Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dari Guru Menjadi Teman: Bagaimana Merebut Hati Anak Muda di Era Digital?

8 Agustus 2024   05:30 Diperbarui: 8 Agustus 2024   07:54 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era digital ini, tantangan bagi orang tua dalam berkomunikasi dengan anak muda semakin kompleks. Anak-anak dan remaja tumbuh dalam lingkungan yang dikelilingi oleh teknologi canggih dan informasi yang terus mengalir tanpa henti. Sering, orang tua merasa kesulitan memahami dunia anak muda yang dipenuhi dengan media sosial, aplikasi, dan game online. Gap antara generasi ini dapat menyebabkan miskomunikasi dan ketidakpuasan dalam hubungan keluarga. Komunikasi yang dulunya sederhana, kini menjadi lebih rumit karena perbedaan cara pandang dan akses informasi.

Untuk mengatasi tantangan ini, ada kebutuhan mendesak bagi orang tua untuk beradaptasi dengan perubahan zaman. Pergeseran peran dari sekadar guru yang memberi instruksi menjadi teman yang siap mendengarkan dan memahami, menjadi lebih relevan dari sebelumnya. Dengan menjadi teman, orang tua tidak hanya memberikan nasihat, tetapi juga menciptakan ruang sehingga anak-anak merasa nyaman untuk berbagi pengalaman dan perasaan mereka.

Artikel ini berusaha membuka wawasan orang tua tentang cara-cara efektif membangun hubungan yang lebih dekat dengan anak muda di era digital. Melalui pendekatan yang lebih inklusif dan empatik, orang tua dapat menciptakan ikatan yang lebih kuat dan saling menguntungkan, menjembatani gap generasi, dan membina komunikasi yang lebih terbuka dan produktif.

Memahami Dunia Anak Muda di Era Digital

Perkembangan teknologi: Hal ini telah merevolusi cara anak muda berpikir, berkomunikasi, dan berinteraksi satu sama lain. Teknologi digital, terutama internet dan perangkat seluler, telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari anak muda. Menurut Don Tapscott (2009), dalam Grown Up Digital: How the Net Generation is Changing Your World, generasi muda saat ini, yang dikenal sebagai "Generasi Net," memiliki cara berpikir yang berbeda karena mereka tumbuh dalam lingkungan digital. Komunikasi juga telah berubah drastis. Platform media sosial seperti Instagram, Snapchat, dan TikTok memungkinkan anak muda untuk berbagi pengalaman secara real-time dan berinteraksi dengan teman-teman di seluruh dunia. Selain itu, interaksi antar anak muda kini sering terjadi dalam ruang digital. Penelitian menunjukkan bahwa game online dan komunitas virtual telah menjadi tempat penting bagi anak muda untuk berinteraksi dan berbagi minat yang sama (Henry Jenkins, 2006).

Minat dan preferensi: Anak muda di era digital menunjukkan minat dan preferensi yang dipengaruhi oleh teknologi dan akses informasi yang luas. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Common Sense Media, anak muda saat ini lebih tertarik pada konten visual dan interaktif, seperti video di YouTube dan aplikasi berbasis visual lainnya. Selain itu, hobi seperti bermain game online, membuat konten di media sosial, dan streaming musik atau video menjadi sangat populer.

Tantangan yang Dihadapi: Di balik manfaat yang ditawarkan teknologi, anak muda juga menghadapi sejumlah tantangan yang signifikan, terutama tekanan dari media sosial. Banyak anak muda merasa tertekan untuk menampilkan kehidupan yang "sempurna" di media sosial, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan mental mereka. FOMO, atau fear of missing out, adalah fenomena lain yang banyak dirasakan anak muda. Ketika mereka melihat teman-teman berbagi pengalaman yang menarik di media sosial, mereka merasa cemas dan khawatir akan ketinggalan. Hal ini dapat memicu stres dan perasaan tidak puas terhadap kehidupan mereka sendiri. Selanjutnya, cyberbullying juga menjadi masalah serius di era digital. Anonimitas yang disediakan oleh internet dapat mendorong perilaku negatif, sehingga anak muda menjadi sasaran pelecehan dan intimidasi online.

Mengubah Peran dari Guru Menjadi Teman

Menjadi pendengar yang baik: Ini adalah langkah penting dalam membangun hubungan yang kuat antara orang tua dan anak. Ketika orang tua mendengarkan dengan empati dan tanpa menghakimi, anak merasa dihargai dan didukung, yang dapat meningkatkan kepercayaan diri mereka. Menurut Carl Rogers (1980), dalam A Way of Being, empati melibatkan usaha untuk memahami perspektif orang lain tanpa menghakimi, dan ini adalah kunci dalam membangun hubungan yang saling menghormati. Kecuali itu, mendengarkan secara aktif memungkinkan orang tua memahami kebutuhan dan kekhawatiran anak mereka dengan lebih baik. Hal ini dapat membuka pintu untuk komunikasi yang lebih dalam dan mengurangi kemungkinan konflik.

Menghormati privasi: Ini adalah tantangan yang sering dihadapi orang tua. Banyak orang tua merasa khawatir tentang apa yang dilakukan anak muda di dunia online, namun penting untuk memberikan kepercayaan dan ruang bagi anak untuk mengeksplorasi identitas mereka sendiri. Nancy Baym (2018), dalam The Privacy Paradox: How We Keep Each Other Close When We Share Everything, menyoroti pentingnya keseimbangan antara menjaga keamanan anak dan menghormati kebebasan mereka. Memberikan privasi berarti tidak terus-menerus memantau atau mengintai aktivitas anak secara online, tetapi membangun dialog terbuka tentang apa yang mereka lakukan dan mengapa.

Menjadi contoh: Ini adalah cara efektif untuk memengaruhi perilaku dan nilai-nilai. Anak muda cenderung meniru perilaku orang tua, sehingga penting bagi orang tua untuk menunjukkan perilaku yang positif dan bertanggung jawab. Orang tua yang menunjukkan integritas, empati, dan etika kerja yang kuat memberikan contoh nyata bagi anak muda. Ini tidak hanya berlaku dalam kehidupan offline, tetapi juga dalam cara mereka berinteraksi dan bertindak di dunia digital.

Belajar bersama: Saat ini orang tua sering merasa tertinggal dalam hal teknologi dibandingkan dengan anak muda. Namun, ini bisa menjadi peluang untuk belajar bersama dan membangun hubungan yang lebih dekat.  Belajar bersama anak tentang teknologi dan minat mereka tidak hanya meningkatkan pemahaman orang tua tentang dunia anak muda, tetapi juga menciptakan kesempatan untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan. Dengan terlibat aktif, orang tua menunjukkan bahwa mereka menghargai minat anak muda dan bersedia untuk beradaptasi dengan perubahan zaman.

Memberikan Ruang dan Kepercayaan

Di era digital ini perlu dibangun komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak-anak muda. Namun, yang paling penting adalah memberi ruang dan kepercayaan kepada anak muda.

Memberikan kebebasan: Ini adalah penting dalam membantu anak muda untuk mengembangkan kemandirian dan kepercayaan diri. Ketika anak diberikan kebebasan yang terkendali, mereka belajar untuk mengevaluasi pilihan, mempertimbangkan konsekuensi, dan merasakan hasil dari keputusan mereka. Jessica Lahey (2015), dalam The Gift of Failure: How the Best Parents Learn to Let Go So Their Children Can Succeed, menekankan pentingnya memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar dari kegagalan dan keberhasilan mereka sendiri, karena hal ini dapat mengembangkan ketahanan dan keterampilan pengambilan keputusan. Selain itu, kebebasan dalam pengambilan keputusan tidak berarti orang tua sepenuhnya melepaskan kontrol, tetapi tetap memberikan panduan dan batasan yang jelas sambil membiarkan anak mengeksplorasi pilihan mereka.

Memberikan tanggung jawab: Ini adalah cara efektif untuk mengajarkan kedewasaan dan rasa tanggung jawab kepada anak muda. Ketika anak diberi tanggung jawab, mereka belajar untuk mengatur waktu, menyelesaikan tugas, dan merasakan kebanggaan dari pencapaian mereka. Pengalaman ini juga membantu anak mengembangkan rasa memiliki dan memahami peran mereka dalam keluarga dan masyarakat.Tanggung jawab yang diberikan harus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak, mulai dari tugas-tugas sederhana di rumah hingga tanggung jawab yang lebih kompleks seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini tidak hanya membantu anak belajar keterampilan praktis, tetapi juga membangun karakter dan etika kerja yang kuat.

Menyediakan dukungan: Ini adalah elemen penting dalam perkembangan emosional dan psikologis anak muda. Dukungan ini mencakup memberikan dorongan, pengertian, dan cinta, tanpa mengikatnya pada keberhasilan atau kegagalan anak. Dukungan yang konsisten dan tanpa syarat menciptakan lingkungan sehingga anak merasa aman untuk mengeksplorasi dan mencoba hal-hal baru. Hal ini juga membantu anak mengembangkan kepercayaan diri dan keberanian untuk menghadapi tantangan hidup. Carol Dweck (2006), dalam Mindset: The New Psychology of Success, menekankan bahwa dukungan orang tua dalam mengadopsi growth mindset dapat mendorong anak untuk melihat kegagalan sebagai peluang untuk belajar dan berkembang. Dengan memberikan dukungan emosional yang kuat, orang tua dapat membantu anak muda merasa dihargai dan dicintai, terlepas dari apa yang mereka capai. Ini menciptakan ikatan keluarga yang lebih kuat dan memberikan dasar yang kokoh untuk pertumbuhan dan perkembangan anak secara positif.

Penutup

Dalam menghadapi tantangan komunikasi dengan anak muda di era digital, orang tua dituntut untuk beradaptasi dan mengembangkan pendekatan baru yang lebih inklusif dan empatik. Mengubah peran dari sekadar guru menjadi teman memungkinkan orang tua menjalin hubungan yang lebih kuat dan bermakna dengan anak muda. Dengan menerapkan prinsip mendengarkan yang baik, menghormati privasi, menjadi teladan, dan belajar bersama, orang tua dapat menciptakan lingkungan yang kondusif, sehingga anak merasa didengar, dihargai, dan didukung.

Selain itu, membangun komunikasi yang efektif melalui bahasa yang relevan, saling menghormati, dan menghabiskan waktu bersama dapat memperkuat ikatan keluarga. Memberikan ruang dan kepercayaan, baik melalui kebebasan pengambilan keputusan maupun tanggung jawab yang sesuai, mendorong anak untuk berkembang menjadi individu yang mandiri dan percaya diri.

Pada akhirnya, dukungan tanpa syarat dari orang tua adalah landasan yang memungkinkan anak untuk tumbuh secara optimal, menghadapi tantangan dengan kepala tegak, dan meraih keberhasilan dengan integritas. Melalui pendekatan yang tepat, orang tua dapat membantu anak muda untuk menemukan jati diri dan menavigasi dunia digital dengan bijak, menjadikan hubungan keluarga sebagai sumber kekuatan dan inspirasi yang tak ternilai. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun