Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tak Lupa Diri, Tetap Rendah Hati di Puncak Sukses

22 Agustus 2024   06:05 Diperbarui: 22 Agustus 2024   07:42 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Strategi untuk menjaga kerendahan hati: Kesuksesan Sering membawa pujian dan pengakuan yang dapat mempengaruhi pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri. Untuk tetap rendah hati di tengah keberhasilan, refleksi diri adalah salah satu strategi paling penting. Refleksi diri memungkinkan seseorang untuk secara berkala mengevaluasi tindakan, sikap, dan motivasinya.

Strategi lainnya untuk tetap rendah hati adalah menjaga koneksi dengan akar atau asal-usul. Mengenang asal-usul dan perjalanan yang telah dilalui untuk mencapai kesuksesan dapat mengingatkan seseorang bahwa keberhasilan yang diraih tidak sepenuhnya hasil usaha pribadi, melainkan juga didukung oleh lingkungan, keluarga, dan kesempatan. Ini membantu menjaga perspektif dan mencegah kesombongan. Selain itu, mendengarkan orang-orang terdekat seperti keluarga, sahabat, atau mentor sangat penting dalam menjaga kerendahan hati. Mereka sering memberikan masukan yang jujur dan kritis yang mungkin tidak disadari oleh diri sendiri.

Menghindari godaan kesombongan: Godaan untuk menjadi sombong adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh mereka yang telah mencapai kesuksesan. Namun, dengan tetap fokus pada tujuan jangka panjang dan kontribusi sosial, seseorang dapat menghindari jebakan ini. Menurut Jim Collins (2001), dalam Good to Great: Why Some Companies Make the Leap... and Others Don't, pemimpin yang paling sukses adalah mereka yang memiliki visi jangka panjang dan komitmen untuk memberikan kontribusi yang berarti bagi masyarakat. Orang-orang ini tidak tergoda oleh pujian sesaat, tetapi tetap fokus pada dampak positif yang dapat mereka ciptakan dalam jangka panjang. Paus Fransiskus, dalam Laudato Si' (2015), menekankan pentingnya fokus pada kesejahteraan bersama dan kelestarian lingkungan sebagai bagian dari tanggung jawab sosial setiap orang, terutama mereka yang diberkati dengan sumber daya dan pengaruh. Ini adalah panggilan untuk menggunakan kesuksesan sebagai alat untuk kebaikan, bukan untuk memuaskan ego pribadi. Yesus sendiri mengajarkan pentingnya melayani dan berbagi dengan sesama (Mrk 10:43-45). Ini menekankan bahwa kebesaran sejati bukan terletak pada seberapa banyak yang kita miliki, tetapi seberapa banyak kita melayani dan memberi kepada orang lain.

Pembahasan dalam artikel ini menunjukkan, kerendahan hati adalah kebajikan penting, terutama saat mencapai kesuksesan. Meskipun kesuksesan membawa berkah dan tantangan, tetap rendah hati melindungi kita dari kesombongan dan memberikan makna pada pencapaian kita. Keberhasilan seharusnya digunakan untuk membuat perbedaan positif, dengan terus refleksi diri dan menjaga hubungan baik. Dalam ajaran Gereja Katolik, kerendahan hati merupakan kunci integritas dan kehidupan yang penuh kasih. Setiap pencapaian adalah karunia Tuhan yang harus disyukuri dan dibagikan, menjadikan kesuksesan sebagai kontribusi untuk kebaikan bersama. Dengan demikian, kesuksesan kita menjadi lebih dari sekadar pencapaian pribadi, melainkan kontribusi bagi dunia yang lebih baik. (*)

Merauke, 22 Agustus 2024

Agustinus Gereda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun