Keempat, mahasiswa yang merasa tidak didukung secara akademik, cenderung merasa terpinggirkan dan kehilangan motivasi. Kurangnya mentor, atau bimbingan akademik yang memadai melalui dosen wali membuat mahasiswa merasa terjebak dalam lingkaran keputusasaan.
Kelima, ada mahasiswa yang harus menghadapi beban finansial yang berat, termasuk biaya kuliah yang tinggi dan keterbatasan akses terhadap bantuan keuangan. Kesulitan ini memaksa mereka untuk mencari pekerjaan paruh waktu, yang pada gilirannya dapat mengganggu fokus dan waktu belajar mereka.
Solusi Efektif Mengatasi Drop Out Mahasiswa
Beberapa solusi berikut diharapkan dapat menyelamatkan mahasiswa dari ancaman drop out.
Pertama, perguruan tinggi harus menyediakan program atau sumber daya, yang membantu mahasiswa mengembangkan keterampilan manajemen waktu dan disiplin. Hal ini termasuk seminar, workshop, atau konseling individu yang difokuskan pada peningkatan disiplin pribadi.
Kedua, mahasiswa perlu didorong untuk merancang rencana studi yang terstruktur dan realistis, yang mencakup target jangka pendek dan jangka panjang. Dengan memiliki panduan yang jelas tentang langkah-langkah yang harus diambil untuk mencapai tujuan mereka, mahasiswa akan merasa lebih termotivasi dan memiliki orientasi yang jelas.
Ketiga, perguruan tinggi juga harus mendorong tanggung jawab pribadi dan otonomi mahasiswa. Hal ini mencakup membiasakan mereka pada praktik-praktik self reflection dan pembuatan keputusan yang bertanggung jawab terkait dengan pendidikan mereka.
Keempat, perlunya program mentorship antara senior dan junior, klub atau organisasi yang berfokus pada dukungan mahasiswa, dan inisiatif lain yang membangun komunitas yang peduli dan inklusif. Hal ini dapat memberikan dukungan emosional dan akademik yang dibutuhkan oleh mahasiswa.
Kelima, lembaga pendidikan tinggi perlu menyediakan layanan kesehatan mental yang mudah diakses dan ramah terhadap mahasiswa.
Program konseling, dukungan kelompok, dan advokasi kesehatan mental dapat membantu mahasiswa mengatasi tantangan emosional mereka. Termasuk di dalamnya, memberdayakan layanan dosen wali, yang sering hanya sebatas menandatangani kartu rencana studi (KRS).
Keenam, lembaga pendidikan dan pemerintah harus meningkatkan akses terhadap beasiswa berbasis kebutuhan dan bantuan keuangan lainnya. Hal ini dapat membantu mengurangi beban finansial yang memaksa mahasiswa untuk putus kuliah.