Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lansia, Tetap Produktif dan Berkontribusi di Usia Senja

27 Juli 2024   04:15 Diperbarui: 1 Agustus 2024   00:04 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa contoh program yang sukses adalah pelatihan digital untuk lansia, yang membantu mereka mengatasi kesenjangan teknologi dan tetap terhubung dengan dunia modern. Pelatihan kewirausahaan juga dapat memberdayakan lansia untuk memulai usaha kecil, memberikan mereka rasa kemandirian dan kebanggaan. 

Paus Yohanes Paulus II, dalam Laborem Exercens (1981), menekankan bahwa setiap orang, termasuk lansia, harus memiliki akses terhadap pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan martabat mereka.

Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya peran lansia.  Ini adalah kunci untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan suportif. Kampanye publik dan program pendidikan yang menekankan nilai dan kontribusi lansia dapat membantu mengubah persepsi negatif dan diskriminatif terhadap mereka. Paus Fransiskus, dalam Fratelli Tutti (2020), mengajak kita untuk mengakui dan menghargai kontribusi lansia dalam membangun masyarakat yang lebih manusiawi dan adil.

Tantangan dan Solusi

Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh orang lansia adalah diskriminasi usia, yang sering menghalangi mereka untuk berpartisipasi penuh dalam masyarakat. Diskriminasi usia bisa terjadi di berbagai bidang, termasuk pekerjaan, layanan kesehatan, dan kehidupan sosial. Menurut laporan WHO (2015), diskriminasi usia dapat menyebabkan penurunan kesejahteraan mental dan fisik lansia, serta mengurangi peluang mereka untuk berkontribusi secara berarti.

Selain diskriminasi usia, lansia juga sering menghadapi tantangan kesehatan. Dengan bertambahnya usia, risiko penyakit kronis dan keterbatasan fisik meningkat, yang dapat menghambat kemampuan mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari dan memberikan kontribusi di masyarakat. Penelitian dari National Institute on Aging (2013) menunjukkan bahwa kesehatan yang buruk merupakan salah satu faktor utama yang membatasi partisipasi lansia.

Isolasi sosial juga menjadi tantangan signifikan bagi lansia. Banyak lansia yang merasa terisolasi karena kehilangan pasangan hidup, teman, atau karena mereka tidak memiliki akses mudah ke kegiatan sosial dan komunitas. Hal ini dapat berdampak negatif pada kesehatan mental mereka dan mengurangi kualitas hidup mereka.

Untuk mengatasi tantangan yang dihadapi lansia, diperlukan pendekatan holistik yang melibatkan peran pemerintah, masyarakat, dan keluarga. Pemerintah memiliki peran penting dalam menciptakan kebijakan yang mendukung inklusivitas lansia. Kebijakan anti-diskriminasi yang kuat harus diterapkan di tempat kerja untuk memastikan bahwa lansia memiliki kesempatan yang sama untuk bekerja dan berkontribusi. 

Selain itu, program-program kesehatan yang fokus pada pencegahan dan manajemen penyakit kronis harus diperkuat untuk memastikan lansia mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan. Pemerintah juga dapat mendukung program pendidikan dan pelatihan untuk lansia, yang dapat membantu mereka tetap aktif dan terlibat dalam masyarakat.

Masyarakat memiliki tanggung jawab menciptakan lingkungan yang inklusif bagi lansia. Ini dapat dilakukan melalui kampanye kesadaran publik yang menyoroti pentingnya peran lansia dan mengubah persepsi negatif tentang penuaan. Komunitas juga dapat menyediakan berbagai kegiatan sosial dan peluang sukarela yang memungkinkan lansia tetap terlibat dan merasa dihargai. Paus Fransiskus (2020) menekankan pentingnya solidaritas antargenerasi dan perlunya menciptakan masyarakat yang inklusif di mana setiap orang, termasuk lansia, dihargai dan didukung.

Keluarga dapat membantu mengurangi isolasi sosial dengan menjaga hubungan yang kuat dan mendukung lansia dalam kehidupan sehari-hari. Ini termasuk membantu mereka dengan tugas-tugas rumah tangga, mendampingi mereka dalam kunjungan medis, dan memastikan mereka terlibat dalam kegiatan keluarga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun