Pengulangan berperan penting dalam memperkuat koneksi saraf di otak melalui proses yang disebut neuroplastisitas. Neuroplastisitas adalah kemampuan otak untuk membentuk dan memperkuat koneksi sinoptik baru sebagai respons terhadap aktivitas dan pengalaman berulang.
Menurut Hebb (1949), dalam teori Hebbian Theory, koneksi antara neuron diperkuat ketika aktif secara bersamaan. Dalam konteks belajar, ini berarti pengulangan informasi atau keterampilan menyebabkan neuron-neuron yang terkait menjadi lebih kuat dan efisien dalam mentransmisikan sinyal, yang pada akhirnya memperkuat memori dan keterampilan tersebut.
Eric Kandel (2007), dalam In Search of Memory: The Emergence of a New Science of Mind, menunjukkan bahwa pengulangan aktivitas tertentu meningkatkan efisiensi sinapsis, memungkinkan komunikasi yang lebih cepat dan lebih kuat antara neuron. Hal ini, pada gilirannya, memperkuat pembelajaran dan ingatan jangka panjang.
Pengulangan dan cramming adalah dua metode belajar yang berbeda dengan efektivitas yang berbeda pula.
Pengulangan terjadwal (spaced repetition): Melibatkan pengulangan materi secara berkala dalam interval waktu yang ditentukan. Metode ini didukung oleh penelitian yang menunjukkan bahwa pengulangan yang teratur dan berjangka waktu membantu memperkuat memori jangka panjang lebih efektif daripada pengulangan yang dilakukan dalam satu sesi intensif (Cepeda et al., 2006, Distributed Practice in Verbal Recall Tasks: A review and Quantitative Synthesis).
Cramming: Metode belajar yang melibatkan intensifikasi studi dalam waktu yang singkat, biasanya sebelum ujian atau presentasi penting. Meskipun cramming dapat membantu mengingat informasi dalam jangka pendek, metode ini kurang efektif untuk retensi jangka panjang. Dalam Making Things Hard on Yourself, but in a Good Way: Creating Desirable Difficulties to Enhance Learning, Bjork dan Bjork (2011), dalam, cramming cenderung menghasilkan pemahaman superfisial dan mudah lupa setelah tekanan ujian berlalu.
Pengulangan telah terbukti menjadi kunci sukses dalam berbagai bidang, seperti atletik, musik, dan ilmu pengetahuan. Misalnya, Michael Jordan, sebagai salah seorang pemain bola basket terbaik sepanjang masa, terkenal dengan etos kerjanya yang luar biasa dan latihannya yang berulang-ulang. Jordan menekankan pentingnya latihan konstan untuk menguasai keterampilan dasar dan memperbaiki teknik permainan.
Pianis legendaris, Vladimir Horowitz, diketahui berlatih berjam-jam setiap hari, mengulang potongan musik hingga mencapai kesempurnaan teknis dan ekspresi artistik. Pengulangan intensif ini memungkinkannya untuk mengeksekusi komposisi yang kompleks dengan keahlian yang luar biasa.
Thomas Alfa Edison, penemu bola lampu, menghabiskan waktu bertahun-tahun mengulang eksperimen dan memperbaiki desainnya untuk menciptakan lampu pijar yang praktis dan tahan lama. Ketekunannya dalam melakukan pengulangan eksperimen yang tak terhitung jumlahnya menunjukkan bahwa kegigihan dan pengulangan adalah kunci dalam inovasi dan penemuan ilmiah.
Cara Menerapkan Pengulangan secara Efektif
Pertama, strategi pengulangan yang berbeda, yang meliputi pengulangan berselang, dan campuran.