Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaksimalkan "Ad Rem" dan Menghindari "Ad Hominem" Menuju Perdebatan Berkualitas

29 Mei 2024   05:33 Diperbarui: 1 Juni 2024   06:22 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum perdebatan, kuasi definisi dan karakteristik dan cara kerja ad hominem secara jelas. Hal ini akan membantu kita terhindar dari menyerang lawan debat. Fokuslah membangun argumen yang logis, yang didukung dengan data, fakta, dan penalaran yang jelas. Latihlah kesabaran dan pengendalian diri, agar tidak terpancing menyerang lawan secara personal.

Saat perdebatan berlangsung, tetaplah fokus pada substansi, karena tujuan perdebatan adalah membahas topik tertentu secara rasional dan mencapai pemahaman yang lebih baik. Tanggapilah argumen dengan argumen yang relevan dan logis. Hindari menyerang karakter atau motif lawan. 

Gunakan bahasa yang sopan dan profesional, bahkan ketika kita tidak menyetujui pendapat lawan. Hindarilah penggunaan bahasa yang menghina, kasar, atau merendahkan. Jika terjadi kesalahpahaman, jelaskan dengan sopan dan mintalah klarifikasi dari lawan. Selain itu, gunakan humor yang positif, berikan pujian atas poin yang baik dari argumen lawan; akhirilah perdebatan dengan baik dan tunjukkan rasa hormat kepada lawan.

Dalam kehidupan sehari-hari, argumen ad hominem dapat dihindari, misalnya saat bertengkar dengan pasangan. Fokuslah pada masalah, bukan pada orangnya. Bersikap terbuka mendengarkan perspektif pasangan, dan hindari memotong pembicaraan atau membela diri (defensif). Berkolaborasi untuk mencari solusi yang dapat diterima kedua belah pihak.

Dalam berkomentar di internet, hindari terlibat dalam komentar negatif, yang cenderung memancing reaksi dan kekacauan. Jika komentar negatif mengandung ujaran kebencian atau pelecehan, laporkan ke platform media sosial. Selain itu, gunakan platform media sosial secara bertanggung jawab, yang menyebarkan informasi positif dan bersifat konstruktif.

Uraian di atas menekankan perlunya memaksimalkan argumen ad rem dan menghindari ad hominem untuk mencapai tujuan debat dan diskusi yang lebih bermutu. Namun, menghindarinya dalam perdebatan resmi bukan berarti selalu setuju terhadap pendapat lawan. 

Demikian pula, menghindari ad hominem dalam kehidupan sehari-hari tidak berarti selalu sepakat dengan orang lain. Meskipun demikian, kita tetap dapat mempertahankan pendapat kita dengan cara yang logis dan sopan, untuk membangun komunikasi yang lebih sehat dan produktif, baik dalam situasi resmi maupun pergaulan sehari-hari. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun