalah sarana untuk menghayati iman secara lebih dalam, sehingga nyanyian menjadi wujud doa yang lebih kuat dan bermakna.

Pesparawi Katolik IV tidak hanya sekadar ajang untuk berlomba, tetapi kesempatan untuk menjaga dan meningkatkan kualitas musik liturgi sesuai dengan standar yang diamanatkan oleh Konstitusi Liturgi. Dengan demikian, setiap peserta diharapkan tidak hanya menyanyikan lagu-lagu liturgi, tetapi melakukannya dengan penuh penghayatan dan kepatuhan terhadap aturan musik liturgi. Ini menjadi bukti nyata bahwa Pesparawi adalah jalan bagi umat Katolik untuk semakin mendekatkan diri kepada Tuhan melalui pujian yang bermutu dan sesuai dengan kaidah liturgi.

Memuji dan Memuliakan Tuhan melalui Nyanyian

Makna spiritual nyanyian dalam Liturgi: Dalam tradisi Gereja Katolik, nyanyian liturgi adalah salah satu bentuk doa yang paling kuat dan mendalam. St. Agustinus mengungkapkan hal ini dengan kata-kata: Qui bene cantat bis orat (Yang bernyanyi dengan baik, berdoa dua kali). Ungkapan ini menunjukkan bahwa nyanyian liturgi bukan hanya ekspresi estetis atau musikal, melainkan sebuah tindakan spiritual yang mendalam. Ketika seseorang menyanyi dengan baik dalam liturgi, bukan hanya suara yang diangkat kepada Tuhan, melainkan hati dan jiwa. Nyanyian yang benar dan indah, yang mengikuti aturan musik liturgi, menjadi sarana yang memperkuat komunikasi dengan Tuhan. Menurut Konstitusi Liturgi (1963), musik liturgi harus memenuhi dua tujuan utama: 'mendukung kemuliaan Tuhan' dan 'menyucikan umat beriman.' Musik yang dimainkan dan dinyanyikan dalam liturgi harus mengantar umat ke dalam suasana sakral, membangkitkan penghayatan iman yang mendalam, serta mendorong umat mengalami kehadiran Allah secara nyata.

Peran Pesparawi dalam pembangunan iman: Pesparawi memainkan peran penting dalam membangun iman umat Katolik di Indonesia. Melalui Pesparawi, umat dari berbagai paroki dan komunitas dapat berpartisipasi dalam paduan suara, yang bukan hanya berfokus pada kemampuan teknis, melainkan juga pada penghayatan spiritual melalui musik liturgi. Pesparawi memberi kesempatan bagi umat untuk memperdalam iman mereka melalui pengalaman bernyanyi bersama, memuji Tuhan dengan suara yang indah, dan pada saat yang sama merenungkan kata-kata suci yang mereka nyanyikan. Menurut ajaran Gereja, musik dalam liturgi bukan hanya sebuah hiasan, melainkan bagian integral dari peribadatan. Dokumen Musicam Sacram (1967) menyatakan bahwa musik suci sangat erat kaitannya dengan liturgi, dan setiap penampilan musik dalam liturgi harus menuntun umat menuju keaktifan partisipasi dan pembangunan iman.

Dalam Pesparawi Katolik IV, setiap kontingen diharapkan tidak hanya bernyanyi untuk memamerkan keterampilan mereka, tetapi mengantar seluruh komunitas ke dalam suasana doa bersama. Ini memungkinkan umat tidak hanya mengagumi nyanyian, tetapi juga merasa dipersatukan dalam pujian kepada Tuhan. Melalui kegiatan ini, Pesparawi membantu membentuk komunitas yang lebih kuat, meningkatkan solidaritas di antara umat, dan menginspirasi umat untuk terus bertumbuh dalam iman.

Kualitas Musik Liturgi

Konstitusi Liturgi dan Musik Liturgi: Konstitusi Liturgi, terutama dalam Sacrosanctum Concilium (1963), memberikan pedoman penting tentang peran musik dalam liturgi. Ditegaskan bahwa musik memiliki peran integral dalam liturgi dan harus diperlakukan dengan penghormatan serta standar yang tinggi. Konstitusi menekankan bahwa tujuan utama musik liturgi adalah 'memuliakan Tuhan dan menyucikan umat beriman.' Karena itu, musik yang digunakan dalam liturgi harus memenuhi prinsip-prinsip tertentu yang mencerminkan kehormatan bagi Tuhan dan membantu umat masuk lebih dalam ke dalam misteri peribadatan.

Salah satu prinsip dasar Konstitusi Liturgi terkait musik adalah bahwa musik harus sesuai dengan sifat sakral dari liturgi. Musik tidak boleh dianggap hanya sebagai hiburan, melainkan sebagai bagian integral dari doa. Dokumen ini juga menggarisbawahi pentingnya 'partisipasi aktif' seluruh umat beriman dalam liturgi, termasuk melalui nyanyian. Dengan demikian, kualitas musik liturgi harus diarahkan untuk mendukung peran aktif ini, memadukan unsur estetika dengan penghayatan spiritual.

Dalam Pesparawi Katolik, kualitas musik liturgi yang ditampilkan harus sejalan dengan prinsip-prinsip ini. Nyanyian yang dipilih dan dibawakan harus mencerminkan kesesuaian dengan tata cara ibadat, dengan menghormati teks-teks liturgi dan menghindari improvisasi yang tidak sesuai dengan aturan Gereja. Musik harus memiliki sifat sakral, bukan hanya menghibur atau artistik, melainkan mendukung kehadiran ilahi dalam liturgi.

Evaluasi kualitas penampilan: Dalam konteks Pesparawi, evaluasi kualitas penampilan tidak hanya berfokus pada teknik menyanyi, tetapi juga sejauh mana penampilan tersebut sesuai dengan aturan musik liturgi. Kriteria penilaian yang digunakan dalam Pesparawi biasanya meliputi beberapa aspek penting: intonasi, dinamika, keseimbangan suara, penghayatan spiritual, kesesuaian dengan teks liturgi, dan kualitas musikal secara keseluruhan.

Menurut ajaran Gereja Katolik, kualitas musik liturgi harus melibatkan keseimbangan antara seni musik dan aturan liturgi. Musik yang terlalu menonjolkan gaya pribadi atau genre yang tidak sesuai dengan sifat liturgi dapat mengganggu konsentrasi umat dalam beribadah dan menciptakan suasana yang kurang sakral. Menurut Joseph Gelineau (1982), dalam Liturgical Music Today, musik yang dinyanyikan dalam liturgi harus mencerminkan suasana doa dan tidak boleh mengalihkan perhatian umat dari fokus utama: Tuhan. Karena itu, penilaian terhadap musik liturgi harus memperhatikan keseimbangan antara kualitas artistik dan kesucian.

Selain itu, setiap penampilan dalam Pesparawi harus dinilai berdasarkan 'kesesuaian dengan teks liturgi'. Teks-teks liturgi memiliki kedalaman teologis yang harus dihormati, dan nyanyian yang digunakan harus menonjolkan makna spiritual dari teks tersebut. Menurut Paus Benediktus XVI (2000), dalam The Spirit of the Liturgy, liturgi harus memancarkan keindahan rohani yang membantu umat memasuki misteri ilahi. Musik yang tidak sesuai dengan teks atau yang tidak memuliakan Tuhan, secara fundamental mengabaikan tujuan liturgi.

Dalam konteks Pesparawi, penilaian ini tidak hanya mencakup keindahan suara dan teknik menyanyi, tetapi juga sejauh mana para peserta dapat menyampaikan makna spiritual dari nyanyian liturgi melalui suara mereka. Musik harus dipersembahkan dengan sikap penuh hormat, dengan menyadari bahwa nyanyian tersebut adalah bagian dari doa dan persembahan kepada Tuhan.

Tantangan dan Harapan di Masa Depan

Tantangan dalam penyelenggaraan Pesparawi: Setiap penyelenggaraan Pesparawi, meskipun bertujuan memuliakan Tuhan melalui nyanyian yang berkualitas, sering dihadapkan pada sejumlah tantangan. Salah satunya adalah 'ketidakpuasan terhadap hasil penjurian.' Ketika para peserta telah berlatih keras dan memberikan penampilan terbaik mereka, namun tidak berhasil memenangkan kompetisi, perasaan kekecewaan sering muncul. Menurut Joseph Gelineau (1982), "seni liturgi, termasuk musik, selalu berusaha mencapai keseimbangan antara estetika dan spiritualitas. Namun, penilaian terhadap seni semacam ini tidak selalu dapat memuaskan semua pihak, karena sifatnya yang subjektif." Ketidakpuasan ini sering menciptakan ketegangan, tetapi harus diingat bahwa tujuan utama Pesparawi adalah 'memuji dan memuliakan Tuhan', bukan sekadar kompetisi.

Tantangan lain yang kerap muncul adalah 'kesulitan menjaga kualitas nyanyian yang benar-benar sesuai dengan standar liturgi Gereja Katolik.' Pesparawi sering dihadapkan pada dilema antara menampilkan penampilan yang artistik dan menarik, namun tetap taat pada aturan liturgi. Menurut Anthony Ruff (2007), dalam Sacred Music and Liturgical Reform: Treasures and Transformations, "musik liturgi memiliki aturan yang ketat untuk memastikan kesakralan dan spiritualitasnya, dan tantangan terbesar adalah menjaga agar musik tetap memenuhi standar tersebut tanpa kehilangan daya tarik estetisnya." Ini menjadi tantangan besar bagi penyelenggara dan peserta untuk tetap sejalan dengan prinsip-prinsip liturgi sambil menghadirkan penampilan yang memukau.

Harapan untuk pengembangan di masa depan: Melihat ke depan, harapan bagi perkembangan Pesparawi adalah 'peningkatan kualitas nyanyian liturgi,' baik dari segi teknis maupun spiritual. Pesparawi dapat menjadi sarana yang efektif untuk mendidik dan membimbing para peserta tentang pentingnya musik liturgi yang benar-benar sakral, dengan menekankan 'ketaatan pada aturan liturgi.'  Menurut Sacrosanctum Concilium (1963), musik liturgi harus diarahkan untuk membantu umat memasuki suasana doa dan partisipasi aktif dalam liturgi. Maka, penyelenggaraan Pesparawi di masa mendatang perlu terus memberikan pelatihan kepada para peserta agar mereka memahami makna nyanyian liturgi, bukan sekadar mengikuti ajang kompetisi.

Harapan lainnya adalah 'peningkatan partisipasi umat.' Pesparawi tidak hanya ajang untuk kelompok paduan suara yang berkompetisi, tetapi juga kesempatan bagi seluruh umat untuk 'terlibat secara aktif' dalam liturgi melalui musik. Penekanan pada partisipasi aktif umat ini penting, karena liturgi pada dasarnya adalah karya bersama dari seluruh umat. Menurut Thomas Day (1992), dalam Why Catholics Can't Sing: The Culture of Catholicism and the Triumph of Bad Taste, "liturgi yang kuat dan bermakna membutuhkan partisipasi aktif dari semua orang, bukan hanya sekelompok penyanyi terlatih." Dengan demikian, Pesparawi di masa depan diharapkan dapat melibatkan lebih banyak umat dalam pengalaman spiritual yang mendalam melalui musik.

Penutup

Pesparawi Katolik IV di Kabupaten Merauke telah menjadi bukti nyata bagaimana musik dapat menjadi sarana memuji dan memuliakan Tuhan, sekaligus menjaga kualitas liturgi sesuai dengan ajaran Gereja Katolik. Acara ini tidak hanya sekadar ajang kompetisi paduan suara, tetapi juga kesempatan bagi umat untuk memperdalam iman melalui nyanyian yang sakral dan bermutu. Meskipun tantangan seperti ketidakpuasan terhadap hasil penjurian dan kesulitan menjaga standar liturgi tetap ada, Pesparawi terus menawarkan harapan untuk peningkatan kualitas musik liturgi dan partisipasi umat di masa depan.

Melalui Pesparawi, kita diajak untuk mengingat bahwa nyanyian dalam liturgi adalah doa yang menyentuh hati dan membawa kita lebih dekat kepada Tuhan. Dengan semangat ini, Pesparawi Katolik diharapkan terus berkembang sebagai perayaan iman yang menguatkan komunitas Gereja, memuliakan nama Tuhan, menjunjung tinggi keindahan serta kesucian liturgi, dan menjaga standar music liturgi yang benar dan bermutu. Semoga Pesparawi di masa mendatang semakin menjadi sarana yang efektif dalam memperkaya kehidupan rohani umat, serta menjaga standar musik liturgi yang benar dan bermutu. (*)

Merauke, 27 Agustus 2024

Agustinus Gereda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun