Malam itu, di bawah bintang-bintang yang bersinar terang, Rania dan Markus menguatkan janji mereka. Mereka tahu jalan yang mereka pilih bukanlah jalan yang mudah, tapi mereka percaya bahwa cinta mereka yang tulus dan kepercayaan pada Tuhan akan membantu mereka melewati semua rintangan.
Hari demi hari berlalu, dan hubungan mereka semakin kuat. Markus semakin belajar untuk mengatasi godaan dengan doa dan keteguhan hati. Di sisi lain, Rania selalu ada untuk mendukung dan mengingatkannya tentang komitmen mereka. Hingga akhirnya, hari yang dinantikan tiba. Hari dan saat mereka akan mengikat janji sehidup semati, setia sampai oma opa, baik dalam suka maupun duka, baik sehat maupun sakit.
Pernikahan mereka dirayakan dengan penuh kebahagiaan. Gereja dihiasi dengan bunga-bunga putih dan lilin-lilin yang berkilauan. Keluarga, sahabat, dan rekan-rekan hadir untuk menyaksikan momen suci tersebut. Pastor Paroki, dengan suara yang penuh kelembutan dan kebijaksanaan, memimpin sakramen pernikahan mereka.
"Rania, Markus, hari ini kalian mengikat janji di hadapan Tuhan dan umat-Nya. Ingatlah, cinta kalian adalah anugerah yang harus dijaga dengan baik. Dalam suka maupun duka, dalam sehat maupun sakit, tetaplah setia satu sama lain," ujar Pastor dengan penuh haru.
"Dan apa yang dipersatukan oleh Allah, janganlah diceraikan manusia," lanjut Pastor meneguhkan janji setia kedua mempelai.
Rania dan Markus saling menatap. Mata mereka berbicara jujur melampaui kata-kata. Di tengah suasana sakral itu, mereka mengucapkan janji mereka dengan tulus. Setelah Pastor memberkati mereka, Rania dan Markus resmi menjadi suami istri.
Kebahagiaan meliputi seluruh ruangan saat keduanya melangkah keluar dari Gereja, disambut dengan sorakan dan tepuk tangan dari para tamu. Pesta ramah tamah yang sederhana namun mulia pun dimulai. Keluarga dan teman-teman serta para tamu undangan berkumpul untuk merayakan kebahagiaan mereka.
Namun, seperti dalam setiap perjalanan hidup, kebahagiaan ini hanyalah awal dari perjalanan panjang yang penuh onak dan duri. Hari-hari awal pernikahan mereka diwarnai dengan kehangatan dan cinta, tetapi mereka tahu bahwa ujian akan datang. Di tengah kebahagiaan, Markus terkadang merasakan tekanan dari pekerjaannya yang semakin menuntut. Sementara Rania harus menyeimbangkan antara kuliah dan tanggung jawabnya sebagai istri.
Suatu malam, setelah hari yang melelahkan di tempat kerja, Markus pulang dengan wajah yang muram. Rania yang sedang menyiapkan makan malam, menyadari perubahan di wajah suaminya.
"Ada apa, Sayang?" tanya Rania lembut, sambil menaruh piring di meja dan mempersilakan suaminya.
Markus yang sudah duduk di kursi, menghela napas berat. "Pekerjaan di kantor semakin menekan. Terkadang aku merasa tidak sanggup."