Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Suka membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Janji di Bawah Langit Merauke

8 Juli 2024   13:04 Diperbarui: 8 Juli 2024   13:07 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di bawah langit biru Merauke yang tak pernah jemu menyapa, berdirilah seorang wanita muda bernama Rania. Pada usia 19 tahun, Rania sudah menunjukkan kedewasaan yang melebihi usianya. Ia rajin bekerja di rumah, membantu ibunya dengan penuh kasih sayang, dan di Gereja, ia adalah misdinar yang setia sejak sekolah dasar. 

Setiap langkahnya bagaikan melodi yang mengalun lembut di antara bangku-bangku Gereja, membawa ketenangan bagi setiap mata yang melihatnya. Rania, dengan sifat riang dan ceplos-ceplosnya, adalah sinar matahari bagi keluarganya dan teman-temannya. Ia dibesarkan dalam keluarga Katolik yang taat, beriman kuat, dan mengajarkannya untuk selalu berbuat baik dan tetap berkanjang.

Rania adalah mahasiswi Jurusan Pendidikan Matematika di Universitas Musamus Merauke. Di kampus, ia dikenal sebagai gadis yang cerdas dan bersemangat, selalu siap membantu teman-temannya yang kesulitan dengan pelajaran. 

Namun, di balik senyumnya yang manis, tersembunyi keteguhan hati yang luar biasa. Keteguhan yang diuji ketika ia menjalin hubungan dengan Markus yang berusia 23 tahun, seorang pria pendiam, bahkan sering masa bodoh di hadapan teman-temannya.

Markus, lulusan Teknik Sipil, sudah bekerja di sebuah perusahaan daerah. Meskipun ia pendiam dan cenderung egois, Markus adalah pria yang jujur dan pekerja keras. "Aku bangga sudah bisa menghasilkan uang sendiri," batin Markus penuh percaya diri setelah pertama kalinya menandatangani daftar gaji di kantornya.

 Rania dan Markus bertekad penuh untuk mempertahankan kemurnian hingga saat pernikahan tiba. Namun, godaan sering menghantui hati dan pikiran Markus. Pikiran bawah sadarnya terkadang dipenuhi oleh hasrat yang tak terkendalikan. Sementara Rania berdiri teguh seperti batu karang yang menahan ombak.

Suatu hari, ketika matahari mulai terbenam dan langit berubah menjadi jingga, Markus datang mengunjungi Rania. Mereka duduk di teras rumah Rania, saling berhadapan. Angin sepoi-sepoi menyapa dengan lembut mengiringi percakapan keduanya yang asyik sambil sesekali melemparkan pandangan ke hamparan sawah nan hijau.   

"Rania, aku tak tahu bagaimana harus mengatakannya, tapi... godaan itu semakin sering datang," kata Markus dengan suara pelan, hampir berbisik.

Rania menatap Markus dengan lembut, matanya yang besar memancarkan ketenangan. "Markus, kita sudah bertekad untuk mempertahankan kemurnian kita. Godaan itu memang akan selalu ada, tapi kita harus kuat. Kita punya Tuhan yang selalu bersama kita."

Markus menghela napas panjang, mencoba menenangkan hatinya yang gelisah. "Kadang aku merasa aku tak cukup kuat. Tapi melihatmu, aku tahu aku harus lebih tegar. Aku tidak ingin mengecewakanmu."

Rania tersenyum, sebuah senyuman yang selalu berhasil menenangkan hati Markus. "Kita akan menghadapi semua ini bersama. Setiap kali godaan datang, kita berdoa. Kita percayakan semuanya pada Tuhan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun