Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Kata Sapaan: Cerminan Kesantunan Berbahasa Menuju Komunikasi yang Efektif

2 Agustus 2024   06:10 Diperbarui: 2 Agustus 2024   18:16 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Variasi regional: Variasi ini dalam penggunaan kata sapaan mencerminkan keragaman budaya dan bahasa di berbagai daerah. Misalnya, di Indonesia, yang terdiri atas berbagai suku bangsa dan bahasa daerah, istilah sapaan dapat sangat bervariasi. Di Jawa, kata sapaan seperti "mas" dan "mbak" digunakan untuk menyapa orang yang lebih muda atau sebaya dengan penuh keakraban, sementara di Sumatra, istilah seperti "abang" atau "kakak" lebih umum digunakan.

Kridalaksana (2001), dalam Pengantar Sosiolinguistik, menyatakan bahwa variasi regional dalam penggunaan kata sapaan mencerminkan adaptasi budaya terhadap lingkungan sosial dan sejarah setempat. Setiap daerah memiliki aturan tidak tertulis mengenai penggunaan kata sapaan, yang sering terkait dengan nilai-nilai budaya lokal. Misalnya, di Bali, sapaan seperti "gusti" atau "ida" mencerminkan pengaruh sistem kasta dalam masyarakat setempat.

Memahami variasi ini penting untuk berkomunikasi secara efektif dalam konteks budaya yang berbeda. Menurut Fishman (1972), dalam The Sociology of Language: An Interdisciplinary Social Science Approach to Language in Society, pemahaman terhadap variasi regional dapat meningkatkan kompetensi komunikatif seseorang, sehingga memungkinkannya berinteraksi dengan lebih efektif dan menghormati norma-norma budaya setempat.

Penggunaan dalam bahasa formal dan informal: Di lingkungan formal, kata sapaan cenderung lebih resmi dan mengikuti aturan tertentu. Sapaan seperti "Bapak," "Ibu," "Tuan," atau "Nyonya" digunakan untuk menunjukkan rasa hormat dan menjaga profesionalisme. Holmes (1995) menekankan bahwa penggunaan kata sapaan dalam konteks formal sering diatur oleh aturan sosial yang ketat, yang bertujuan menjaga hierarki dan formalitas dalam interaksi. Sebaliknya, dalam situasi informal, sapaan dapat lebih santai dan akrab. Misalnya, sapaan seperti "bro," "sis," "teman," atau bahkan panggilan nama langsung lebih umum dalam percakapan sehari-hari dengan teman atau kerabat dekat. Mengetahui kapan dan bagaimana menggunakan sapaan yang sesuai sangat penting untuk menjaga kesopanan dan menghormati konteks komunikasi. Misalnya, di Jepang, sapaan dalam situasi formal menggunakan "-san" (misalnya, Tanaka-san), sementara dalam situasi yang lebih santai, sapaan bisa lebih sederhana atau menggunakan nama panggilan.

Halliday (1978), dalam Language as Social Semiotic, menyatakan bahwa konteks situasional sangat menentukan pilihan kata sapaan. Pemahaman tentang kapan dan bagaimana menggunakan sapaan yang tepat adalah bagian penting dari kesadaran sosiolinguistik, yang memungkinkan individu berkomunikasi secara efektif dan sesuai dengan norma-norma sosial yang berlaku.

Peran Kata Sapaan dalam Komunikasi Efektif

Kata sapaan memainkan peran penting dalam membangun komunikasi yang efektif. Tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk membuka percakapan, tetapi juga membantu menetapkan kerangka komunikasi yang dapat mencegah kesalahpahaman dan meningkatkan keterhubungan sosial. Berikut, dua peran utama kata sapaan dalam komunikasi efektif.

Mencegah kesalahpahaman: Kata sapaan yang tepat dapat mencegah kesalahpahaman dan potensi konflik dengan menetapkan konteks dan harapan dalam percakapan. Dengan menggunakan sapaan yang sesuai, pembicara dapat memperjelas niat dan maksudnya sejak awal interaksi, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya interpretasi yang salah.

Menurut Goffman (1981), dalam Forms of Talk, kata sapaan berfungsi sebagai perangkat interaksional yang membantu pembicara menyesuaikan diri dengan konteks sosial dan kultural dari lawan bicara. Dengan menetapkan kerangka percakapan melalui sapaan yang tepat, pembicara dapat mengurangi ambiguitas dan menciptakan jalur komunikasi yang lebih jelas dan terstruktur. Misalnya, dalam situasi bisnis, penggunaan sapaan seperti "Bapak" atau "Ibu" menunjukkan rasa hormat dan profesionalisme, yang membantu menetapkan ekspektasi bahwa percakapan akan berlangsung dalam nada formal dan sopan. Ini dapat mencegah kesalahpahaman yang mungkin timbul dari penggunaan bahasa yang terlalu santai atau informal.

Meningkatkan keterhubungan sosial: Dengan menggunakan kata sapaan yang sesuai, komunikasi dapat menciptakan ikatan sosial yang lebih kuat dan meningkatkan rasa saling pengertian. Penggunaan kata sapaan yang tepat dapat memfasilitasi kerja sama dan kolaborasi yang lebih efektif dalam berbagai konteks, seperti di tempat kerja, sekolah, dan komunitas.

Tannen (1990), dalam You Just Don’t Understand: Women and Men in Conversation, menekankan bahwa sapaan yang tepat dapat menciptakan lingkungan komunikasi yang inklusif dan mendukung, yang penting untuk membangun hubungan interpersonal yang sehat. Dengan menggunakan sapaan yang menghargai status sosial dan kultural lawan bicara, pembicara dapat menunjukkan empati dan kepedulian, yang pada gilirannya meningkatkan keterhubungan sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun