Apakah tujuan utama kuliah adalah untuk mendapatkan ijazah? Ijazah tersebut kemudian menjadi tiket untuk memasuki dunia kerja, menandai seseorang sebagai individu yang telah memenuhi standar akademis tertentu. Bagi banyak orang di Indonesia, mendapatkan ijazah adalah tujuan utama dari perjalanan akademis. Penekanan yang berlebihan pada ijazah sering mengaburkan pandangan akan pentingnya kemampuan praktis dan keterampilan yang sebenarnya diperlukan dalam dunia kerja dan kehidupan sehari-hari. Padahal, kuliah seharusnya tidak hanya menjadi arena untuk meraih gelar akademis, tetapi membentuk karakter, mengasah keterampilan, dan memperluas wawasan. Mengutip pepatah Latin Non Scholae sed Vitae Discimus, yang berarti "kita belajar bukan untuk lulus melainkan untuk hidup," pendidikan tinggi seharusnya mempersiapkan individu untuk menghadapi kehidupan dengan segala kompleksitas dan dinamikanya. Kuliah sebenarnya memiliki tujuan yang jauh lebih luas dan mendalam daripada sekadar meraih ijazah. Kuliah adalah masa untuk mengembangkan diri, membentuk karakter, serta memperkaya wawasan dan keterampilan yang akan berguna sepanjang hidup. Itulah hakikat sejati dari pendidikan tinggi, yang melampaui sekadar pengumpulan kredit dan nilai di atas kertas.
Ijazah Hanyalah Alat, Bukan Tujuan
Fungsi ijazah sebagai bukti kelulusan dan kualifikasi. Ijazah, sebagai salah satu hasil dari proses pendidikan formal, berfungsi sebagai bukti kelulusan dan kualifikasi akademis seseorang. Dokumen ini menunjukkan bahwa seseorang telah menyelesaikan serangkaian kurikulum yang ditetapkan oleh institusi pendidikan tinggi dan telah memenuhi standar akademis yang diperlukan. Ijazah tidak hanya menjadi simbol prestasi akademis, tetapi juga menjadi alat bagi individu untuk menunjukkan kompetensinya dalam bidang tertentu. Menurut Robert Zemsky (2013), dalam Checklist for Change: Making American Higher Education a Sustainable Enterprise, ijazah merupakan tanda bahwa seseorang telah mengikuti pendidikan formal dan memiliki dasar pengetahuan tertentu yang diakui oleh institusi yang berwenang.
Ijazah hanyalah alat untuk membuka peluang kerja, bukan jaminan kesuksesan. Banyak yang beranggapan bahwa memiliki ijazah otomatis menjamin masa depan yang cerah, padahal kenyataannya tidak selalu demikian. Ijazah dapat membuka pintu kesempatan, tetapi kemampuan untuk mempertahankan dan memanfaatkan kesempatan tersebut tergantung pada keterampilan, pengetahuan praktis, dan etos kerja individu. Menurut Charles Wheelan (2016), dalam Naked Money: A Revealing Look at Our Financial System, ijazah adalah tiket masuk, tetapi kesuksesan dalam karier ditentukan oleh bagaimana seseorang memanfaatkan kesempatan yang terbuka dengan tiket itu.
Misalnya, Steve Jobs, pendiri Apple Inc., adalah salah satu tokoh paling berpengaruh di dunia teknologi yang tidak menyelesaikan pendidikan perguruan tingginya. Contoh lainnya adalah Oprah Winfrey, seorang tokoh media dan pengusaha sukses yang juga tidak menyelesaikan pendidikan perguruan tingginya. Meskipun ia sempat kuliah di Tennessee State University, Oprah memutuskan untuk mengejar karier di bidang media, yang kemudian mengantarnya menjadi salah seorang wanita paling berpengaruh di dunia. Kesuksesan individu-individu ini menunjukkan bahwa meskipun ijazah dapat membuka pintu, kemampuan untuk melihat peluang, mengambil risiko, dan bekerja keras adalah faktor yang lebih menentukan dalam mencapai kesuksesan.
Membongkar Tujuan Kuliah yang Sebenarnya
Memperluas pengetahuan dan wawasan. Kuliah memberikan kesempatan bagi individu untuk memperluas pengetahuan dan wawasan mereka dalam berbagai bidang ilmu. Pendidikan tinggi tidak hanya tentang mempelajari fakta-fakta baru tetapi juga tentang memahami konsep-konsep yang lebih luas dan kompleks yang tidak mungkin dijangkau hanya dengan pendidikan dasar. Menurut Martha Nussbaum (2010), dalam Not for Profit: Why Democracy Needs the Humanities, pendidikan liberal mengajarkan siswa untuk berpikir kritis tentang dunia mereka dan tempat mereka di dalamnya, yang pada gilirannya membantu mereka menjadi warga negara yang lebih berpengetahuan dan terlibat.
Meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan analitis. Salah satu tujuan utama dari pendidikan tinggi adalah untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan analitis. Mahasiswa diajarkan untuk mengevaluasi informasi, menganalisis berbagai sudut pandang, dan membuat keputusan yang didasarkan pada pemikiran logis dan bukti. Derek Bok (2006), dalam Our Underachieving Colleges, menyatakan bahwa salah satu tujuan paling mendasar dari pendidikan tinggi adalah mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk berpikir kritis, yang merupakan keterampilan esensial dalam kehidupan profesional dan pribadi.
Membangun karakter dan kepribadian. Kuliah juga memainkan peran penting dalam membentuk karakter dan kepribadian seseorang. Melalui interaksi sosial, kegiatan ekstrakurikuler, dan tantangan akademis, mahasiswa belajar tentang tanggung jawab, kerja sama, dan etika. Hal ini membantu mereka menjadi individu yang lebih matang dan bertanggung jawab. Menurut Parker J. Palmer (1988), pendidikan sejati membantu kita mengembangkan identitas kita dan menemukan tempat kita di dunia, bukan hanya mempersiapkan kita untuk pekerjaan.
Mempersiapkan diri untuk masa depan dan berbagai peluang. Pendidikan tinggi mempersiapkan individu untuk menghadapi masa depan dengan lebih baik dan membuka berbagai peluang yang mungkin tidak tersedia tanpa gelar sarjana. Ini mencakup tidak hanya pekerjaan, tetapi juga kemampuan beradaptasi dengan perubahan, mengatasi tantangan, dan mengejar aspirasi hidup. Menurut William Deresiewicz (2014), dalam Excellent Sheep: The Miseducation of the American Elite and the Way to a Meaningful Life, pendidikan liberal membantu siswa mengembangkan kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat terhadap dunia yang berubah dan mengejar karier yang bermakna, bukan hanya pekerjaan yang membayar tagihan.
Memaksimalkan Pengalaman Kuliah