Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menunda Pekerjaan di Detik-Detik Terakhir: Dampak Negatif dan Solusinya

3 Agustus 2024   06:10 Diperbarui: 3 Agustus 2024   06:14 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam kehidupan modern yang serba cepat dan penuh tekanan, kebiasaan menunda pekerjaan hingga detik-detik terakhir alias in jury time, telah menjadi fenomena yang umum. Istilah ini merujuk pada kebiasaan memulai atau menyelesaikan tugas saat batas waktu sudah sangat dekat. Meskipun pada awalnya terlihat seperti cara yang bisa diterima untuk bekerja di bawah tekanan, kenyataannya, kebiasaan ini sering berdampak negatif terhadap hasil akhir dan kesejahteraan individu.

Kebiasaan in jury time kerap muncul dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, mulai dari dunia pendidikan hingga lingkungan profesional. Di sekolah, siswa menunda menyelesaikan tugas hingga malam sebelum tenggat waktu, sementara di dunia kerja, karyawan menunda proyek penting hingga saat-saat terakhir. Dampaknya bisa dirasakan dalam bentuk peningkatan level stres, penurunan kualitas hasil kerja, dan terbatasnya waktu untuk melakukan evaluasi dan revisi.

Artikel ini berusaha mengungkapkan efek negatif dari kebiasaan in jury time dan menawarkan solusi praktis untuk mengatasi masalah ini. Dengan mengidentifikasi penyebab dan konsekuensi menunda pekerjaan, kita dapat menemukan strategi yang efektif untuk meningkatkan manajemen waktu dan produktivitas. Melalui pendekatan ini, diharapkan individu dan organisasi dapat menciptakan lingkungan yang lebih efisien dan mendukung kesuksesan jangka panjang.

Faktor Penyebab Menunda Pekerjaan

Budaya dan kebiasaan kerja: Salah satu penyebab utama menunda pekerjaan adalah budaya dan kebiasaan kerja yang berkembang di lingkungan profesional. Organisasi yang tidak mendukung persiapan awal cenderung menciptakan atmosfer sehingga penundaan menjadi hal yang biasa. Menurut penelitian Blount dan Janicik (2001), dalam artikel Getting and Staying in-Tune: How and Why The Timing of Evaluation Impacts Learning, budaya kerja yang tidak mendorong perencanaan dan evaluasi awal dapat menyebabkan penundaan karena individu tidak merasa ada urgensi untuk memulai tugas lebih awal. Dalam beberapa organisasi, terdapat pola yang mendorong penyelesaian tugas dengan cepat menjelang tenggat waktu, alih-alih menghargai proses persiapan yang matang. Hal ini dapat membuat karyawan merasa bahwa mereka harus bekerja lebih efisien saat mendekati batas waktu, sehingga mengurangi fokus pada kualitas dan inovasi.

Kurangnya manajemen waktu: Hal ini menjadi faktor penting yang menyebabkan penundaan pekerjaan. Banyak individu tidak memiliki keterampilan dan pemahaman yang memadai tentang cara mengatur waktu mereka dengan baik. Menurut Macan (1994), dalam artikel Time Management: Test of a Process Model, individu yang tidak memiliki kemampuan manajemen waktu yang baik cenderung mengalami stres dan penundaan pekerjaan, karena mereka tidak mampu mengalokasikan waktu dengan efektif untuk berbagai tugas. Tanpa adanya strategi yang tepat, seperti pembuatan daftar prioritas atau pembagian waktu yang jelas, individu dapat merasa kewalahan dengan beban kerja yang ada, sehingga memilih untuk menunda tugas hingga batas waktu mendekat. Ini dapat menciptakan lingkaran setan sehingga penundaan terus terjadi karena kurangnya perencanaan yang efektif.

Faktor Psikologis: Penundaan atau prokrastinasi dapat dipandang sebagai bentuk kebiasaan atau mekanisme koping terhadap rasa cemas dan ketidaknyamanan. Menurut Piers Steel (2011), dalam buku The Procrastination Equation: How to Stop Putting Things Off and Start Getting Stuff Done, prokrastinasi sering disebabkan oleh ketidakmampuan untuk mengatasi perasaan cemas atau takut gagal. Orang yang menunda pekerjaan mungkin merasa cemas tentang hasil akhir dan lebih memilih untuk menghindari tugas daripada menghadapi ketidakpastian. Selain itu, prokrastinasi dapat menjadi mekanisme untuk mengatasi tekanan dengan memberikan perasaan kontrol sementara. Dengan menunda, individu mungkin merasa bahwa mereka menghindari stres yang berhubungan dengan tugas tersebut, meskipun kenyataannya, stres tersebut hanya ditunda hingga waktu yang lebih dekat dengan tenggat waktu.

Dampak Negatif Menunda Pekerjaan

Penurunan kualitas pekerjaan: Menunda pekerjaan hingga saat-saat terakhir sering berujung pada penurunan kualitas hasil kerja. Ketika waktu yang tersedia sangat terbatas, individu cenderung terburu-buru dalam menyelesaikan tugas, sehingga detail penting sering terabaikan. Hal ini sejalan dengan temuan yang disampaikan oleh Piars Steel (2011), yang menyatakan bahwa penundaan pekerjaan dapat menyebabkan penurunan kualitas hasil karena kurangnya waktu untuk melakukan revisi dan memperbaiki kesalahan. Misalnya, dalam konteks bisnis, laporan atau presentasi yang disiapkan di menit-menit terakhir mungkin mengandung kesalahan data atau kurang dalam analisis yang mendalam. Begitu pula dalam dunia pendidikan, mahasiswa yang menulis skripsi menjelang tenggat waktu cenderung menghasilkan tulisan yang kurang terstruktur dan memiliki banyak kesalahan tata bahasa.

Peningkatan stres dan tekanan: Bekerja di bawah tekanan waktu yang ketat dapat meningkatkan stres dan tekanan emosional. Sebuah studi oleh Tice dan Baumeister (1997), dalam artikel Procrastination: A Means of Avoiding Affect, but Not without Costs, menunjukkan bahwa individu yang sering menunda pekerjaan cenderung mengalami tingkat stres yang lebih tinggi, terutama ketika tenggat waktu semakin dekat. Stres yang ditimbulkan oleh kebiasaan menunda dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik, termasuk masalah tidur, kecemasan, dan depresi. Ketika seseorang harus menyelesaikan banyak tugas dalam waktu singkat, tubuh memproduksi hormon stres seperti kortisol, yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan kelelahan. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat memengaruhi produktivitas dan kesejahteraan secara keseluruhan.

Hilangnya kesempatan untuk inovasi dan kreativitas: Menunda pekerjaan hingga batas waktu dapat menghambat proses berpikir kreatif dan inovatif. Kreativitas membutuhkan waktu untuk mengeksplorasi ide-ide baru dan mengembangkan solusi yang unik. Menurut Teresa Amabile (1996), dalam buku Creativity in Context: Update to The Social Psychology of Creativity, lingkungan yang memberikan tekanan waktu yang ketat dapat menghambat kreativitas karena individu tidak memiliki cukup waktu untuk bereksperimen dan berpikir di luar kebiasaan. Ketika pekerja hanya berfokus pada penyelesaian tugas secara cepat, mereka cenderung memilih pendekatan yang paling cepat dan paling mudah, daripada mencari solusi yang lebih inovatif dan efektif. Akibatnya, peluang untuk mengembangkan ide-ide baru dan meningkatkan proses kerja hilang, yang dapat berdampak pada stagnasi organisasi dan individu dalam jangka panjang.

Solusi dan Strategi Mengatasi "In Jury Time"

Teknik manajemen waktu: Teknik yang efektif dapat membantu individu mengatasi kebiasaan menunda pekerjaan dengan lebih baik. Beberapa metode yang dapat diterapkan, antara lain metode Pomodoro, dan matriks Eisenhower.

Metode Pomodoro adalah teknik manajemen waktu yang melibatkan kerja fokus selama 25 menit diikuti istirahat singkat selama 5 menit. Francesco Cirillo (2006), dalam buku The Pomodoro Technique, menjelaskan bahwa dengan membagi waktu kerja menjadi interval yang terstruktur, individu dapat meningkatkan konsentrasi dan produktivitas. Teknik ini membantu mengurangi perasaan kewalahan dan memotivasi individu untuk menyelesaikan tugas dalam periode waktu yang singkat. Matriks Eisenhower adalah alat untuk membantu mengutamakan tugas berdasarkan urgensi dan kepentingan. Stephen R. Covey  (1989), dalam buku The 7 Habits of Highly Effective People, menekankan pentingnya membedakan antara tugas yang mendesak dan yang penting, sehingga individu dapat fokus pada aktivitas yang benar-benar berdampak dan mengurangi penundaan pekerjaan yang tidak perlu. Dengan menggunakan matriks ini, individu dapat membuat keputusan yang lebih baik mengenai alokasi waktu mereka.

Perencanaan dan penjadwalan: Ini adalah kunci untuk menghindari penundaan pekerjaan. Membuat jadwal yang realistis dan terstruktur dapat membantu individu mengatur waktu mereka secara lebih efektif. Menurut David Allen (2001), dalam buku Getting Things Done: The Art of Stress-Free Productivity, menyusun daftar tugas yang jelas dan mengalokasikan waktu untuk setiap aktivitas adalah langkah penting untuk mengelola beban kerja dengan lebih baik. Menetapkan tujuan yang spesifik dan terukur membantu individu tetap fokus dan termotivasi. Dengan mengetahui apa yang ingin dicapai, individu dapat membuat rencana aksi yang terarah dan mengurangi kecenderungan untuk menunda. Memanfaatkan alat seperti kalender digital dan aplikasi pengingat dapat membantu individu mengatur waktu dan menghindari penundaan. Dengan menetapkan tenggat waktu yang jelas dan mengingatkan diri sendiri secara berkala, individu dapat menjaga diri mereka tetap on track.

Perubahan budaya kerja: Membangun budaya kerja yang mendukung persiapan dan kolaborasi awal adalah strategi penting untuk mengatasi in jury time di tingkat organisasi. Menurut John Katzenbach & Douglas Smith (1993), dalam buku The Wisdom of Teams: Creating the High-Performance Organization, lingkungan kerja yang mendorong kolaborasi dan persiapan awal dapat meningkatkan produktivitas dan mengurangi kebiasaan menunda. Membangun budaya komunikasi yang terbuka memungkinkan karyawan untuk berbagi tantangan dan mencari solusi bersama. Ini dapat menciptakan rasa tanggung jawab bersama dan mendorong persiapan yang lebih awal. Menyediakan pelatihan manajemen waktu dan dukungan tambahan dapat membantu karyawan mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi penundaan. Dengan investasi dalam pengembangan karyawan, organisasi dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas secara keseluruhan.

Paparan di atas menunjukkan, kebiasaan menunda pekerjaan hingga detik-detik terakhir atau in jury time, merupakan tantangan signifikan yang memengaruhi individu dan organisasi dalam berbagai aspek. Seperti yang telah dibahas, penundaan dapat menurunkan kualitas pekerjaan, meningkatkan stres, dan menghambat inovasi serta kreativitas. Penyebabnya bervariasi, mulai dari budaya kerja yang tidak mendukung, kurangnya keterampilan manajemen waktu, hingga faktor psikologis seperti kecemasan dan prokrastinasi. Dengan kesadaran dan strategi yang tepat, dampak negatif penundaan ini dapat diminimalkan. Teknik manajemen waktu seperti metode Pomodoro dan matriks Eisenhower, perencanaan yang realistis, serta perubahan budaya kerja yang mendukung kolaborasi dan persiapan awal dapat menjadi solusi efektif untuk mengatasi masalah ini. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun